Pendekatan dan metode dalam pelaksanaan pembinaan moral

berbagai cara, seperti: metode classical di kelas, ceramah, diskusi, tanya jawab, permainan, bimbingan individual, bimbingan kelompok, konseling, dinamika kelompok, modeling, praktek dan sebagainya. Berikut ini penuturan salah satu pembimbing Budi Pekerti, bapak Bambang Suryanto pada tanggal 8 Maret 2013 adalah: “Kalau waktu bimbingan Budi Pekerti di kelas itu biasanya dengan cara ceramah, dinamika kelompok, diskusi, tanya jawab, dan permainan”. Hal senada juga diungkapkan oleh ibu Martani selaku pembimbing materi Kepribadian sebagai berikut: “Pada waktu bimbingan di kelas, selain di samping ceramah, juga memakai metode tanya jawab, kadang juga dinamika kelompok dan permainan”. Wawancara pada tanggal 14 Maret 2013 Pendapat lain juga diungkapkan oleh Bapak Singgih Kurniawan terkait dengan metode atau cara pembinaan moral bagi remaja Penerima Manfaat yaitu: “Metode secara keseluruhan ya ada classical, bimbingan individual, kelompok, dinamika kelompok, di luar jam kerja juga biasanya dilakukan pembinaan bagi anak. Jadi bimbingan itu bukan hanya dijadwal saja tapi bimbingan itu juga termasuk kegiatan di wisma termasuk bangun pagi, piket ya melalui proses pembiasaan di sinilah. Yang tadi di rumah nggak pernah nyapu, bangun pagi di sini jadi nyapu, piket, bangun pagi”. Wawancara pada tanggal 25 Maret 2013 105 Berdasarkan hasil pengamatan, pembinaan moral dalam bentuk kegiatan bimbingan kelas sebagian besar dilaksanakan melalui metode ceramah dan tanya jawab. Hal tersebut diperkuat dengan gambar di bawah ini: Sumber: Dokumentasi pribadi, 6 Maret 2013 Gambar 3. Suasana kegiatan bimbingan Budi Pekerti di kelas Gambar di atas menunjukkan bahwa dalam kegiatan bimbingan di kelas menggunakan metode ceramah dan tanya jawab dengan hanya dibantu media blackboard dan kapur tulis. Di dalam pelaksanaan pembinaan moral di Balai Rehabilitasi So sial “Wira Adhi Karya” Ungaran juga memakai cara pemberian sanksi atau hukuman kepada remaja putus sekolah terkait indisipliner agar memberikan efek jera supaya tidak melakukan kesalahan atau pelanggaran lagi. Seperti halnya yang diungkapkan Bapak Singgih Kurniawan selaku pegawai bagian Yanrehsos berikut ini: 106 “Paling terlambat ikut kegiatan hukumannya lari. Sebenarnya ya kasihan sih sama mereka tapi buat pelajaran lah. Mereka sudah dewasa biar nggak mengulangi lagi”. Wawancara pada tanggal 5 Maret 2013 Pendapat yang sama juga diungkapkan oleh Ibu Tri Murdiastuti terkait pemberian sanksihukuman kepada remaja yang melanggar aturan sebagai berikut: “Tadi ada rombongan anak-anak pergi hari Sabtu nggak ijin datangnya telat akhirnya saya suruh buat surat pernyataan kesediaan menaati aturan dib alai jika melanggar aturan balai lagi akan langsung dikeluarkan dari sini. Surat pernyataan ini sebagai bukti keseriusan Penerima Manfaat untuk tidak melanggar aturan lagi. Sanksinya bersih- bersih balai selama 2 hari”. Wawancara pada tanggal 20 Maret 2013 Hal senada juga diungkapkan oleh Bapak Bambang Suryanto selaku pegawai bagian Yanrehsos sebagai berikut: “Sanksi yang diberikan kepada anak-anak tidak ada maksud mencelakai anak-anak, untuk apa sih. Tapi biar anak-anak itu punya rasa tanggung jawab kalau aku sanggup janji hari Minggu ya ditepati. Itu nanti yang dibawa dalam bekerja harus bisa tanggungjawab dan menepati janji, disiplin. Maka di sini anak- anak dilatih bertanggungjawab atas ucapannya sendiri kalau izin sampai Minggu ya Minggu sudah ada di sini. Misal kalau nggak sanggup ya jujurterbuka bilang apa adanya jangan mencari alasan yang nggak masuk akal”. Wawancara pada tanggal 8 Maret 2013 Gambar di bawah ini juga membuktikan adanya sanksi atau hukuman yang diberikan kepada Penerima Manfaat ketika melanggar aturan, di samping telah mendapatkan hukuman dengan menulis surat pernyataan untuk tidak melakukan pelanggaran lagi. 107 Sumber: Dokumentasi pribadi, 5 Maret 2013 Gambar 4. Salah satu remaja Penerima Manfaat sedang dihukum menyapu membantu petugas kebersihan karena tidak mengikuti kegiatan keterampilan Berdasarkan keterangan di atas, dapat disimpulkan bahwa pemberian sanksihukuman terhadap remaja yang melakukan pelanggaran kedisiplinan merupakan salah satu bentuk upaya untuk membina moral para remaja putus sekolah. Dalam melakukan tugas dan fungsinya Balai Rehabilitasi Sosial “Wira Adhi Karya” Ungaran bekerja sama dengan beberapa lembaga. Kerja sama yang dilakukan tersebut juga bermanfaat untuk menunjang pelaksanaan pembinaan moral, mitra kerja itu antara lain: a. Kepolisian Resort Semarang, terkait pembinaan kepemimpinan dalam bentuk pelatihan militer dasar. b. Kodam IV Diponegoro, terkait pembinaan dalam bidang olahraga dan taekwondo. c. Dinas Pendidikan Kabupaten Semarang, terkait pembinaan keagamaan sebagai guru agama. 108 d. Kwartir Ranting Gerakan Pramuka Kecamatan Ungaran Barat, terkait pembinaan kepramukaan. e. Puskesmas Desa Lerep, terkait pembinaan dalam bidang kesehatan. f. Instruktur Keterampilan Tambahan dari Tenaga Profesional, terkait pembinaan rehabilitasi karya. Berdasarkan data di atas, dapat disimpulkan bahwa dalam melaksanakan pembinaan moral pada remaja putus sekolah, Balai Rehabilitasi So sial “Wira Adhi Karya” Ungaran juga berkoordinasi dengan pihak lain guna meningkatkan keberhasilan program pembinaan, seperti bekerja sama dengan pihak kepolisian, TNI, Dinas Pendidikan, Kwartir Ranting Gerakan Pramuka, Puskesmas dan RSUD, dan tenaga profesional lainnya.

