Faktor-faktor yang menghambat Faktor-Faktor Pendukung dan Penghambat Pelaksanaan Pembinaan

masalah heterogenitas remaja putus sekolah baik dari segi usia, tingkat pendidikan dan latar belakang keluarganya sehingga dalam kegiatan bimbingan harus dilaksanakan dengan penyampaian yang sederhana agar semua remaja memahaminya. Kondisi remaja putus sekolah yang heterogen baik dari segi usia, tingkat pendidikan, latar belakang keluarga yang berbeda-beda sehingga respon remaja Penerima Manfaat terhadap materi bimbingan juga berbeda-beda. Hal ini cukup membuat pembimbing merasa kesulitan dalam menerapkan metode bimbinganpembelajaran. Keadaan tersebut juga akan berpengaruh pada respon remaja Penerima Manfaat ketika mendapatkan bimbingan. Motivasi belajar remaja Penerima Manfaat yang kurang begitu menyadari pentingnya bimbingan bagi dirinya, keluarga, dan masyarakat. Hal tersebut disampaikan oleh Ibu Martani, Pembimbing Kepribadian sebagai berikut: “Di sinikan kadang-kadang pada nggak perhatian itu kalau ditanya malah bingung sendiri padahal mereka biasanya sudah melakukan. Kalau di akhir pelajaran biasanya saya evaluasi dulu ditanya tentang materi tadi paham nggak betul- betul dilaksanakan tapi hanya orang-orang tertentu yang nggak memperhatikan mesti mereka di luar kelas juga nggak melaksanakan. Kalau ada anak-anak yang nggak sesuai aturan pasti mereka saya suruh ke depan dievaluasi bareng- bareng cuma anak-anak biar tahu kesalahannya apa ”. Wawancara tanggal 14 Maret 2013 Selain itu, adanya heterogenitas tersebut berpengaruh pula pada tingkatan perubahan tolak ukur keberhasilan pembinaan 192 moral pada perilaku remaja Penerima Manfaat di mana masing- masing anak berbeda-beda tingkatan perkembanganperubahan perilakunya. Hal tersebut dibenarkan oleh Bapak Singgih Kurniawan selaku staf bagian Yanrehsos berikut ini: “Kendala di sini itu pendidikan tidak merata ada yang SD drop out ada yang SMP, SMA drop out ada. Kelemahannya ya heterogen itu jadi di sini nggak bisa dibuat kayak silabus seperti di sekolah yang tingkat pendidikannya homogen sehingga output tolak ukurnya masing-masing anak itu berbeda”. Wawancara pada tanggal 11 Maret 2013 Hubungan antara pegawai, pembimbing, pengasuh, dan remaja Penerima Manfaat juga terjalin dengan baik. Meskipun demikian, dalam menghadapi berbagai macam latar belakang, karakter remaja maka tidak menutup kemungkinan timbul adanya suatu permasalahan, hidup bersama selama 4 bulan pasti juga ada dinamikanya tetapi tidak sampai ada permasalahan serius. Hal ini ditegaskan dengan tidak adanya masalah atau konflik serius di antara masing-masing pihak. Kalaupun ada ada yang merasa tersinggung dengan ucapan atau sikap dari pengasuh atau pembimbing itu semua juga demi kebaikan Penerima Manfaat. Seperti halnya yang diungkapkan Bapak Widarso, pengasuh wisma 9 berikut ini: “Kalau ada omongan nggak enak tentang kamu, terus saya bilang kalau kamu kalau ada ucapan yang nggak enak untuk kamu berarti kamu harusnya ada perubahan agar tidak seperti itu. Memang orang hidup itu perlu ada pengalaman. Malah yang bermanfaat itu pengalaman yang negatif. Yang namanya pengalaman itu tidak harus pengalaman enak pengalaman pahit itu perlu. Malah yang paling penting itu pengalaman pahit itu biar ada perubahan”. Wawancara pada tanggal 23 Maret 2013 193 Hal senada juga