Remaja Remaja Putus Sekolah

Lain halnya dengan J. Piaget dalam Singgih D. dan Y. Singgih 1983:202 memandang adolescentia sebagai suatu fase hidup dengan perubahan-perubahan penting pada fungsi intelegensi, tercakup dalam perkembangan aspek kognitif. Sedangkan F. Neidhart dalam Singgih D. dan Y. Singgih 1983:202 memandang masa adolescentia sebagai masa peralihan ditinjau dari kedudukan ketergantungannya dalam keluarga menuju ke kehidupan dengan kedudukan mandiri. Berdasarkan pendapat para ahli di atas, dapat disimpulkan bahwa remaja merupakan masa perubahan atau peralihan dari masa kanak-kanak ke masa dewasa yakni antara 12 sampai 21 tahun yang meliputi perubahan biologis, perubahan psikologik, dan perubahan sosial.

2. Putus Sekolah

Putus sekolah adalah proses berhentinya siswa secara terpaksa dari suatu lembaga pendidikan tempat dia belajar. Anak putus sekolah adalah terlantarnya anak dari sebuah lembaga pendidikan formal, yang disebabkan oleh berbagai faktor. Gunawan 2000:71 mengartikan pengertian putus sekolah sebagai predikat yang diberikan kepada mantan peserta didik yang tidak mampu menyelesaikan suatu jenjang pendidikan sehingga tidak dapat melanjutkan studinya ke jenjang pendidikan berikutnya. Misalnya seorang warga masyarakatanak yang hanya mengikuti pendidikan di Sekolah Dasar SD sampai kelas 5, disebut sebagai putus sekolah SD belum tamat SDtanpa STTB. Demikian juga seorang warga masyarakat yang ber-STTB SD 44 kemudian mengikuti pendidikan di SMP sampai kelas 2 saja, disebut putus sekolah SMP, dan seterusnya. Masalah putus sekolah khususnya pada jenjang pendidikan rendah, kemudian tidak bekerja atau berpenghasilan tetap dapat menjadi beban masyarakat bahkan sering menjadi pengganggu ketenteraman masyarakat Gunawan, 2000: 72. Hal ini diakibatkan kurangnya pendidikan atau pengalaman intelektual, serta tidak memiliki keterampilan yang dapat menopang kehidupannya sehari-hari. Lebih-lebih bila mengalami frustasi dan merasa rendah diri tetapi bersikap overkompensasi bisa menimbulkan gangguan-gangguan dalam masyarakat berupa perbuatan kenakalan yang bertentangan dengan norma-norma sosial yang positif. Masalah putus sekolah bisa menimbulkan ekses dalam masyarakat karena itu penanganannya menjadi tugas kita semua sehingga para putus sekolah tidak mengganggu kesejahteraan sosial. Ada tiga langkah yang dapat dilakukan, yaitu: a. Langkah preventif: membekali para peserta didik dengan keterampilan- keterampilan praktis dan bermanfaat sejak dini agar kelak bila diperlukan dapat merespon tantangan-tantangan hidup dalam masyarakat secara positif sehingga dapat mandiri dan tidak menjadi beban masyarakat atau menjadi parasit dalam masyarakat. Misalnya keterampilan-keterampilan kerajinan, jasa, elktronika, PKK, batik, fotografi, dan sebagainya. b. Langkah pembinaan: memberikan pengetahuan-pengetahuan praktis yang mengikuti perkembanganpembaharuan zaman melalui bimbingan baik secara fisik, mental, kepribadian maupun social dan latihan-latihan dalam lembaga-lembaga sosialpendidikan luar sekolah seperti LKMD, PKK, kelompok pencapir, karang taruna, dan sebagainya. c. Langkah tindak lanjut: memberikan kesempatan yang seluas-luasnya kepada mereka untuk terus melangkah maju melalui penyediaan fasilitas-fasilitas penunjang sesuai kemampuan masyarakat tanpa 45 mengada-ada, termasuk membina hasrat pribadi untuk berkehidupan yang lebih baik dalam masyarakat Gunawan, 2000: 72.

3. Remaja Putus Sekolah

Dokumen yang terkait

Perbedaan Kemandirian dan Aktualisasi Diri pada Remaja Putera dan Remaja Puteri di Balai Rehabilitasi Sosial “Wira Adhi Karya” Ungaran

0 7 2

Model Pembinaan Remaja Putus Sekolah (Studi tentang Karakteristik dan Sistem Pengelolaannya di Panti Asuhan “Wira Adi Karya” Ungaran).

0 0 2

PEMBERDAYAAN REMAJA PUTUS SEKOLAH MELALUI PELATIHAN KETERAMPILAN TATA RIAS DALAM UPAYA MENDORONG KEMANDIRIAN REMAJA BINAAN DI BALAI PERLINDUNGAN DAN REHABILITASI SOSIAL REMAJA YOGYAKARTA.

2 26 202

KEMAMPUAN BERINTERAKSI SOSIAL REMAJA PUTUS SEKOLAH (STUDI KASUS DI BALAI PERLINDUNGAN DAN REHABILITASI SOSIAL REMAJA YOGYAKARTA).

3 25 263

MOTIVASI BELAJAR KETERAMPILAN MENJAHIT REMAJA PUTUS SEKOLAH DI BALAI PERLINDUNGAN DAN REHABILITASI SOSIAL REMAJA YOGYAKARTA.

3 37 216

PERAN PEKERJA SOSIAL DALAM PEMBINAAN REMAJA DI BALAI PERLINDUNGAN DAN REHABILITASI SOSIAL REMAJA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA.

5 55 175

MANAJEMEN PELATIHAN OTOMOTIF RODA DUA BAGI REMAJA PUTUS SEKOLAH (Studi Kasus pada Balai Rehabilitasi Sosisal Wira Adhi Karya di Ungaran) -

0 1 58

PEMBINAAN MORAL REMAJA DISSOSIAL DI BALAI REHABILITASI SOSIAL MANDIRI SEMARANG II KOTA SEMARANG -

0 0 108

PERANAN TUTOR DALAM MENGEMBANGKAN KETERAMPILAN OTOMOTIF REMAJA PUTUS SEKOLAH MELALUI PELATIHAN DI PANTI PELAYANAN SOSIAL ANAK “WIRA ADHI KARYA” UNGARAN

1 2 74

PEMBINAAN KEAGAMAAN DAN PENDIDIKAN KARAKTER BAGI REMAJA PUTUS SEKOLAH DI BALAI REHABILITASI SOSIAL “WIRA ADHI KARYA” UNGARAN TAHUN 2014/2015 - Test Repository

0 0 168