f. Peran pembimbing dan pengasuh

Dalam memberikan pelayanan dan rehabilitasi sosial bagi remaja putus sekolah di Balai Rehabilitasi So sial “Wira Adhi Karya” Ungaran para pegawai baik sebagai staf, pekerja sosial, pembimbing, instruktur, dan pengasuh sudah dibekali keterampilan, keahlian, dan skill yang sesuai untuk menangani para remaja Penerima Manfaat. Selain itu, pegawai yang berperan sebagai pembimbing mata pelajaran bahkan instruktur keterampilan pun juga sudah memiliki latar belakang keahlian dan pendidikan sesuai materi yang diajarkannya. Berikut adalah penuturan ibu Martani, pembimbing materi kepribadian sebagai berikut: 109 “Ya, pegawai sudah jelas dibekali keterampilan-keterampilan yang sesuai untuk memberikan pembinaan bagi Penerima Manfaat di sini. Pemilihan pembimbing ya disesuaikan dengan kompetensi pembimbing tersebut, kalau saya dari D1 Psikologi UGM dulu juga ada diklatnya maka sekarang mengajar kepribadian. Ada pelatihan bagi Pekerja Sosial tapi waktunya nggak pasti soalnya itu biasanya kegiatan dari Dinas Sosial. ” Wawancara tanggal 14 Maret 2013 Hal senada juga disampaikan oleh Bapak Bambang Suryanto selaku pegawai bagian Yanrehsos saat wawancara pada tanggal 8 Maret 2013 berikut ini: “Bimbingan sosial sangat membutuhkan ketelatenan, sangat membutuhkan professional skill yang tinggi apalagi menghadapi anak-anak remaja seperti ini. Anak seperti ini kan orangnya emosi apalagi sudah tumbuh dan berkembang rasa cinta dan kasih sayang kalau kita nggak jeli anak- anak bisa berbuat nakal”. Penjelasan lain juga ditambahkan oleh Bapak Bambang Suryanto bahwa: “…sebagai seorang pembimbing jika menghadapi anak remaja yang sedang jatuh cinta, masa puber yang harus dilakukan ialah jangan menjadi momok yang menakutkan tapi justru menjadi sahabat, pendamping yang baik bukan melarang tapi mengarahkan supaya berkembang dengan baik dan benar. Kalau melarang itu membunuh karakter. Ya tujuannya memagari anak-anaknya agar bisa membentengi diri sendiri”. Monitoring atau pengawasan terhadap remaja Penerima Manfaat dilakukan oleh seorang pembimbing dan pengasuh. Seorang pembimbing dan pengasuh bertanggungjawab penuh terhadap remaja Penerima Manfaat dalam wisma asuhannya. Seorang pembimbing merupakan seorang 110 pegawai pekerja sosial sedangkan pengasuh merupakan pegawai di Balai Rehabilitasi So sial “Wira Adhi Karya” Ungaran yang ditunjuk sebagai orang tua mereka di balai selama 4 empat bulan pembinaan. Semua tindakan dan perkembangan Penerima Manfaat baik di wisma maupun di luar wisma selalu dikoordinasikan antara pembimbing dan pengasuh. Balai Rehabilitasi So sial “Wira Adhi Karya” Ungaran memiliki sembilan wisma kemudian terdapat delapan orang pekerja sosial sebagai pembimbing sedangkan ada satu wisma yang pembimbimbingnya merupakan tenaga bantuan dari luar yang juga berperan sebagai ustad di lingkungan Balai Rehabilitasi So sial “Wira Adhi Karya” Ungaran. Ibu Wati, staf bidang Penyantunan menjelaskan tentang pembagian pengasuh dan pembimbing sebagai berikut: “Pembagian pengasuh itu ya pegawai-pegawai yang di sini dititipi dan dimintai tolong dari kantor sebagai pengasuh atau orang tua mereka di sini. Ditambah juga oleh Pekerja Sosial sebagai pembimbing, setiap wisma ada Peksos tapi ada juga yang diperbantukan untuk bimbingan sosial di wisma”.Wawancara pada tanggal 8 Maret 2013 Ibu Tri selaku pembimbing wisma 9 menuturkan tentang tugas seorang pembimbing yaitu: ”Pembimbing bertugas untuk memberikan bimbingan-bimbingan dan mengarahkan remaja selama pembinaan berlangsung. Dari situ kan kita tahu anaknya bermasalah apa tidak. Kalau masih bermasalah ya di konseling per individu biar ada perubahan perilaku”. Wawancara pada tanggal 28 Maret 2013 Adanya pembimbing dan pengasuh ini diharapkan dapat mengontrol atau mengawasi sikap dan perilaku remaja Penerima Manfaat 111

