Gambaran umum subjek penelitian
Tabel 6. Jumlah Remaja Putus Sekolah sebagai Penerima Manfaat Angkatan I Tahun 2013
Balai Rehabilitasi Sosial ”Wira Adhi Karya” Ungaran Berdasarkan Tingkat Pendidikan
Pendidikan Jenis kelamin
Jumlah orang
Laki-laki Perempuan
SMAsederajat 9
5 14
SMPsederajat 27
11 38
SDsederajat 12
3 15
Total 67
Sumber: Dokumen Yanrehsos Balai Rehabilitasi Sosial “Wira Adhi Karya”
Ungaran Angkatan I Tahun 2013
Data di atas menunjukkan bahwa Penerima Manfaat mengenyam pendidikan di bangku sekolah paling banyak ialah hingga SMPsederajat
yaitu sebanyak 38 anak. Sedangkan 15 anak berpendidikan terakhir di Sekolah DasarSederajat. Terdapat 14 anak yang sudah merasakan bangku
sekolah hingga SMASederajat. Ada berbagai macam faktor yang dapat menyebabkan seorang anak
mengalami putus sekolah, diantaranya ialah masalah ekonomi, kegagalan dalam mengikuti pelajaran di sekolah sehingga prestasi di sekolah
menurun, anak yang terkena sanksi karena mangkir sekolah atau karena nakal sering melanggar peraturan sekolah sehingga terkena droup out. Ada
juga anak putus sekolah yang disebabkan karena malas untuk pergi sekolah karena merasa minder, tidak dapat bersosialisasi dengan
lingkungan sekolahnya. Selain itu, pengaruh teman seperti ikut-ikutan diajak bermain play station sampai akhirnya sering membolos dan tidak
naik kelas. Di samping itu, hubungan keluarga yang tidak harmonis dapat 88
berupa perceraian orang tua, hubungan antar keluarga yang tidak saling peduli merupakan dasar anak mengalami permasalahan yang serius dan
hambatan dalam pendidikannya sehingga mengakibatkan anak mengalami putus sekolah.
Berdasarkan hasil penelitian lapangan, diperoleh permasalahaan terbanyak dalam kasus putus sekolah yang dialami remaja Penerima
Manfaat di Balai Rehabilitasi Sosial ”Wira Adhi Karya” Ungaran
dikarenakan permasalahan
ekonomi kemudian
disusul karena
permasalahan di dalam keluarga dan selebihnya karena permasalahan internal anak itu sendiri serta faktor lingkungan tempat tinggalnya. Berikut
adalah penuturan salah satu pengasuh sekaligus pegawai di Balai Rehabilitasi Sosial ”Wira Adhi Karya” Ungaran, bapak Widarso ketika
diwawancarai pada tanggal 23 Maret 2013 di wisma 8 tentang penyebab remaja mengalami putus sekolah:
“Kebanyakan yang masuk sini itu terutama karena ekonomi ya kadang karena anaknya. Sebenarnya kalau kita telusuri memang
permasalahan anak di sini itu permasalahannya muter. Yang paling banyak itu masalah keluargabroken home mungkin hampir 30
itu ada. Kadang anak-anak itu cerita masalah dengan keluarganya. Selain itu juga ada anaknya yang bandel tetapi kebanyakan mereka
itu nggak melanjutkan sekolah gara-
gara ekonomi”.
