Nomor 22 Tahun 1995 tentang Panti Sosial Bina Remaja yang menjadi acuan pelaksanaan pembinaan bagi remaja putus sekolahterlantar di
dalam panti dan Petunjuk Teknis Penyelenggaraan Balai Rehabilitasi Sosial Tahun 2011. Selain dasar hukum tersebut, pelaksanaan pembinaan
moral dan budi pekerti di Balai Rehabilitasi So sial “Wira Adhi Karya”
Ungaran juga dilandasi oleh adanya norma agama, norma sosial, dan norma hukum. Seperti yang dijelaskan oleh Bapak Bambang Suryanto
selaku pembimbing Budi Pekerti ketika diwawancara pada tanggal 8 Maret 2013 berikut ini:
“Dalam pembinaan moralbudi pekerti itu harus ada landasannya. Wis kowe mau berbuat itu landasanpedomannya adalah baik,
manfaat, lazim, tidak boleh merugikan orang lain tapi yang saling menguntungkan. Yang kedua harus dilandasi dengan kesadaran
diri, artinya dengan ikhlas ditamengi hukum agama, hukum
negara, dan norma sosial”.
e. Pendekatan dan metode dalam pelaksanaan pembinaan moral
pada remaja putus sekolah
Pembinaan yang diberikan kepada remaja putus sekolah Balai Rehabilitasi So
sial “Wira Adhi Karya” Ungaran terdiri dari program rehabilitasi perilaku, rehabilitasi sosial psikologis, dan rehabilitasi karya.
Semua program itu saling berhubungan dan saling melengkapi. Jadi pelaksanaannya pun tidak dapat dipisahkan satu sama lain karena juga
saling terkait. Pendekatan yang digunakan dalam pelaksanaan pembinaan bagi
remaja putus sekolah, meliputi: 1 pendekatan integratif dimana pembinaan dilakukan secara terpadu antara program yang satu dengan
103
program yang lain, 2 pendekatan komprehensif dimana pembinaan itu dilakukan untuk kemajuan dan pengembangan Penerima Manfaat secara
menyeluruh, 3
pendekatan interdisipliner
dimana pembinaan
dilaksanakan dengan melibatkan berbagai disiplin ilmu dalam melihat dan menangani masalah Penerima Manfaat, 4 pendekatan lintas sektoral
dimana pembinaan dilakukan dengan melibatkan berbagai sektor dalam menangani masalah Penerima Manfaat, misalnya dari kepolisian. Hal itu
juga diperkuat oleh pernyataan dari Bapak Singgih Kurniawan selaku staf bidang Yanrehsos berikut ini:
“Dalam membina remaja di sini kami menggunakan pendekatan integratif, komprehensif, interdisipliner, dan lintas sektoral.
Misalnya saat anak ada masalah maka akan diadakan case conference yang terdiri dari berbagai disiplin seperti pekerja sosial,
pengasuh, dan psikolog untuk membantu anak mengatasi masalahnya. Lalu ada pihak kepolisian juga yang setiap hari Sabtu
memberikan pembinaan bagi remaja Penerima Manfaat”. Wawancara pada tanggal 25 Maret 2013
Metode atau cara dalam melaksanakan pembinaan moral sangat
mempengaruhi tingkat keberhasilan dari program tersebut. Maka pemilihan metodecara pembinaan harus disesuaikan dengan situasi dan
kondisi remaja dan juga harus memperhatikan kemampuan pembimbing. Pemilihan metode yang tepat dari seorang pembimbing akan
mempengaruhi proses pembinaan juga. Metode yang digunakan dalam pelaksanaan pembinaan moral
Balai Rehabilitasi So sial “Wira Adhi Karya” Ungaran terdiri dari berbagai
carametode. Karena pembinaan moral merupakan bagian terpadu dari kegiatan bimbingan sosial maka pelaksanaannya pun dilakukan dengan
104
berbagai cara, seperti: metode classical di kelas, ceramah, diskusi, tanya jawab, permainan, bimbingan individual, bimbingan kelompok, konseling,
dinamika kelompok, modeling, praktek dan sebagainya. Berikut ini penuturan salah satu pembimbing Budi Pekerti, bapak Bambang Suryanto
pada tanggal 8 Maret 2013 adalah: “Kalau waktu bimbingan Budi Pekerti di kelas itu biasanya dengan
cara ceramah, dinamika kelompok, diskusi, tanya jawab, dan permainan”.
Hal senada juga diungkapkan oleh ibu Martani selaku pembimbing materi Kepribadian sebagai berikut:
“Pada waktu bimbingan di kelas, selain di samping ceramah, juga memakai metode tanya jawab, kadang juga dinamika kelompok
dan permainan”. Wawancara pada tanggal 14 Maret 2013 Pendapat lain juga diungkapkan oleh Bapak Singgih Kurniawan
terkait dengan metode atau cara pembinaan moral bagi remaja Penerima Manfaat yaitu:
“Metode secara keseluruhan ya ada classical, bimbingan individual, kelompok, dinamika kelompok, di luar jam kerja juga
biasanya dilakukan pembinaan bagi anak. Jadi bimbingan itu bukan hanya dijadwal saja tapi bimbingan itu juga termasuk
kegiatan di wisma termasuk bangun pagi, piket ya melalui proses pembiasaan di sinilah. Yang tadi di rumah nggak pernah nyapu,
bangun pagi di sini jadi nyapu, piket, bangun pagi”. Wawancara pada tanggal 25 Maret 2013
105