diungkapkan oleh Bapak Bambang Suryanto selaku pengasuh wisma 6 sebagai berikut: “Anak-anak kalau diseneni bapake dianggap bapake itu benci nggak senengnyengsarakne anake padahal nggak ada orang tua yang seperti itu tapi justru yang menyakitkan itu malah menjadi obat”. Wawancara pada tanggal 8 Maret 2013 Khanif 19 selaku Penerima Manfaat juga memberikan tanggapan terkait permasalahan teguran dari pembimbing atau pengasuh yang terkadang menyakiti hati remaja sebagai berikut: “Intine asline ki nek kene bapakibue ngandani tapi carane ya rada kasar mbak ben isa munggah karepe nek dipikir- pikir ki ben isoh berubah. Jane ya rapopo biasa saja tapi kan tiap orang berbeda- beda dalam menerimanya”. Wawancara pada tanggal 16 Maret 2013 3 Rendahnya niat dan kemampuan remaja Penerima Manfaat untuk menyesuaikan diri dengan situasi, kondisi, dan peraturan di Balai Rehabilitasi Sosial “Wira Adhi Karya” Ungaran Rendahnya niat dan kemampuan remaja Penerima Manfaat untuk menyesuaikan diriberadaptasi dengan situasi, kondisi, dan peraturan di Balai Rehab ilitasi Sosial “Wira Adhi Karya” Ungaran sehingga banyak remaja yang keluar masuk atau tidak betah dan sering melanggar peraturan yang ada di Balai Rehabilitasi Sosial “Wira Adhi Karya” Ungaran. Selain rasa bosan dan jenuh, remaja Penerima Manfaat dalam me laksanakan pembinaan di Balai Rehabilitasi Sosial “Wira Adhi 194 Karya” Ungaran juga harus beradaptasi dengan lingkungan, kegiatan yang telah di program, dan peraturan yang ada. Pada awal masuk balai remaja Penerima Manfaat banyak yang tidak betah sehingga akhirnya banyak yang keluar masuk. Hal tersebut juga disampaikan oleh Ibu Wati, staf bagian Penyantunan berikut ini: “Pada waktu masih awal-awal banyak anak yang keluar masuk. Ada yang nggak kerasan, di sini nggak kerasan dengan tata tertib harus bangun jam 05.00”. Wawancara pada tanggal 8 Maret 2013 Hal tersebut juga dibenarkan oleh Faqih 17th, Penerima Manfaat dari Batang sebagai berikut: “ Pertamane ora betah mbak hla peraturane tangi gasik, suruh nyapu, ngepel di rumah nggak biasa kayak gitu sampai sekarang malas kadang ya ra piket”. Wawancara pada tanggal 9 Maret 2013 Permasalahan kebiasaan buruk remaja di rumah yang masih terbawa atau dilakukan di balai maupun wisma juga menjadi salah satu hambatan dalam pelaksanaan pembinaan moral bagi remaja. Selain itu, masih terdapat beberapa remaja yang melakukan indisipliner atau melanggar peraturan di Balai Rehabilitasi Sosial “Wira Adhi Karya” Ungaran juga menjadi permasalahan dalam melaksanakan pembinaan moral melalui kegiatan bimbingan sosial. Seperti halnya yang diungkapkan oleh Ibu Samiran, pengasuh wisma 9 berikut ini: “kadang anak-anak ya nyebelin, kadang ra nduwe sopan mbi wong tuwo, sholat ra bayar we angel e. Tapi rata-rata juga 195 seperti itu mbak, mungkin di rumah juga kebanyakan main ta anak-anak segitu apalagi yang di jalan-jalan itu boro-boro sholat adus we ra mikir ”. Wawancara pada tanggal 25 Maret 2013 Hal serupa juga disampaikan oleh Ibu Martani selaku pembimbing sebagai berikut: “Ya paling ada anak-anak yang sedikit luar biasa, ada yang berubah tapi ya itu tadi nggak bisa maksimal. Kecuali ada yang juga dari rumah sudah tertib di sini juga pasti bisa diatur tapi mereka yang terbiasa sulit diatur perubahannya ya nggak maksimal”. Wawancara pada btanggal 14 