V. PERKEMBANGAN KAWASAN DAN TAMAN NASIONAL
KERINCI SEBLAT
Perkembangan sosial ekonomi kawasan sekitar Taman Nasional Kerinci Seblat TNKS terkait dengan penggunaan sumberdaya oleh para pelaku ekonomi.
Peningkatan permintaan terhadap sumberdaya lahan seiring meningkatnya aktivitas ekonomi, mendorong terjadinya konversi hutan kawasan untuk
penggunaan lain. Tekanan terhadap sumberdaya lahan yang tidak terkendali akan mendorong terjadinya peralihan pemanfaatan sumberdaya hutan, sehingga
degradasi hutan berupa kehilangan tutupan hutan pada kawasan konservasi akan meningkat. Hal ini mengindikasikan bahwa deforestasi kawasan dan degradasi
hutan taman nasional terkait dengan perkembangan sosial ekonomi masyarakat yang banyak dipengaruhi oleh kebijakan pemerintah. Salah satu kebijakan yang
mempengaruhi deforestasi kawasan dan degradasi hutan taman nasional adalah pola kebijakan anggaran pemerintah daerah. Alokasi pengeluaran pemerintah
daerah secara langsung akan mempengaruhi perkembangan sosial ekonomi dan konversi hutan kawasan, dan secara tidak langsung mempengaruhi degradasi
hutan taman nasional.
5.1. Alokasi Pengeluaran Pemerintah dan Kredit Perbankan Kawasan
Pembiayaan pembangunan suatu daerah terdiri dari pembiayaan sektor publik pengeluaran pemerintah dan sektor swasta kredit perbankan. Perilaku
kedua jenis pembiayaan pembangunan ini saling terkait, dan saling melengkapi
107
satu sama lain dan dapat mempengaruhi pola pemanfaatan sumberdaya oleh masyarakat. Pembiayaan sektor swasta meskipun tidak dapat dikontrol secara
langsung oleh pemerintah daerah, tetapi perilakunya dapat dipengaruhi melalui berbagai kebijakan termasuk dalam alokasi anggaran daerah karena perilaku
pemerintah dalam alokasi pengeluaran pembangunan akan menjadi pedoman bagi sektor swasta dalam pengambilan keputusan.
5.1.1. Alokasi Pengeluaran Pemerintah Kawasan
Pengeluaran pemerintah daerah terdiri dari pengeluaran rutin dan pembangunan dengan alokasi seperti disajikan pada Tabel 11. Nilai nominal
pengeluaran pemerintah secara umum mengalami peningkatan dari tahun ke tahun sesuai dengan perkembangan penerimaan, tetapi dengan laju pertumbuhan yang
berbeda antara pengeluaran rutin dan pembangunan. Laju pertumbuhan pengeluaran rutin yang lebih besar dibanding pembangunan menyebabkan alokasi
pengeluaran pembangunan mengalami penurunan dari tahun ke tahun. Faktor yang diduga menjadi penyebab peningkatan alokasi pengeluaran rutin adalah
peningkatan kebutuhan anggaran belanja pegawai seperti gaji dan berbagai fasilitas lainna serta kemungkinan penyalahgunaan wewenang. Alokasi
pengeluaran pembangunan selama periode sentralisasi 1998 – 2000 mengalami penurunan setelah implementasi desentralisasi fiskal 2001 – 2003 untuk ketiga
kawasan. Penurunan yang tajam terjadi pada kawasan Bengkulu dari rata-rata 36.78 menjadi 24.18, dan kawasan Sumatera Barat dari 39.40 menjadi
26.04.
108
Tabel 11. Perkembangan Pengeluaran Pemerintah Daerah Sekitar TNKS Selama Periode Sentralisasi 1998 – 2000 dan Desentralisasi
2001 – 2003
No Kawasan dan
sektor Sentralisasi 1998-2000
Desentralisasi 2001-2003 Perubahan
Alokasi Nilai
Juta Alokasi
Nilai Juta
Alokasi
Bengkulu
1 Pertanian
2 237.92 1.57
5 139.60 1.30
-0.27 2
Industri dan dunia Usaha 2 347.81
1.64 5 267.30
1.33 -0.31
3 Transportasi
12 174.03 8.53
18 228.94 4.61
-3.91 4
Pengembangan wilayah 16 063.66
11.25 11 747.86
2.97 -8.28
5 Sumberdaya manusia
6 344.19 4.44
11 551.19 2.92
-1.52 6
Riset dan pengembangan 369.31
0.26 1 264.40
0.32 0.06
7 Kesejahteraan sosial
3 170.85 2.22
6 407.51 1.62
-0.60 8
Lingkungan 2 360.62
1.65 1 612.94
0.41 -1.25
9 Sumberdaya air
246.01 0.17
5 008.32 1.27
1.09 10
Lainnya 7 198.77
5.04 29 328.15
7.42 2.38
Pembangunan 52 513.18
36.78 95 556.21