Peran pembimbing dan pengasuh

pegawai pekerja sosial sedangkan pengasuh merupakan pegawai di Balai Rehabilitasi So sial “Wira Adhi Karya” Ungaran yang ditunjuk sebagai orang tua mereka di balai selama 4 empat bulan pembinaan. Semua tindakan dan perkembangan Penerima Manfaat baik di wisma maupun di luar wisma selalu dikoordinasikan antara pembimbing dan pengasuh. Balai Rehabilitasi So sial “Wira Adhi Karya” Ungaran memiliki sembilan wisma kemudian terdapat delapan orang pekerja sosial sebagai pembimbing sedangkan ada satu wisma yang pembimbimbingnya merupakan tenaga bantuan dari luar yang juga berperan sebagai ustad di lingkungan Balai Rehabilitasi So sial “Wira Adhi Karya” Ungaran. Ibu Wati, staf bidang Penyantunan menjelaskan tentang pembagian pengasuh dan pembimbing sebagai berikut: “Pembagian pengasuh itu ya pegawai-pegawai yang di sini dititipi dan dimintai tolong dari kantor sebagai pengasuh atau orang tua mereka di sini. Ditambah juga oleh Pekerja Sosial sebagai pembimbing, setiap wisma ada Peksos tapi ada juga yang diperbantukan untuk bimbingan sosial di wisma”.Wawancara pada tanggal 8 Maret 2013 Ibu Tri selaku pembimbing wisma 9 menuturkan tentang tugas seorang pembimbing yaitu: ”Pembimbing bertugas untuk memberikan bimbingan-bimbingan dan mengarahkan remaja selama pembinaan berlangsung. Dari situ kan kita tahu anaknya bermasalah apa tidak. Kalau masih bermasalah ya di konseling per individu biar ada perubahan perilaku”. Wawancara pada tanggal 28 Maret 2013 Adanya pembimbing dan pengasuh ini diharapkan dapat mengontrol atau mengawasi sikap dan perilaku remaja Penerima Manfaat 111 secara langsung sehingga pelaksanaan pembinaan di dalam balai selama 4 empat bulan dapat berjalan maksimal serta mampu digunakan untuk membina moral, sikap dan budi pekerti Penerima Manfaat karena lingkungan sangat berpengaruh terhadap pembentukan moral individu.

g. Persiapan dan evaluasi bimbingan

Pelaksanaan pembinaan moral melalui kegiatan bimbingan sosial yang dilaksanakan dalam bentuk bimbingan kelas dilaksanakan secara klasikal. Pengelolaan kegiatan bimbingan kelas juga dilaksanakan secara baik dengan adanya jadwal mata bimbingan yang telah dibuat secara teratur dengan disesuaikannya kemampuan pembimbing dengan mata bimbingan yang diampunya. Pengelolaan pembelajaran kelas di Balai Rehabilitasi So sial “Wira Adhi Karya” Ungaran tidak seperti pengelolaan pembelajaran di lembaga pendidikan formal, seperti sekolah. Pengelolan maupun persiapan pembelajaran tidak dilakukan secara sistematis seperti di sekolah dengan dibuatnya segala macam perangkat pembelajaran seperti silabus, RPP, standar pelaksanaan evaluasi dan sebagainya. Persiapan kegiatan pembelajaran untuk suatu mata bimbingan kelas cukup dibuat secara umum dalam lingkup materinyabahan ajar tidak seperti di sekolah dengan adanya indikator dan tujuan pembelajaran secara yang dijelaskan secara mendetail. Hal tersebut dibenarkan oleh Bapak Singgih Kurniawan selaku staf bagian Yanrehsos berikut ini: “Bimbingan di sini yang dijadikan ukurannya itu jam latihannya. Jam latihan bimbingan sosialnya berapa bukan seperti sks ya tiap semester bisa ini bisa itu. Ya memang ada tujuannya tapi ukuran mengukurnya itu melalui jam latihannya itu. Karena bukan seperti 112 pendidikan formal yang ada tujuannya yang ingin dicapai. Di sini itu kan nonformal ya nggak sesistematis kayak pendidikan formal. Sebenarnya dulu waktu ISO semua ada dan lengkap tapi untuk sekarang ini manajemennya ya seperti itu. Kegiatan kadang nggak tercover masalahnya itu. Paling cuma ada silabus dalam bentuk materi ajar nggak ada teknis pelaksanaannya setiap pertemuan itu gimana. Cuma pembimbing yang merencanakan sendiri pembelajarannya di kelas”. Wawancara pada tanggal 25 Maret 2013 Terkait dengan persiapan kegiatan pembelajaran di kelas juga disampaikan oleh Bapak Bambang Suryanto selaku pembimbing Budi Pekerti berikut ini: “Persiapan pembelajaran paling cuma dalam hal materi yang akan disampaikan secara menyeluruh sudah dipersiapkan sebagai pedoman kita waktu mengajar. Untuk selanjutnya secara teknis pelaksanaan disesuaikan kondisi di kelas tidak ada rencana pelaksanaan yang dibuat secara sistematis”. Wawancara pada tanggal 8 Maret 2013 Kegiatan evaluasi dalam pelaksanaan pembinaan moral dalam bentuk bimbingan sosial dilaksanakan melalui ujian tertulis dan praktek. Pelaksanaan evaluasi untuk kegiatan bimbingan di kelas dilaksanakan dalam bentuk ujian tertulis dimana materi ujian dan standar penilaian untuk soal ujian diserahkan kepada masing-masing pembimbing begitu pula untuk ujian praktek keterampilan, kepemimpinan, dan olahraga. Jadi, dalam pelaksanaan evaluasi diberikan wewenang kepada masing-masing pembimbing dan instruktur untuk membuat soal dan melakukan penilaian kepada masing-masing remaja Penerima Manfaat dengan mengacu pada batas minimum dan batas maksimum nilai yang telah ditetapkan Balai Rehabilitasi So sial “Wira Adhi Karya” Ungaran yaitu antara 65 hingga 80. Hasil akhir penilaian dari pembimbing dan 113 instruktur akan direkap oleh pegawai bagian Yanrehsos. Hal tersebut dibenarkan oleh Bapak Rudi Kurniawan selaku staf bagian Yanrehsos berikut ini: “Kalau dulu kita punya nilai instrumen untuk perilaku sehari-hari ditambah ujian tertulis jadi nanti nilai itu digabungkan dan yang menilai adalah pengasuh, pembimbing, pekerja sosial ditambah nilai tertulis nanti dibagi 3. Kalau sekarang kan nggak ada instrumennya, nilainya full dari ujian tertulis. Kalau aspek kepemimpinan kayak Permildas dan Pramuka, kebugaran jasmani, dan keterampilan ada prakteknya. Kalau yang lain cuma ujian tertulis saja.” Wawancara pada tanggal 28 Maret 2013 Bapak Rudi Kurniawan juga menambahkan bahwa: “sebenarnya dulu ada instrumen penilaiannya jadi ada daily report dilihat dari perkembangannya apa-apa ada standar nilainya, misalnya pelanggaran berapa kali. Tapi sekarang sudah nggak jalan jadi ya full evaluasi nilai tertulis plus pertimbangan dari masing-masing pembimbing tanpa ada instrumen yang pasti tergantung baik hati atau tidaknya pembimbing. Ya itu tadi karena nggak punya standar penilaian jadi kadang ada yang ngasih nilai baik kadang kurang. Jadi nilainya kita sesuaikan dengan standar nilai kita antara 65-80. Jadi nggak mungkin anak dikasih 90 ya disesuaikan dengan kemampuan anaklah nggak terlalu jauh dari kemampuan anak. Nanti kalau dikasih terlalu tinggi waktu daftar kerja malah dipertanyakan jadi ya disesuaikan kemampuan anak”. Wawancara pada tanggal 28 Maret 2013 Hal senada juga disampaikan oleh Ibu Ine selaku pembimbing sebagai berikut: 114