Maret 2013 Untuk permasalahan remaja Penerima Manfaat yang indisipliner atau melanggar tata tertib di Balai Rehabilitasi Sosial “Wira Adhi Karya” Ungaran, mereka akan mendapat sanksihukuman sesuai kesalahan yang dibuatnya. Misalnya ada remaja yang ketahuan merokok di ruang keterampilan maka akan ditegur dan rokoknya disita, jika ada remaja yang bolos tidak ikut kegiatan hukumannya disuruh menyapu atau bersih-bersih lingkungan balai, kalau ada anak yang terlambat ikut kegiatan biasanya dihukum lari keliling lapangan, kalau ada remaja yang pergi meninggalkan balai tanpa izin dan datangnya telat mendapatkan hukuman dan membuat surat pernyataan tidak akan melakukan pelanggaran lagi. Hal tersebut dibenarkan oleh Bapak Bambang Suryanto selaku pegawai bagian Yanrehsos melalui penyataannya berikut ini: “Ini anak-anak tadi saya suruh buat surat pernyataan gara- gara melanggar 3x: merokok di kamar, tidak ikut pelajaran, 196 izin pulang nyampai sini ternyata Senin. Sanksinya ya disuruh bersih-bersih padahal disini disuruh belajar saja nggak mau”. Wawancara pada tanggal 8 Maret 2013 Beberapa remaja Penerima Manfaat telah melakukan pelanggaran seperti yang diungkapkan oleh Amin 16th berikut ini: “Pernah ketahuan ngrokok di daerah ruang jahit terus rokoke diminta sama ditegur nggak boleh ngrokok di situ lagi. Selain saya, Djafar dan Naufal juga pernah ketahuan ngrokok disuruh push up 30 kali”. Wawancara pada tanggal 9 Maret 2013 Pelanggaran lain terkait kegiatan di mushola juga pernah dilakukan oleh Musako 16th melalui pernyataan yang disampaikannya berikut ini: “Pernah di mushola nggak ikut 2 kali gara-gara tidur sanksinya disuruh berdiri di depan mushola” 4 Keterbatasan dalam segi alokasi waktu maupun sarana dan prasarana Keterbatasan waktu durasi kegiatan juga dirasakan menjadi kendala dalam pelaksanaan kegiatan bimbingan sosial baik bimbingan kelas maupun bimbingan di luar kelas seperti kegiatan pembinaan keagamaan di mushola. Hal tersebut dibenarkan oleh Bapak Sobirin selaku pendamping kegiatan keagamaan berikut ini: ”Waktunya terbatas kegiatan malam di mushola hanya sampai jam 20.30 kadang kegiatan kita lakukan tergesa-gesa. Ya ada efeknya biasanya dilakukan enak tapi kalau terburu- buru ya gitu lagune jadi nggak enak. Ya apa boleh buat karena kendalanya seperti itu kalau orang yang suka ya nggak apa-apa kan juga kegiatan keagamaan kalau yang nggak suka ya itu jadi masalah. Selain itu, biasanya itu 197 waktunya yang kurang untuk Iqra‟. Ya maaf kalau Iqra‟ yang ngajar temannya sendiri jadi ya kurang tenanan dan pendampingnya untuk Iqra‟ masih kurang”. Wawancara pada tanggal 14 Maret 2013 Keterbatasan waktu juga dirasa menjadi kendala dalam bimbingan di kelas seperti yang diungkapkan oleh Ibu Ine saat wawancara pada tanggal 28 Maret 2013 berikut ini: “Kadang juga waktunya kurang juga kurang. Ada bab-bab terakhir yang kadang nggak tersampaikan ke anak-anak soalnya juga gantian dengan materi kesehatan mental”. Ketersediaan sarana dan prasarana yang memadai juga akan menunjang keberhasilan dari pelaksanaan program kegiatan yang ada di Balai Rehabili tasi Sosial “Wira Adhi Karya” Ungaran. Walaupun sarana dan prasarana sudah bisa dikatakan cukup memadai tetapi juga masih terdapat beberapa kekurangan dalam hal sarana dan prasarana di Balai Rehabilitasi Sosial “Wira Adhi