-1.09 -1.09 -0.42 -0.40 PERKEMBANGAN KAWASAN DAN TAMAN NASIONAL

160

6.3. Evaluasi Dampak Kebijakan Peningkatan Alokasi Sektor

Pengeluaran Pembangunan Prioritas Dampak peningkatan alokasi pengeluaran pembangunan sektor prioritas tanpa adanya perubahan dalam alokasi pengeluaran rutin dan pembangunan tanpa adanya realokasi terhadap penyebaran alokasi pengeluaran sektor-sektor pengeluaran pembangunan. Secara umum peningkatan alokasi salah satu sektor pengeluaran pembangunan akan diikuti dengan menurunnya alokasi sektor lain kecuali sektor pertanian, seperti disajikan pada Tabel 33. Tabel 33. Evaluasi Dampak Peningkatan Alokasi Pengeluaran Sektor Prioritas Terhadap Alokasi Pengeluaran Sektor Lain No Sektor Pengeluaran Pembangunan Sektor prioritas Transportasi Pengembangan Wilayah Sumberdaya Manusia Bengkulu 1 Transportasi

3.24 -1.09 -1.09

2 Pengembangan Wilayah -0.46 3.24 -0.46 3 Sumberdaya Manusia -0.28 -0.28 3.24 4 Sektor lain-lain -0.58 -0.58 -0.58 Jambi 1 Transportasi 3.24 -0.99 -0.99 2 Pengembangan Wilayah -0.42

3.24 -0.42

3 Sumberdaya Manusia -0.26 -0.26 3.24 4 Sektor lain-lain -0.52 -0.52 -0.52 Sumbar 1 Transportasi 3.21 -0.94 -0.94 2 Pengembangan Wilayah -0.40

3.21 -0.40

3 Sumberdaya Manusia -0.24 -0.24 3.21 4 Sektor lain-lain -0.50 -0.50 -0.50 Keterangan: Angka ”TEBAL” menunjukkan kenaikan alokasi sektor prioritas masing-masing kawasan Peningkatan alokasi salah satu sektor pengeluaran pembangunan prioritas akan diikuti dengan penurunan alokasi sektor prioritas lain dan sektor-sektor non- prioritas, dengan besaran bervariasi sesuai respon masing-masing sektor terhadap perubahan dalam rasio pengeluaran rutin terhadap pembangunan. Perubahan 161 alokasi sektor pengeluaran pembangunan ini selanjutnya akan mendorong perubahan struktur pembiayaan pembangunan sektor swasta, tetapi dengan dampak yang berbeda untuk masing-masing kebijakan seperti disajikan pada Tabel 34. Tabel 34. Evaluasi Dampak Peningkatan Alokasi Pengeluaran Sektor Prioritas Terhadap Penyebaran Kredit Perbankan No Kelompok Kredit Sektor prioritas Transportasi Pengembangan Wilayah Sumberdaya Manusia Bengkulu 1 Investasi dan Modal Kerja -2.51 0.75 1.85 2 Usaha Kecil dan Menengah -4.66 6.38 -2.48 3 Sektor Pertanian -4.49 0.25 3.49 Jambi 1 Investasi dan Modal Kerja -2.75 0.80 1.81 2 Usaha Kecil dan Menengah -4.52 6.53 -2.28 3 Sektor Pertanian -4.95 0.34 3.41 Sumbar 1 Investasi dan Modal Kerja -2.90 0.86 1.76 2 Usaha Kecil dan Menengah -4.46 6.54 -2.19 3 Sektor Pertanian -5.22 0.46 3.31 Kebijakan peningkatan alokasi pengeluaran pembangunan sektor transportasi akan mendorong menurunnya proporsi kredit investasi dan modal kerja, usaha kecil dan menengah, serta sektor pertanian. Pada sisi lain peningkatan alokasi pengeluaran pembangunan sektor pengembangan wilayah akan mendorong peningkatan proporsi ketiga kelompok kredit. Dampak yang bervariasi terjadi akibat peningkatan alokasi pengeluaran pembangunan sektor sumberdaya manusia yang mendorong peningkatan proporsi kredit pada sektor produksi yaitu kredit investasi dan modal kerja, serta kredit sektor pertanian, tetapi sebaliknya 162 menyebabkan menurunnya proporsi kredit usaha kecil dan menengah. Hal ini mengindikasikan bahwa peningkatan alokasi sektor transportasi dan sumberdaya manusia akan mendorong peningkatan proporsi kredit usaha besar dan diduga menjadi faktor pendorong masuk investasi oleh usaha skala besar. Secara umum perubahan distribusi kredit perbankan ini juga didorong oleh perkembangan sosial ekonomi kawasan, seperti peningkatan output perkapita yang mendorong peningkatan kredit konsumsi, sehingga proporsi kredit investasi dan modal kerja akan mengalami penurunan. Perubahan dalam perilaku alokasi pengeluaran pembangunan dan distribusi kredit perbankan ini selanjutnya akan mempengaruhi perkembangan sosial, ekonomi dan lingkungan kawasan, seperti disajikan pada Tabel 35. Tabel 35. Evaluasi Dampak Peningkatan Alokasi Pengeluaran Pembangunan Sektoral Masing-masing Kawasan No Variabel Sektor Pengeluaran Pembangunan Transportasi Pengembangan Wilayah Sumberdaya Manusia B J S B J S B J S Ekonomi 1 Pangsa PDB Pertanian -0.42 -0.42 -0.41 0.43 0.40 0.38 0.17 0.15 0.14 2 Pertumbuhan output