Pernyataan di atas juga diperkuat dengan hasil wawancara dengan beberapa Penerima Manfaat di sana, kebanyakan dari mereka tidak
melanjutkan sekolah karena permasalahan ekonomi. Berikut ini adalah 89
penuturan salah satu Penerima Manfaat yang berasal dari Pemalang, Rubai 16th mengenai alasan dia tidak melanjutkan sekolah:
“Saya tidak sekolah lagi karena nggak ada biayanya, bapak ibu petani, pengennya melanjutkan tapi orang tua nggak
ada biaya”. Wawancara tanggal 9 Maret 2013
Hal senada juga diungkapkan oleh Amin 16th yang menjelaskan alasan dia tidak melanjutkan sekolah ke jenjang SMASMK yaitu:
“Nggak ada biayanya, bapak sudah meninggal waktu saya kelas 3 semester pertama habis lebaran kemarin. Kemarin juga sudah
dapat bantuan dari sekolah jadi biayanya agak ringan. Ibu wis ngomong sekolah tapi nggak ada biayanya, tapi saya ya wis nggak
apa-apa. Sebenarnya saya masih pengen sekolah. Di sekolah itu nggak ada masalah, waktu SD berprestasi, SMP ya dapat ranking
10 besar”. Wawancara tanggal 9 Maret 2013
Naufal 20th, Penerima Manfaat dari Tegal juga menjelaskan alasan dia tidak sampai lulus SMK dikarenakan ekonomi, berikut kutipan
pernyataannya: “Kelas 2 SMK saya keluar karena kurang biaya mbak. Saya
mengambil jurusan kelistrikan karena disuruh orang tua dan kakak saya keluar karena nggak ada biaya ya saya keluar. Ya mungkin
rezeki saya untuk sekolah sampai di sini saja. Setelah keluar saya langsung kerja mbak, pernah nguli, dagang terus kerja ikut orang
juga”. wawancara tanggal 23 Maret 2013
Selain remaja di atas, masih terdapat beberapa remaja yang mengungkapkan alasan mereka mengalami putus sekolah dikarenakan
masalah ekonomi, seperti halnya yang diungkapkan Muhlas 16th ketika diwawancarai pada tanggal 16 Maret 2013 sebagai berikut:
“Nggak punya biaya ma nggak minat mbak soalnya dari orang tua yang nyuruh”.
90
Alasan serupa juga dilontarkan oleh Irkham 18th, remaja asal
Wonosobo ketika diwawancarai pada tanggal 16 Maret 2013 di mushola yaitu:
“Karena keuangan, karena kemauan sendiri lah sama itu karena tidak ada biaya tadi sih
”.
Hal senada juga diungkapkan oleh Nurdin 23th seperti berikut ini:
“Saya tidak melanjutkan sekolah ke jenjang lebih tinggi karena masalah ekonomi, saya itu anak terakhir dari 10 bersaudara, bapak
dah sepuh , ibu dagang nasi meghono”. Wawancara pada tanggal
12 Maret 2013
Alasan remaja tidak melanjutkan sekolah ke jenjang yang lebih tinggi dikarenakan masalah ekonomi juga diutarakan oleh Penerima
Manfaat wisma 5, Suprihatin berikut ini: “saya nggak melanjutkan sekolah karena nggak ada biaya mbak. Kalau pengen sih ya pengen bisa lanjut
sekolah lagi”. Wawancara pada tanggal 28 Maret 2013 Hal yang sama juga disampaikan oleh Kiki, salah satu Penerima
Manfaat wisma 5 bahwa: “Saya pengen lanjut sekolah yang lebih tinggi tapi ya orang tua
kurang biaya”. Wawancara pada tanggal 28 Maret 2013
Beberapa alasan lain terkait penyebab putus sekolah juga diungkapkan oleh remaja Penerima Manfaat, misalnya masalah tidak naik
kelas, di keluarkan dari sekolah, masalah dalam keluarganya, pengaruh 91
lingkungan tempat tinggal, serta kemauan diri sendiri karena malas dan sebagainya.
