instruktur akan direkap oleh pegawai bagian Yanrehsos. Hal tersebut dibenarkan oleh Bapak Rudi Kurniawan selaku staf bagian Yanrehsos
berikut ini: “Kalau dulu kita punya nilai instrumen untuk perilaku sehari-hari
ditambah ujian tertulis jadi nanti nilai itu digabungkan dan yang menilai adalah pengasuh, pembimbing, pekerja sosial ditambah
nilai tertulis nanti dibagi 3. Kalau sekarang kan nggak ada instrumennya, nilainya full dari ujian tertulis. Kalau aspek
kepemimpinan kayak Permildas dan Pramuka, kebugaran jasmani, dan keterampilan ada prakteknya. Kalau yang lain cuma ujian
tertulis saja.” Wawancara pada tanggal 28 Maret 2013 Bapak Rudi Kurniawan juga menambahkan bahwa: “sebenarnya
dulu ada instrumen penilaiannya jadi ada daily report dilihat dari perkembangannya apa-apa ada standar nilainya, misalnya pelanggaran
berapa kali. Tapi sekarang sudah nggak jalan jadi ya full evaluasi nilai tertulis plus pertimbangan dari masing-masing pembimbing tanpa ada
instrumen yang pasti tergantung baik hati atau tidaknya pembimbing. Ya itu tadi karena nggak punya standar penilaian jadi kadang ada yang ngasih
nilai baik kadang kurang. Jadi nilainya kita sesuaikan dengan standar nilai kita antara 65-80. Jadi nggak mungkin anak dikasih 90 ya disesuaikan
dengan kemampuan anaklah nggak terlalu jauh dari kemampuan anak. Nanti kalau dikasih terlalu tinggi waktu daftar kerja malah dipertanyakan
jadi ya disesuaikan kemampuan anak”. Wawancara pada tanggal 28 Maret 2013
Hal senada juga disampaikan oleh Ibu Ine selaku pembimbing sebagai berikut:
114
“Evaluasinya soal essay dibuat dengan bu Tini selaku pembimbing Kesehatan Diri. Dan hasilnya harus minimal 65 dan maksimal 85
jadi nggak bisa melampaui angka itu. Walaupun sepinter apa ya tetap saja maksimal 85. Dulu itu setiap pengasuh punya catatan
sendiri walaupun anak itu pinter tapi dalam kehidupan sehari-hari nggak ikut apel, nggak rajin sholatnya ya tetap saja nilainya jelek
karena perilaku sehari-
harinya yang diutamakan di sini”. Wawancara pada tanggal 28 Maret 2013
h. Indikator keberhasilan pelaksanaan pembinaan moral
Keberhasilan pelaksanaan pembinaaan moral yang dilaksanakan dalam bentuk kegiatan bimbingan sosial di Balai Rehabilitasi So
sial “Wira Adhi Karya” Ungaran dapat dilihat dari beberapa indikator, antara lain:
dilihat dari sikap Penerima Manfaat dalam kehidupan sehari-hari ada perubahan perilaku apa tidak dibandingkan waktu di rumah dengan di
balai kemudian juga dapat dilihat dari target 60 dalam bimbingan sosial itu tercapai apa tidak dilihat dari jadwal atau jam latihan yang diberikan
kepada remaja Penerima Manfaat serta dilihat dari sejauh mana manfaat yang telah diperoleh Penerima Manfaat selama mendapatkan pembinaan
di sini dan apakah dia menyimpang dari moralbudi pekerti. Hal tersebut seperti yang telah dijelaskan oleh Bapak Bambang Suryanto, staf bagian
Yanrehsos saat wawancara pada tanggal 8 Maret 2013 berikut ini: “Keberhasilan per materi bisa dilihat dari kehidupan sehari-hari,
budi pekerti itu berhasiltidak dilihat dalam kehidupan sehari-hari nanti bocah iku piye yang tadinya di rumah dari rumah nggak
sholat sekarang di sini gelem sholat artinya bimbingan kita berhasil. Yang awalnya sama orang tua wanenan sekarang bisa
sopan. Jika dulu sama awake dewe balik ganti wer wer setelah di sini kok ya bali ngono neh berarti bimbingan kita gagal. Tapi untuk
tolak ukur itu juga sulit, semestinya ada juga gambaran anak-anak itu sebelum masuk di sini itu seperti apa sehingga bimbingan kita
jelas o bocah iku gawene sak karepe dewe ma wong tua wani. Mesti harus ada gambaran yang benar ya seperti itu tapi ya
115
biayanya itu apa negara mampu membiayai ya yang benar seperti itu untuk bimbingan sosial sehingga dengan ada gambaran seperti
itu maka di sini bisa pas bimbingan yang jelas buat anak. Selain itu secara target bimbingan sosial itu 60 dilihat dari jadwal jam
latihannya
sudah pas mencapai 60 untuk bimbingan sosial”. Hal serupa terkait tolak ukur keberhasilan pembinaan moral
melalui kegiatan bimbingan sosial juga disampaikan oleh Bapak Singgih Kurniawan selaku staf bagian Yanrehsos sebagai berikut:
“Bimbingan di sini itu yang dijadikan ukurannya itu jam latihannya. Jam latihan untuk bimbingan sosial lebih banyak
dibandingkan jam latihan keterampilan. Justru perubahan perilaku kalau saya melihat secara pribadi ya dari hal kecil kayak dari apel.