Dokumen yang terkait

Perbedaan Kemandirian dan Aktualisasi Diri pada Remaja Putera dan Remaja Puteri di Balai Rehabilitasi Sosial “Wira Adhi Karya” Ungaran

0 7 2

Model Pembinaan Remaja Putus Sekolah (Studi tentang Karakteristik dan Sistem Pengelolaannya di Panti Asuhan “Wira Adi Karya” Ungaran).

0 0 2

PEMBERDAYAAN REMAJA PUTUS SEKOLAH MELALUI PELATIHAN KETERAMPILAN TATA RIAS DALAM UPAYA MENDORONG KEMANDIRIAN REMAJA BINAAN DI BALAI PERLINDUNGAN DAN REHABILITASI SOSIAL REMAJA YOGYAKARTA.

2 26 202

KEMAMPUAN BERINTERAKSI SOSIAL REMAJA PUTUS SEKOLAH (STUDI KASUS DI BALAI PERLINDUNGAN DAN REHABILITASI SOSIAL REMAJA YOGYAKARTA).

3 25 263

MOTIVASI BELAJAR KETERAMPILAN MENJAHIT REMAJA PUTUS SEKOLAH DI BALAI PERLINDUNGAN DAN REHABILITASI SOSIAL REMAJA YOGYAKARTA.

3 37 216

PERAN PEKERJA SOSIAL DALAM PEMBINAAN REMAJA DI BALAI PERLINDUNGAN DAN REHABILITASI SOSIAL REMAJA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA.

5 55 175

MANAJEMEN PELATIHAN OTOMOTIF RODA DUA BAGI REMAJA PUTUS SEKOLAH (Studi Kasus pada Balai Rehabilitasi Sosisal Wira Adhi Karya di Ungaran) -

0 1 58

PEMBINAAN MORAL REMAJA DISSOSIAL DI BALAI REHABILITASI SOSIAL MANDIRI SEMARANG II KOTA SEMARANG -

0 0 108

PERANAN TUTOR DALAM MENGEMBANGKAN KETERAMPILAN OTOMOTIF REMAJA PUTUS SEKOLAH MELALUI PELATIHAN DI PANTI PELAYANAN SOSIAL ANAK “WIRA ADHI KARYA” UNGARAN

1 2 74

PEMBINAAN KEAGAMAAN DAN PENDIDIKAN KARAKTER BAGI REMAJA PUTUS SEKOLAH DI BALAI REHABILITASI SOSIAL “WIRA ADHI KARYA” UNGARAN TAHUN 2014/2015 - Test Repository

0 0 168