Berikut ini merupakan pernyataan dari Khanif 19th, alasan mengenai dia tidak bersekolah lagi semenjak duduk di kelas 2 SMP ialah:
“Kelas 2 SMP ditokne ko sekolahan mbak, gara-gara kakean kasus, yo mendem, ngrokok. Banyak kasuse mbak, bolosan, ngrokok neng
jero kelas, mendem nek jaba tapi reti gurune. Sanksi di buku pelanggaran sudah mencapai 350 makane aku ditokne mbak. Sejak
kelas 4-5 SD sudah mulai nakal karena pengaruh teman, lingkungan juga. Masalahe lingkunganku ki akeh cah nakale
marakmen mbak
”. Wawancara pada tanggal 16 Maret 2013
Permasalahan serupa juga dialami Chasby 19th, remaja asal Tegal tersebut mengungkapkan sebagai berikut:
“Pernah di drop out waktu kelas 3 SMP jadikan kelas 3 pindah bersyarat dari SMP di kabupaten pindah ke SMP kecamatan trus
saya bisa melanjutkan sekolah sampai SMK mbak. Sejak dari SMP saya itu banyak kasus mbak, mulai dari tawuran, narkoba, minum,
pokoknya salah pergaulanlah. Ya semua itu juga gara-gara pengaruh teman mbak
”. Wawancara pada tanggal 12 Maret 2013
Uraian permasalahan di sekolah yang mengakibatkan anak putus sekolah atau tidak melanjutkan sekolah juga disampaikan oleh Faqih
17th pada tanggal 9 Maret 2013 sebagai berikut: “Tidak melanjutkan sekolah lagi karena tidak dinaikkan sama
gurunya mbak, sering alfa, mau naik kelas 3 SMP nggak dinaikkan. Sering bolos diajak teman main mbak. Orang tua nggak
tau saya bolosan, tahunya saya tidak dinaikkan itu mbak. Lalu dimarahi sama kon sekolah neh mbak tapi akune kadhung males,
pelajarane marai males pas gurune ra penak tak tinggal metu mbak padahal tes nilaiku ya lumayan. Kon neruske isin mbak,
pernah pindah-pindah sekolah juga mbak tapi sebentar tok
”. 92
Permasalahan di dalam keluarga juga menjadi salah satu penyebab anak tidak melanjutkan atau mengalami putus sekolah, seperti yang
diungkapkan Antok 19th pada tanggal 23 Maret 2013 berikut ini: “Terakhir SMP mbak, di sekolah nggak pernah bolos, ya nakal
jane tapi nggak terlalu lah. Gara-gara ada masalah keluarga, kan aku kalau di rumah nggak betah mbak
”.
Permasalahan kedua orang tua juga dialami oleh Alaika 19th, seperti yang diungkapkan ketika diwawancarai pada tanggal 12 Maret
2013 sebagai berikut: “Sebenarnya waktu Kelas 2 SMP itu saya tambah nakal gara-gara
pelarian mbak. Bapak ibu itu ada masalah sampai mau cerai. Akhirnya dalam keadaan kayak gitu saya semakin mudah ikut
ajakan teman-teman ke arah pergaulan yang negatif sampai
akhirnya di sekolah bermasalah terus”. Selain masalah keluarga serta ekonomi terdapat juga masalah
faktor lingkungan di mana masih terdapat banyak anak-anak yang tidak melanjutkan sekolah sampai jenjang yang tinggi. Seperti halnya yang
diungkapkan oleh Musako 16th, remaja asal Wonosobo berikut ini: ”Saya sekolah sampai kelas 2 SMP mbak, ya ndak pengen sekolah
aja di sekolah nggak ada masalah juga. Ya mbuhlah kenapa. Karena faktor lingkungan juga ya pada nggak sekolah jadinya ikut-
ikutan, yang seumuran saya banyak yang nggak sekolah kegiatan cuma bantu-bantu orang tua. Padahal saya sudah digratiskan
sekolah semua sudah gratis, biaya SPP, LKS sudah gratis. Prestasi di sekolah juga bagus. Orang tua juga bilang kenapa nggak sekolah
lhawong dah gratis gini tapi saya nya yang nggak
mau sekolah”. Wawancara pada tanggal 9 Maret 2013
Berdasarkan hasil wawancara dengan beberapa remaja Penerima Manfaat di atas, dapat diambil kesimpulan bahwa dari 14 remaja Penerima
93
Manfaat yang diambil sebagai responden terdapat 8 remaja yang mengalami putus sekolah atau tidak melanjutkan sekolah dikarenakan
permasalahan ekonomi. Sebanyak 3 anak mengalami putus sekolah atau tidak melanjutkan sekolah dikarenakan ada permasalahan di sekolah atau
sebagai anak nakal. Selain itu, terdapat 2 remaja yang mengalami putus sekolah atau tidak melanjutkan sekolah dikarenakan permasalahan
keluarga. Terdapat seorang remaja yang mengalami putus sekolah atau tidak melanjutkan sekolah dikarenakan faktor lingkungan dan intern diri
sendiri.