Karya” Ungaran yang bisa menjadikan kendala dalam pelaksanaan pembinaan baik bimbingan sosial maupun keterampilan. Seperti halnya yang diungkapkan oleh Chasby 19th berikut ini: “Perlu banyak diperbaharui, bola-bolanya kan kurang, ruang kelas juga bangkunya kurang, ruang keterampilan otomotif juga kurang motornya aja motor jadul. Nyaman nggak nyaman ya di nyaman-nyamanke ta mbak hla piye neh ”.Wawancara pada tanggal 12 Maret 2013 Hal senada mengenai permasalahan sarana yang perlu adanya perbaikan juga disampaikan oleh Faqih 17th berikut ini: “Bola-bolanya sudah rusak kalau bisa diperbaharui. Sarana kelas kayak kursi, meja ada yang kurang bagus. Ya walaupun 198 kayak gitu ya dinyaman- nyamanin”. Wawancara pada tanggal 9 Maret 2013 Kendala mengenai media bimbingan di kelas juga dirasakan oleh Ibu Ine selaku pembimbing mata bimbingan Kesehatan Diri sebagai berikut: “Ibu si dari dulu minta anatomi alat reproduksi dari dulu sampai sekarang nggak ada. Jadi ibu menerangkan ya nggak ada alat peraganya anak-anak cuma bisa mengira- ira sendiri”. Wawancara pada tanggal 28 Maret 2013 Permasalahan mengenai media atau peralatan bimbingan juga dirasakan oleh Bapak Basuki selaku pelatih taekwondo dalam rangka pembinaan kesegaran jasmani berikut ini: “Sebenarnya nggak ada masalah. Cuman, selama ini kan peralatan itu dari saya sendiri. Karena saya kan juga pelatih taekwondo jadi nggak apa-apalah pake peralatan saya sendiri dah biasa saja kan juga sekian lama. Jadi saya nggak pernah mengajukan peralatan untuk anak-anak yang sini. Kegiatan inti kayak yang pagi saja masih banyak kekurangannya apalagi untuk memperhatikan kegiatan ekstra seperti taekwondo ini”. Wawancara pada tanggal 26 Maret 2013 Ketersediaan sarana dan prasarana juga berpengaruh terhadap penggunaan metode dan media dalam memberikan bimbingan kepada remaja putus sekolah. Pemilihan metode dan media pembelajaran juga dapat mempengaruhi penerimaan remaja Penerima Manfaat dalam menerima materi dari pembimbingnya. Kegiatan bimbingan di kelas yang dilaksanakan melalui metode ceramah dan menyatat materi terus-menerus juga akan membawa dampak tidak baik bagi remaja, misalnya remaja Penerima Manfaat 199 malah mengantuk saat jam bimbingan, mengobrol dengan teman, bahkan ada yang tidur saat jam bimbingann. Seperti halnya yang diungkapkan oleh salah satu Penerima Manfaat, Muhlas 16th dalam penuturannya bahwa: “Kadang bosan mbak. Di kelas juga ngantukan paling sedikit dengerin asal nyatet tok mbak nggak mudeng isine ”. Wawancara pada tanggal 16 Maret 2013 Hal senada juga disampaikan oleh Faqih 17th berikut ini: “Di kelas ngantukkan ben nggak ngantuk ya nyatet. Ojo ceramah to mbak , ceramah marai ngantuk mbak”. Hal serupa juga diungkapkan oleh Khanif 19th yaitu: “ di kelas malas- malasan, ngomong wae sampai di suruh pembimbing maju gara- gara ramai”. Wawancara pada tanggal 9 Maret 2013 Chasby 19th juga mengungkapkan bahwa: “Bimbingan ya hadir tapi ada rasa males mbak. Paling cuma ngantuk-ngantuk nggak pernah sampai tidur di kelas mbak. Waktu di Rindam dibilangin yang penting ikut kelas nggak di asrama tetap kelihatanlah di kelas walaupun tidur- tidur” Wawancara pada tanggal 12 Maret 2013 Hambatan dalam sarana prasarana bahkan sumber daya manusia dalam kegiatan bimbingan keterampilan juga disampaikan oleh bapak Bambang