Perubahan perilaku yang bisa diukur ya kayak gitu seberapa dia disiplin, kalau di rumah cuci piring nggak kalau di sini ya cuci
piring sendiri, nyuci baju sendiri, nyeterika. Perubahan perilaku itu yang semula di rumah tidak tahu apa-apa akhirnya di sini dipaksa
dan harus maka jadilah seperti itu. Dan ditanya pulang ke rumah nggak waktu ditanya mereka ya katanya di rumah tetap terbiasa
bangun pagi kayak di sini. Ya itu kan perubahan-perubahan yang bisa dilihat. Kalau tujuannya kayak di silabus misalnya diajarkan
materi ini siswa da
pat mengetahui… Lha kita bukan menitikberatkan disitunya. Selain itu, misalnya apel, tugas jadi
komandan itu digilirtidak tetap biar anak bisa dan berani jadi semua dapat peran. Walaupun tidak tertulis ya tapi justru
pelaksanaan tugas harian seperti itu yang kita titikberatkan,
kedisiplinannya”. Wawancara pada tanggal 11 Maret 2013 Adanya perubahan perilaku pada remaja putus sekolah setelah
mendapatkan pembinaan di Balai Rehabilitasi So sial “Wira Adhi Karya”
Ungaran juga disampaikan oleh Bapak Widarso, pengasuh wisma 8 sebagai berikut:
“Ya alhamdulillah nya gini mbak setiap anak dari sini, sebelum dia masuk sini dan keluar itu perubahannya hampir 50 mbak.
Sebenarnya gini kan setiap anak yang keluar suatu saat dia main ke sini ya kalau dia nggak cerita ya tetangganya yang cerita sekarang
larene ngeten-ngeten mpun sae
, berarti kan ada perubahan”. Wawancara pada tanggal 23 Maret 2013
116
Hal senada juga dituturkan oleh Bapak Samiran, pengasuh wisma 9 sebagai berikut:
“Nanti terasanya kalau sudah pulang pasti bener kadang ada anak yang main ke sini cerita katanya suruh bangun pagi itu ada
hikmahnya. Pernah ada juga orang tua yang terima kasih dari pihak keluarga ke wisma atau balai ini setelah pulang itu ada perubahan.
Tapi kalau masih di sini kan belum terasa kadang cuma apa
membersihkan tempat yang ditinggalinya, nyuci sendiri”. Wawancara pada tanggal 26 Maret 2013
i. Bentuk-bentuk kegiatan pembinaan moral pada remaja putus
sekolah di Balai Rehabilitasi Sosial “Wira Adhi Karya” Ungaran
Pembinaan moral pada remaja putus sekolah yang dilaksanakan melalui kegiatan bimbingan sosial di Balai Rehabilitasi So
sial “Wira Adhi Karya” Ungaran mengedepankan pada aspek rehabilitasi perilaku dan
rehabilitasi sosial psikologis, meliputi: pembinaan moral berhubungan dengan Tuhan, sesama manusia sosial, diri sendiri, dan lingkungan
alam. Melalui kegiatan-kegiatan tersebut pendekatan-pendekatan dalam memberikan pembinaan moral pada remaja putus sekolah ini dilakukan.
Berikut ini hasil penelitian mengenai bentuk-bentuk kegiatan pembinaan moral pada remaja putus sekolah di Balai Rehabilitasi So
sial “Wira Adhi Karya” Ungaran:
1 Pembinaan moral berhubungan dengan Tuhan
Pembinaan moral berhubungan dengan Tuhan atau lebih dikenal dengan istilah pembinaan keagamaan di Balai Rehabilitasi
Sosial “Wira Adhi Karya” Ungaran merupakan bagian dari kegiatan bimbingan sosial yang bertujuan untuk meningkatkan keimanan dan
117