0.87 0.92 0.94 -0.67 -0.67 -0.67 -0.31 -0.30 -0.29

3 PDBKapita -1.18 -1.05 -0.89 -0.26 -0.33 -0.33 2.48 2.43 2.23 Sosial 1 Partisipasi angkatan kerja -0.26 -0.24 -0.22 -0.28 -0.26 -0.24 -0.09 -0.07 -0.06 2 Pengangguran terbuka -0.27 -0.29 -0.31 -0.15 -0.16 -0.16 0.21 0.19 0.18 3 Pangsa TK Pertanian 1.48 1.54 1.58 0.14 0.04 -0.02 -0.20 -0.26 -0.27 Lingkungan 1 Laju deforestasi -4.58 -4.27 -5.44 3.80 3.37 4.22 1.19 0.96 1.17 2 Degradasi zona penyangga -0.36 -0.28 -0.21 0.40 0.32 0.27 0.06 0.01 0.00 3 Degradasi TNKS 0.11 0.12 0.12 0.04 0.05 0.05 -0.13 -0.12 -0.12 Keterangan: Angka ”Tebal” menunjukkan hasil simulasi sesuai dengan diharapkan B = Bengkulu, J = Jambi dan S = Sumatera Barat 163 Hasil evaluasi dampak kebijakan masing-masing skenario pilihan sektor prioritas bervariasi dan sebaliknya antar kawasan dalam skenario yang sama relatif sama tetapi dengan besaran yang lebih bervariasi. Peningkatan alokasi pengeluaran sektor transportasi tanpa diikuti dengan realokasi pengeluaran rutin mampu mendorong peningkatan laju pertumbuhan output melalui perubahan struktur perekonomian. Penurunan pangsa PDB sektor pertanian tidak diikuti dengan menurunnya pangsa tenaga kerja sektor pertanian yang mengindikasikan penurunan output perkapita sektor pertanian. Pada sisi lain peningkatan pangsa tenaga kerja sektor pertanian yang diikuti dengan penurunan pengangguran terbuka mengindikasikan adanya migrasi tenaga kerja dari sektor non-pertanian ke sektor pertanian. Peningkatan pangsa tenaga kerja sektor pertanian dan penurunan partisipasi kerja diduga menjadi penyebab peningkatan laju pertumbuhan output tidak diikuti dengan meningkatnya output perkapita sebagai salah satu indikator kesejahteraan. Pada aspek lingkungan kebijakan prioritas sektor transportasi yang mendorong penurunan partisipasi kerja ini akan mengurangi tekanan terhadap lahan yang terindikasi dengan menurunnya laju deforestasi dan degradasi zona penyangga. Pada sisi lain tekanan terhadap taman nasional semakin meningkat sebagai implikasi dari penurunan tingkat kesejahteraan masyarakat. Peningkatan alokasi pengeluaran sektor pengembangan wilayah tanpa diikuti dengan realokasi pengeluaran rutin mendorong semakin meningkatnya ketergantungan perekonomian kawasan terhadap sektor pertanian. Peningkatan pangsa sektor pertanian baik dalam pembentukan output maupun dalam penyerapan tenaga kerja menyebabkan laju pertumbuhan output semakin 164 menurun. Laju pertumbuhan output yang semakin lambat dan menurunnya tingkat partisipasi kerja akan