Suryanto, pegawai bagian Yanrehsos saat wawancara pada tanggal 8 Maret 2013 sebagai berikut: “Sarana yang masih kurang jumlahnya juga menghambat sehingga belum mampu dioptimalkan. Sarana keterampilan alat prakteknya masih motor lama padahal sekarang sudah ada Honda beat, revo dan lain-lain. Sebenarnya sudah mengajukan sarana ke Pemprov-Pemerintah Pusat, kalau orang-orang di atas tidak memperhatikan ya dibawah nggak jalan-jalan cuma seperti ini aja. SDM nya juga masih butuh penyegaran, jahit contohnya lulusan tahun 70-an belum tahu 200 inovasi-inovasi jahit kan juga menghambat walaupun dasarnya sama tapi inovasi- inovasinya masih kurang”. Beberapa remaja Penerima Manfaat juga memberikan pendapatnya terkait perlunya tambahan fasilitas yang ada di wisma, terutama mesin jahit. Salah satunya seperti yang dikemukakan oleh Irkham 18th saat wawancara pada tanggal 16 Maret 2013 berikut ini: “…kurangnya menjahit di setiap wisma mbak, akhirnya saya nggak bisa nglanjutin ngerjain jahitan yang belum selesai. Kalau minjam wisma lain malu mbak, nggak tahu sebenarnya boleh apa tidak”. Hal senada juga disampaikan oleh Winda 16th terkait permasalahan mesin jahit di wisma 1 berikut ini: “Di sini ada mesin jahitnya mbak tapi sudah rusak jadi sama aja nggak bisa digunakan. Kita kalau ada tugas biasanya perg i ke wisma 2 gantian sama wisma 2 makainya mbak”. Wawancara pada tanggal 8 Maret 2013 Pendapat lain terkait fasilitas di wisma juga disampaikan oleh Faqih 17th, Penerima Manfaat wisma 9 saat wawancara pada tanggal 9 Maret 2013 sebagai berikut: “Wismanya lumayan bagus mbak, bersih itu wisma 9 mending daripada wisma lainnya tapi kamar mandinya cuma satu. Ya lumayan bikin betahlah kalau yang lain temboknya sudah banyak coret- coretan”. 201 Winda 16th juga mengungkapkan permasalahan fasilitas di wisma 1 sebagai berikut: “Di sini itu TV nya nggak bisa nyetel channel kayak RCTI,TRANS dan lain-lain mbak. Bisanya cuma buat nonton kaset VCD. Terus VCD yang ada kebanyakan film horor Indonesia yang maen Dewi Persik kan banyak adegan-adegan yang kayak gitu mbak. Ya gimana lagi ada nya itu ya kita nonton itu. Jane malu kalau ada bapaknya lewat kalau nonton kayak gitu. Tapi bapaknya cuma di dalam kamar terus kok”. Wawancara pada tanggal 23 Maret 2013 Berdasarkan hasil pengamatan peneliti di wisma 1 pada tanggal 23 Maret 2012 menunjukkan bahwa remaja Penerima Manfaat sedang melihat film Paku Kuntilanak yang diperankan oleh Dewi Persik dan kawan-kawan. Adegan yang ada di film sangat tidak mendidik dan tidak baik untuk ditiru bagi remaja Penerima Manfaat di sana mulai dari adegan berpelukan, berciuman, adegan penuh nafsu dengan lawan jenis disertai dengan memakai pakaian yang tidak sopan. Hal tersebut sangat disayangkan terjadi mengingat remaja Penerima Manfaat sedang melaksanakan pembinaan termasuk juga mendapatkan pembinaan moral di Balai Rehabilitasi Sosial “Wira Adhi Karya” Ungaran. 