Dokumen yang terkait

Perbedaan Kemandirian dan Aktualisasi Diri pada Remaja Putera dan Remaja Puteri di Balai Rehabilitasi Sosial “Wira Adhi Karya” Ungaran

0 7 2

Model Pembinaan Remaja Putus Sekolah (Studi tentang Karakteristik dan Sistem Pengelolaannya di Panti Asuhan “Wira Adi Karya” Ungaran).

0 0 2

PEMBERDAYAAN REMAJA PUTUS SEKOLAH MELALUI PELATIHAN KETERAMPILAN TATA RIAS DALAM UPAYA MENDORONG KEMANDIRIAN REMAJA BINAAN DI BALAI PERLINDUNGAN DAN REHABILITASI SOSIAL REMAJA YOGYAKARTA.

2 26 202

KEMAMPUAN BERINTERAKSI SOSIAL REMAJA PUTUS SEKOLAH (STUDI KASUS DI BALAI PERLINDUNGAN DAN REHABILITASI SOSIAL REMAJA YOGYAKARTA).

3 25 263

MOTIVASI BELAJAR KETERAMPILAN MENJAHIT REMAJA PUTUS SEKOLAH DI BALAI PERLINDUNGAN DAN REHABILITASI SOSIAL REMAJA YOGYAKARTA.

3 37 216

PERAN PEKERJA SOSIAL DALAM PEMBINAAN REMAJA DI BALAI PERLINDUNGAN DAN REHABILITASI SOSIAL REMAJA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA.

5 55 175

MANAJEMEN PELATIHAN OTOMOTIF RODA DUA BAGI REMAJA PUTUS SEKOLAH (Studi Kasus pada Balai Rehabilitasi Sosisal Wira Adhi Karya di Ungaran) -

0 1 58

PEMBINAAN MORAL REMAJA DISSOSIAL DI BALAI REHABILITASI SOSIAL MANDIRI SEMARANG II KOTA SEMARANG -

0 0 108

PERANAN TUTOR DALAM MENGEMBANGKAN KETERAMPILAN OTOMOTIF REMAJA PUTUS SEKOLAH MELALUI PELATIHAN DI PANTI PELAYANAN SOSIAL ANAK “WIRA ADHI KARYA” UNGARAN

1 2 74

PEMBINAAN KEAGAMAAN DAN PENDIDIKAN KARAKTER BAGI REMAJA PUTUS SEKOLAH DI BALAI REHABILITASI SOSIAL “WIRA ADHI KARYA” UNGARAN TAHUN 2014/2015 - Test Repository

0 0 168