Faktor yang Menyebabkan Remaja di Balai Rehabilitasi Sosial
Maka berdasarkan data di atas, diperoleh permasalahaan terbanyak dalam kasus putus sekolah yang dialami remaja Penerima Manfaat di Balai
Rehabilitasi Sosial ”Wira Adhi Karya” Ungaran dikarenakan permasalahan ekonomi kemudian disusul karena permasalahan di dalam
keluarga dan selebihnya karena permasalahan internal anak itu sendiri serta faktor lingkungan tempat tinggalnya.
Data di atas sesuai dengan pendapat yang dikemukakan oleh Beeby 1982: 176-179 bahwa sebab putus sekolah lebih dikarenakan masalah
sosial ekonomi daripada masalah pendidikan. Pendapat senada mengenai penyebab putus sekolah dikemukakan oleh Sweeting dan Muchlisoh
1998:14 bahwa alasan anak-anak keluar sekolah dari Sekolah Dasar secara prematur umumnya adalah erat kaitannya dengan masalah ekonomi.
Ada berbagai latar belakang kemunculan putus sekolah dalam dunia pendidikan kita kebanyakan adalah persoalan ekonomi, orang tua siswa
tidak mampu membiayai anaknya untuk melanjutkan sekolah Rifa‟i, 2011:203. Hal tersebut terbukti dengan adanya responden sebanyak 14
orang dimana 57,1 merupakan remaja yang mengalami putus sekolah atau tidak melanjutkan sekolah karena permasalahan ekonomi.
Berdasarkan data yang diperoleh sebanyak 3 remaja dari 14 remaja yang diambil sebagai responden atau sebanyak 21,43 remaja Penerima
Manfaat di Balai Rehabilitasi Sosial ”Wira Adhi Karya” Ungaran
mengalami putus sekolah atau tidak melanjutkan sekolah dikarenakan ada permasalahan di sekolah atau sebagai anak nakal atau karena kenakalan
214
remaja. Hal tersebut sesuai pendapat yang disampaikan oleh Rifa‟i
2011:204 bahwa ada juga sebab putus sekolah karena sang anak memiliki persoalan di sekolah, memiliki musuh, baik itu seniornya, teman
seangkatannya, adik kelasnya yang itu tidak membuatnya nyaman. Penyebab lain anak putus sekolah adalah persoalan keluarga,
seperti perceraian atau kekerasan dalam rumah tangga menjadi faktor anak putus sekolah Rifa‟i, 2011:208. Ratningdiah dalam Rifa‟i 2011:208
juga mengungkapkan bahwa ada peningkatan KDRT dan hal itu berakibat peningkatan angka drop out berhenti dari sekolah dan kasus perceraian
yang juga mengalami peningkatan. Pendapat tersebut juga sesuai dengan data yang diperoleh di
Balai Rehabilitasi Sosial ”Wira Adhi Karya” Ungaran dimana sebanyak 14,29 remaja Penerima Manfaat mengalami
putus sekolah atau tidak melanjutkan sekolah dikarenakan permasalahan keluarga.