5 Tidak berjalannya fungsi Lurah ketua Penerima Manfaat Kendala lain dalam pelaksanaan pembinaan moral pada remaja putus sekolah angkatan I Tahun 2013 di Balai Rehabilitasi Sosial “Wira Adhi Karya” Ungaran ialah permasalahan mengenai tidak berjalannyatidak adanya ketua Penerima Manfaat, yang disebut dengan istilah Lurah. Tidak berjalannya fungsi Lurah Ketua 202 Penerima Manfaat mengakibatkan remaja Penerima Manfaat angkatan I Tahun 2013 sedikit sulit diatur dan sering melakukan pelanggaran di balai. Dalam setiap angkatan biasanya terdapat Lurah sebagai pemimpin remaja Penerima Manfaat yang lain. Hal tersebut dikarenakan dulu pada awal pembinaan remaja Penerima Manfaat tidak datang secara bersama-sama dan serentak pada bulan Januari 2013. Hal tersebut dibenarkan oleh Bapak Sobirin selaku pegawai bagian Tata Usaha sebagai berikut: “Dulu itu kurang Penerima Manfaat jadi kegiatan molor, orientasi juga molor semua molor hingga akhirnya nggak ada struktur organisasinya periode sekarang. Nggak ada Lurah, nggak ada wakil Lurah, Sekretaris”. Wawancara pada tanggal 5 Maret 2013 Hal senada juga disampaikan oleh Bapak Widarso, pengasuh wisma 8 terkait permasalahan tidak ada Lurah untuk angkatan I tahun 2013 sebagai berikut: “Angkatan ini agak sulit diatur gara-gara nggak ada ketuanya angkatan sekarang ini. nggak ada lurahnya jadi nggak ada yang dipegang jadi pemimpin. Kalau lurahnya punya ide apa yang lain pasti akan ikutan. Nggak ada lurah karena datangnya nggak serentak. Waktu itu masih kekurangan Penerima Manfaat jadi kan agak sulit membentuknya. Jadi kalau ada lurah ada program ada yang mengawali jadi agak jalan. Kalau sekarang kan mereka kalau nggak ada kegiatan atau nggak disuruh pembimbing ya malas-malasan kalau nggak ada perintah ya anak duduk-duduk. Ya nggak menyalahkan anak si ya salahnya di situ nggak ada ketuanya. Kalau ada ketuanya pastikan punya program ini itu kalau sekarang kan nol istilahnya, sekarang nunggu perintah dari pembimbing. Ya baru angkatan ini yang nggak ada. Saya di sini 15 tahun ya baru kali ini nggak ada”. Wawancara pada tanggal 23 Maret 2013 203 6 Perubahan kondisi cuaca. Perubahan kondisi cuaca dapat menghambat pelaksanaan kegiatan bimbingan terutama pada sore dan malam hari. Perubahan kondisi cuaca yang menghambat pelaksanaan pembinaan moral, meliputi perubahan cuaca yaitu udara panas dan hujan. Cuaca panas membuat remaja merasa malas dan lelah mengikuti kegiatan. Pada saat musim hujan, hujan dapat menghambat kegiatan yang pelaksanaannya di luar kelas atau outdoor bahkan membuat remaja Penerima Manfaat malas untuk berangkat mengikuti kegiatan tersebut. Seperti yang diungkapkan oleh Irkham 18th bahwa: “Bingungnya kalau hujan mbak, mau ikut kegiatan jadi gimana gitu. Biasanya kalau kegiatan mushola ya langsung terjang saja hujannya”. Wawancara pada tanggal 16 Maret 2013 Dari beberapa paparan di atas dapat disimpulkan bahwa kendala- kendala yang terdapat dalam pelaksanaan pembinaan moral tersebut dialami oleh para pegawai, pembimbing, pengasuh, dan remaja Penerima Manfaat itu sendiri. Sehingga dibutuhkan suatu kerjasa sama antara para pegawai, pembimbing, pengasuh, dan remaja Penerima Manfaat untuk meminimalisir kendala-kendala yang dapat muncul dikemudian hari. Berikut adalah hambatan-hambatan tersebut: 1 Kurangnya minat dan motivasi remaja Penerima Manfaat dalam mengikuti kegiatan. 2 Heterogenitas remaja Penerima Manfaat. 204 3 Rendahnya niat dan kemampuan remaja Penerima Manfaat untuk menyesuaikan diri dengan situasi, kondisi, dan peraturan di Balai Rehabilitasi Sosial “Wira Adhi Karya” Ungaran. 4 Keterbatasan dalam segi alokasi waktu maupun sarana dan prasarana. 5 Tidak berjalannya fungsi Lurah ketua Penerima Manfaat. 6 Perubahan kondisi cuaca.