menyebabkan semakin menurunnya output perkapita. Penurunan tingkat pengangguran terbuka merupakan implikasi dari menurunnya suplai tenaga kerja partisipasi kerja dan penyerapan tenaga kerja masih didominasi oleh sektor pertanian. Dampak kebijakan ini yang cenderung tidak baik bagi perkembangan sosial ekonomi kawasan menyebabkan tekanan lebih besar terhadap sumberdaya lahan dan hutan. Hal ini terlihat dengan meningkatnya laju deforestasi kawasan, degradasi hutan baik pada zona penyangga maupun taman nasional. Peningkatan alokasi pengeluaran sektor sumberdaya manusia akan mendorong peningkatan output perkapita tetapi akan diikuti dengan meningkatnya pengangguran terutama pada sektor non-pertanian. Hal ini terlihat dengan meningkatnya pangsa output dan penurunan pangsa tenaga sektor pertanian. Pada sisi lain penurunan suplai tenaga kerja yang diikuti dengan menurunnya tenaga kerja sektor pertanian mengindikasikan adanya peningkatan partisipasi sekolah pada daerah pedesaan dan diduga pengangguran terdidik lebih banyak berasal dari pedesaan. Pengangguran terdidik pada pedesaan ini akan memberikan tekanan terhadap kawasan non-konservasi dengan meningkatnya deforestasi kawasan dan degradasi hutan zona penyangga tetapi peningkatan pengetahuan akan mengurangi tekanan terhadap taman nasional. Degradasi hutan taman nasional yang menurun diduga hanya bersifat sementara, karena dengan semakin berkurangnya sumberdaya di luar taman nasional suatu saat akan mendorong terjadinya peralihan pemanfaatan sumberdaya hutan taman nasional. 165 Berdasarkan hasil simulasi dampak peningkatan alokasi sektor pengeluaran pembangunan prioritas yang menyebabkan penurunan alokasi pengeluaran pembangunan sektor lainnya akan berimplikasi menurunnya kinerja beberapa indikator sosial ekonomi dan lingkungan. Untuk itu perlu upaya lain terutama dengan meningkatkan alokasi pengeluaran pembangunan yang dapat dilakukan melalui dua alternatif yaitu melalui peningkatan anggaran pembangunan dan realokasi pengeluaran rutin. Alternatif pertama dihadapi dengan kendala keterbatasan anggaran pembangunan, sehingga akan lebih realistis menggunakan alternatif kedua karena akan mendorong keseimbangan antara pengeluaran rutin dan pembangunan. Hal ini juga terkait dengan pola kebijakan penyusunan pengeluaran pemerintah daerah pada periode desentralisasi fiskal yang cenderung untuk meningkatkan alokasi untuk pengeluaran rutin dan mengurangi alokasi untuk pengeluaran pembangunan.

6.4. Evaluasi Dampak Kebijakan Realokasi Pengeluaran Rutin untuk