Selain masalah keluarga serta ekonomi terdapat juga masalah faktor lingkungan di mana di suatu daerah masih terdapat banyak anak-
anak yang tidak melanjutkan sekolah sampai jenjang yang tinggi. Selain hal tersebut, faktor kepribadian dan kemauan anak sendiri untuk tidak
bersekolah juga menjadi faktor penyebab anak mengalami putus sekolah. Hal senada juga disampaikan oleh Rifa‟i 2011:208 melihat berbagai
faktor yang menjadi penyebab terjadinya putus sekolah dari peserta didik, baik itu berasal di sekolah, di rumah maupun di masyarakat, selain juga
tak melupakan faktor dari kepribadian peserta didik. Pendapat tersebut 215
juga sesuai dengan data yang diperoleh dimana sebanyak 7,14 dari 14 responden remaja Penerima Manfaat di
Balai Rehabilitasi Sosial ”Wira Adhi Karya” Ungaran mengalami putus sekolah atau tidak melanjutkan
sekolah dikarenakan faktor lingkungan dan intern diri sendiri. Jadi, berdasarkan hasil penelitian terhadap 14 remaja Penerima
Manfaat di Balai Rehabilitasi Sosial ”Wira Adhi Karya” Ungaran dapat
diambil kesimpulan bahwa permasalahan ekonomi menjadi faktor utama yang menyebabkan remaja di Balai Rehabilitasi Sosial ”Wira Adhi Karya”
Ungaran mengalami putus sekolah atau tidak dapat melanjutkan sekolah. Sedangkan penyebab kedua remaja mengalami putus sekolah dikarenakan
permasalahan pada pribadi remaja atau karena kenakalan remaja dan penyebab yang ketiga ialah karena permasalahan ketidakharmonisan
keluarga. UUD 1945 mengamanatkan bahwa setiap warga negara berhak
memperoleh pendidikan dasar dan negara wajib membiayainya Pasal 31 ayat 1 dan 2 UUD 1945. Oleh karena itu, pemerintah pusat dan daerah
bersama-sama masyarakat telah berusaha memenuhi amanat tersebut melalui pembangunan sekolah-sekolah di seluruh Indonesia, termasuk di
daerah 3T terdepan, terluar, dan tertinggal. Akses pendidikan juga dipengaruhi oleh ketersediaan satuan pendidikan dan keterjangkauan dari
sisi pembiayaan. Menteri Pendidikan, Mohammad Nuh memberikan sambutan
dalam rangka memperingati Hari Pendidikan Nasional 2013 yang bertema 216
“Meningkatkan Kualitas dan Akses Berkeadilan”. Seperti yang dikutip dalam kompasiana.com pada tanggal 2 Mei 2013 yaitu:
“Dalam sambutannya, Mendikbud menyampaikan bahwa salah satu fungsi pendidikan ialah untuk meningkatkan kualitas dan
akses berkeadilan. Maksudnya, pendidikan menjadi vaksin sosial demi imunitas penyakit sosial masyarakat dalam hal kemiskinan,
ketidaktahuan
dan keterbelakangan
peradaban. Sekaligus
pendidikan menjadi elevator sosial untuk dapat meningkatkan status sosial
”.
Tema itu merupakan cerminan dari jawaban terhadap tantangan, persoalan dan harapan seluruh masyarakat dalam menyiapkan generasi
yang lebih baik. Layanan pendidikan haruslah dapat menjangkau ke seluruh lapisan masyarakat sesuai dengan prinsip pendidikan untuk semua
Education for All tanpa membedakan asal-usul, status sosial, ekonomi, dan kewilayahan. Sekaligus diminta supaya di semua daerah untuk
mendirikan posko anti drop out guna memberikan hak dasar memberikan pendidikan kepada setiap warga.
Dalam rangka mengangani dan mengurangi jumlah anak yang mengalami putus sekolah maka pemerintah melakukan beberapa usaha
salah satunya dengan upaya untuk membuka posko anti drop out DO atau posko anti putus sekolah di semua daerah. Tujuannya, untuk
memastikan agar setiap anak dapat melanjutkan pendidikannya ke jenjang yang lebih tinggi, terutama dari jenjang pendidikan dasar ke menengah dan
untuk memberikan hak dasar pendidikan kepada setiap warga. Hal tersebut seperti yang diungkapkan oleh Mendikbud, M. Nuh dalam sambutannya
217
pada Hari Pendidikan Nasional, 2 Mei 2013 yang dilansir dalam republika.co.id berikut ini:
“Saya ingin mengajak kepada semua pencinta dunia pendidikan untuk bersama-sama membuka posko anti drop out DO atau anti
putus sekolah pada awal tahun pelajaran nanti. Negara telah memberikan perhatian yang besar terhadap dunia pendidikan
melalui pengalokasian anggaran sebesar 7,8 triliun untuk bantuan bagi siswa miskin. Selain itu, pemerintah telah menyiapkan
Bantuan Operasional Sekolah BOS dan Bantuan Operasional Perguruan Tinggi Negeri BOPTN. Pendidikan merupakan hak
setiap warga negara, hal itu sesuai dengan amanat UUD 1945 Pasal 31 ayat 1 dan 2 yang menyatakan bahwa setiap warga negara
berhak memperoleh pendidikan dasar dan negara wajib
membiayainya”.