8. Upaya Mengatasi Hambatan Pelaksanaan Pembinaan Moral Pada

Remaja Putus Sekolah di Balai Rehabilitasi Sosial ”Wira Adhi Karya” Ungaran Terdapat beberapa upaya yang dilakukan Balai Rehabilitasi Sosial ”Wira Adhi Karya” Ungaran untuk mengatasi hambatan yang terjadi dalam pelaksanaan pembinaan moral pada remaja putus sekolah. Berdasarkan pengamatan, observasi, dan wawancara yang peneliti lakukan di lapangan, upaya-upaya tersebut antara lain sebagai berikut: a. Upaya mengatasi permasalahan kurangnya minat dan motivasi remaja Penerima Manfaat dalam mengikuti kegiatan, rendahnya niat dan kemampuan remaja Penerima Manfaat untuk menyesuaikan diri dengan situasi, kondisi, dan peraturan, dan permasalahan heterogenitas Remaja Penerima Manfaat di Balai Rehabilitasi Sosial “Wira Adhi Karya” Ungaran. 205 Balai Reha bilitasi Sosial ”Wira Adhi Karya” Ungaran senantiasa mengupayakan untuk meningkatkan kualitas dalam memberikan pelayanan dan rehabilitasi pada remaja putus sekolah khususnya dalam melaksanakan pembinaan moral melalui kegiatan bimbingan sosial. Hal ini berdasarkan dengan tujuan, manfaat serta kendala yang ada selama melakukan pembinaan. Dengan adanya pembinaan baik dalam bentuk bimbingan sosial maupun bimbingan keterampilan, pegawai Balai Rehabilitasi Sosial ”Wira Adhi Karya” Ungaran berharap dan optimis bahwa para remaja putus sekolah pada nantinya bisa mendapatkan pekerjaan dengan berbekal pengalaman keterampilan dan pembinaan moralbudi pekerti yang diperoleh selama di Balai Rehabilitasi Sosial ”Wira Adhi Karya” Ungaran. Upaya yang dilakukan oleh Balai Reh abilitasi Sosial ”Wira Adhi Karya” Ungaran untuk mengatasi kendala pelaksanaan pembinaan moral melalui kegiatan bimbingan sosial guna meningkatkan kualitas dalam memberikan pelayanan dan rehabilitasi pada remaja putus sekolah diantaranya yaitu lebih meningkatkan persediaan dan pengembangan sarana dan prasarana kepada Dinas Sosial Provinsi Jawa Tengah dan meningkatkan kerja sama dengan instansi-instansi lain serta meningkatkan kualitas pembimbing supaya memberikan metode-metode bimbingan yang tepat guna agar pembinaan moral melalui kegiatan bimbingan sosial bagi remaja putus sekolah semakin berkualitas dan dapat dijadikan bekal hidup bagi 206 remaja putus sekolah setelah keluar dari Balai Rehabilitasi Sosial ”Wira Adhi Karya” Ungaran. Untuk permasalahan remaja Penerima Manfaat yang indisipliner atau melanggar tata tertib di Balai Rehabilitasi Sosial “Wira Adhi Karya” Ungaran, diterapkan melalui metode adanya sanksihukuman sesuai kesalahan yang dibuatnya. Selain itu, adanya heterogenitas tersebut berpengaruh pula pada tingkatan perubahan tolak ukur keberhasilan pembinaan moral pada perilaku remaja Penerima Manfaat di mana masing-masing anak berbeda-beda tingkatan perkembanganperubahan perilakunya. Hal tersebut dibenarkan oleh Bapak Singgih Kurniawan selaku staf bagian Yanrehsos berikut ini: “Jadi output tolak ukurnya itu bukan wah ini sekian ini selesai tapi tolak ukurnya itu luas. Individu 1 misalnya kondisi sekian kok sekarang demikian sudah dikatakan bagus. Si A dah sampai si B sudah bagus. Si C sudah sampai J itu ya maklum dia dari SMA kok. Ini SD dari semula dia tahu A sekarang sudah tahu C ya bagus. Jadi bagus atau tidaknya itu relative si anak itu karena latar belakang keluargaekonomi juga”. Wawancara pada tanggal 11 Maret 2013 Untuk mengatasi permasalahan heterogenitas remaja Penerima Manfaat maka dalam memberikan pembinaan kepada setiap remaja, pembimbing melakukannya dengan memperhatikan kebutuhan setiap anak yang berbeda-beda dan menyampaikan materi dengan cara penyampaian yang sesederhana mungkin. Terkait dengan pengukuran tingkat keberhasilan pembinaan moral pada setiap remaja putus 207

