Ikhtisar PERKEMBANGAN KAWASAN DAN TAMAN NASIONAL

152 taman nasional mengalami penurunan setelah kesepakatan pemerintah kawasan pada tahun 2001 atau seiring dengan implementasi desentralisasi ternyata belum mampu mengurangi tekanan terhadap taman nasional, sehingga tingkat degradasi cenderung meningkat dari tahun ke tahun.

5.7. Ikhtisar

Berdasarkan perilaku pada masing-masing blok dalam penelitian, maka dapat diambil beberapa kesimpulan sementara antara lain: 1. Peningkatan alokasi pengeluaran rutin menyebabkan alokasi pengeluaran hampir seluruh sektor pembangunan cenderung mengalami penurunan, sehingga perekonomian tidak bekerja sesuai dengan kapasitas sebenarnya. 2. Ketergantungan terhadap sektor pertanian baik pada pasar output maupun tenaga kerja akan berimplikasi pada laju pertumbuhan output yang rendah, sehingga akan menimbulkan masalah dalam kesejahteraan masyarakat dan tingkat pengangguran terbuka yang meningkat dari tahun ke tahun. 3. Ketergantungan yang tinggi terhadap sektor pertanian juga menyebabkan tekanan lebih besar terhadap lahan, yaitu peningkatan deforestasi kawasan, dan degradasi taman nasional dan zona penyangga dari tahun ke tahun. 4. Implementasi desentralisasi fiskal belum mampu mendorong perubahan paradigma pembangunan dari orientasi pertumbuhan menjadi pembangunan yang lebih berimbang antara berbagai aspek pembangunan. Penataan alokasi pengeluaran pemerintah perlu dilakukan guna mengintegrasikan pembangunan kawasan dan upaya pelestarian taman nasional. 153 5. Pengaruh alokasi pengeluaran pemerintah daerah bersifat tidak langsung terhadap taman nasional, tetapi melalui perkembangan sosial ekonomi kawasan, seperti disajikan pada Gambar 23. PUKC PROC PAGC PWRE PTRE PRDE PIDE LUSEi PAGE PILKi ECOS ECOG DEPR TPAK LABS UNEM PSWE PDBK PHRE DEGHS DEGTN Gambar 23. Hubungan Alokasi Pengeluaran Pembangunan dan Degradasi Hutan Taman Nasional DEFO VI. EVALUASI DAMPAK KEBIJAKAN ALOKASI PENGELUARAN PEMERINTAH DAERAH TERHADAP DEFORESTASI KAWASAN DAN DEGRADASI TNKS TAHUN 1994 - 2003 6.1. Hasil Validasi Kebijakan Hasil evaluasi masing-masing indikator validasi untuk menentukan kelayakan model ekonometrika dalam simulasi kebijakan pengeluaran pemerintah daerah disajikan pada Tabel 30. Tabel 30. Distribusi Indikator Kelayakan Model Berdasarkan Hasil Validasi Model Alokasi Pengeluaran Pemerintah No Indikator Klasifikasi Distribusi Jumlah Persentase 1 RMSE 30 58 100.00 30 – 60 0.00 60 0.00 2 RMSPE 30 40 68.97 30 – 60 10 17.24 60 8 13.79 3 R-Square 0.8 38 65.52 0.6 – 0.8 10 17.24 0.6 10 17.24 4 U-Theil 0.1 39 67.24 0.1 – 0.2 17 29.31 0.2 2 3.45 Validasi model untuk mengetahui daya prediksi model yang akan digunakan dalam simulasi kebijakan dengan menggunakan kriteria Root Mean Square Error RMSE, Root Mean Square Percentage Error RMSPE, R-Square dan U-Theil. Pada penelitian simulasi kebijakan dan tidak untuk peramalan 155 simulasi ex-ante sehingga kriteria yang menjadi acuan utama adalah RMSE, R- Square dan Coefficient Theil U-Theil berserta dekomposisinya. Berdasarkan hasil validasi model dengan indikator RMSE menunjukkan seluruh persamaan memiliki nilai RMSE lebih kecil dari 30. Nilai RMSPE lebih bervariasi tetapi sebagian besar masih di bawah 30 yaitu pada 40 persamaan 68.97 sedangkan sisanya dengan nilai antara 30 – 60 pada 10 persamaan 17.24 dan lebih besar dari 60 pada 8 persamaan 13.79. Penyebaran nilai RMSPE yang bervariasi lebih disebabkan oleh faktor data terutama data kehutanan, pilihan komoditas pangan lahan kering dan perkebunan serta variasi antar kawasan. Kelayakan model juga terlihat dari nilai R-Square yang sebagian besar lebih besar dari 0.8 yaitu pada 38 persamaan 65.52 dan 0.6 - 0.8 dan lebih kecil dari 0.6 masing-masing 10 persamaan 17.24. Kedua indikator ini menunjukkan bahwa model cukup valid untuk digunakan dalam simulasi karena secara umum memiliki daya prediksi yang bagus. Kelayakan model juga didukung dengan nilai U-theil yang sebagian besar mendekati nilai 0 dimana sekitar 57 persamaan 96.55 memiliki U-theil lebih kecil dari 0.2 dan nilai U-theil terbesar adalah 0.24 pada persamaan porsi luas areal perkebunan lainnya. Nilai U-theil yang berkisar antara 0 dan 1 menunjukkan bahwa jika nilai mendekati 0 maka model mendekati sempurna dan sebaliknya semakin tidak sempurna jika mendekati 1. Kelayakan model juga diperkuat dengan hasil dekomposisi U-Theil Lampiran 10 dimana bias proporsi UM, 156 bias varian UR dan bias kovarian US sebagian besar mendekati 0 dan sebaliknya nilai kovarian US dan nilai kovarian UC mendekati 1. Hal ini menunjukkan bahwa bias model akan semakin kecil dan nilai hasil prediksi mendekati nilai yang sebenarnya. Berdasarkan hasil validasi model dengan menggunakan berbagai indikator di atas maka secara umum dapat dinyatakan bahwa model alokasi pengeluaran pemerintah ini layak digunakan dalam simulasi kebijakan. Untuk melakukan simulasi ex-ante dimana proporsi RMSPE yang layak relatif kecil dibanding indikator lain diduga sebagai konsekuensi data pooling dimana terdapat variasi yang besar baik antar kawasan maupun antar komoditas.

6.2. Evaluasi Dampak Krisis dan Desentralisasi Fiskal