Dokumen yang terkait

Perbedaan Kemandirian dan Aktualisasi Diri pada Remaja Putera dan Remaja Puteri di Balai Rehabilitasi Sosial “Wira Adhi Karya” Ungaran

0 7 2

Model Pembinaan Remaja Putus Sekolah (Studi tentang Karakteristik dan Sistem Pengelolaannya di Panti Asuhan “Wira Adi Karya” Ungaran).

0 0 2

PEMBERDAYAAN REMAJA PUTUS SEKOLAH MELALUI PELATIHAN KETERAMPILAN TATA RIAS DALAM UPAYA MENDORONG KEMANDIRIAN REMAJA BINAAN DI BALAI PERLINDUNGAN DAN REHABILITASI SOSIAL REMAJA YOGYAKARTA.

2 26 202

KEMAMPUAN BERINTERAKSI SOSIAL REMAJA PUTUS SEKOLAH (STUDI KASUS DI BALAI PERLINDUNGAN DAN REHABILITASI SOSIAL REMAJA YOGYAKARTA).

3 25 263

MOTIVASI BELAJAR KETERAMPILAN MENJAHIT REMAJA PUTUS SEKOLAH DI BALAI PERLINDUNGAN DAN REHABILITASI SOSIAL REMAJA YOGYAKARTA.

3 37 216

PERAN PEKERJA SOSIAL DALAM PEMBINAAN REMAJA DI BALAI PERLINDUNGAN DAN REHABILITASI SOSIAL REMAJA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA.

5 55 175

MANAJEMEN PELATIHAN OTOMOTIF RODA DUA BAGI REMAJA PUTUS SEKOLAH (Studi Kasus pada Balai Rehabilitasi Sosisal Wira Adhi Karya di Ungaran) -

0 1 58

PEMBINAAN MORAL REMAJA DISSOSIAL DI BALAI REHABILITASI SOSIAL MANDIRI SEMARANG II KOTA SEMARANG -

0 0 108

PERANAN TUTOR DALAM MENGEMBANGKAN KETERAMPILAN OTOMOTIF REMAJA PUTUS SEKOLAH MELALUI PELATIHAN DI PANTI PELAYANAN SOSIAL ANAK “WIRA ADHI KARYA” UNGARAN

1 2 74

PEMBINAAN KEAGAMAAN DAN PENDIDIKAN KARAKTER BAGI REMAJA PUTUS SEKOLAH DI BALAI REHABILITASI SOSIAL “WIRA ADHI KARYA” UNGARAN TAHUN 2014/2015 - Test Repository

0 0 168