IV. METODE PENELITIAN
4.1. Waktu dan Lokasi Penelitian
Penelitian berlangsung selama 6 bulan mulai April sampai Oktober 2005 dengan lokasi penelitian pada tiga provinsi yang sebagian wilayahnya termasuk
dalam kawasan Taman Nasional Kerinci Seblat TNKS. Pemilihan daerah menggunakan sampling kelompok dua tahap two stage cluster sampling, yaitu:
Pada tahap pertama dilakukan pemilihan provinsi dengan menggunakan
berbagai kriteria tertentu. Pemilihan tiga dari empat provinsi didasarkan pada pertimbangan sebagai berikut;
1. Perbedaan persepsi pembangunan kawasan sekitar TNKS antara Provinsi
Jambi dengan provinsi lainnya. Sumatera Barat dan Bengkulu ingin membangun wilayah di sekitar TNKS untuk perkebunan dengan
memberikan dukungan pembangunan jalan raya melintasi dan sekitar taman nasional tetapi sebaliknya Jambi mengandalkan taman nasional sebagai
daerah perlindungan resapan air. 2.
Provinsi Jambi, Bengkulu dan Sumatera Barat merupakan daerah dengan ancaman terhadap degradasi taman nasional terbesar, memiliki keragaman
hayati cukup tinggi dan merupakan perluasan habitat dari beberapa spesies penting yang berada dalam kawasan TNKS. Hal ini terlihat dengan
diterbitkannya surat dari Menteri Kehutanan pada akhir tahun 2001 kepada
84
Menteri Energi dan Sumber daya Mineral untuk membatalkan kontrakijin atas 24 perusahaan pertambangan karena terdapat tumpang tindih dengan
areal TNKS seperti PT. Sariagrindo Andalas di Sumatera Barat yang tumpang tindih dengan TNKS seluas
±137ha. Pada awal Januari 2002 Menteri Kehutanan juga meminta Gubernur Sumatera Barat dan Jambi
untuk menghentikan sementara aktivitas penebangan berjarak 3 km dari batas TNKS pada empat areal hutan konsesi di kedua provinsi tersebut
ICDP, 2002, dan 3.
Provinsi Sumatera Selatan tidak termasuk dalam wilayah penelitian karena adanya pemekaran provinsi menjadi Provinsi Sumatera Selatan dan Bangka
Belitung serta hanya terdapat satu kabupaten yang wilayahnya sebagian termasuk dalam kawasan TNKS.
Pada Tahap Kedua dilakukan pemilihan kabupaten sebagai sampel dengan
menggunakan kriteria luas wilayah dan tingkat ancaman terhadap TNKS. Kerusakan hutan dalam kawasan TNKS yang disebabkan oleh perambahan hutan
terjadi hampir pada seluruh wilayah kabupaten. Berdasarkan sebaran luas TNKS hasil intepretasi citra 2002 maka Kabupaten Bungo 37.02 ribu Ha 2,74 dan
Sawahlunto Sijunjung 3.56 ribu Ha 0,26 tidak dimasukkan dalam kabupaten sampel Dirjen PHPA, 1995
Berdasarkan pada kriteria tersebut maka kabupaten penelitian untuk masing-masing region adalah Kabupaten Kerinci dan Sarolangun Bangko Jambi,
Kabupaten Solok dan Pesisir Selatan Sumatera Barat dan Kabupaten Bengkulu
85
Selatan dan Rejang Lebong Bengkulu. Data kabupaten pada masing-masing kabupaten selanjutnya diagregasi untuk mewakili data tiga kawasan yaitu
Sumatera Barat, Bengkulu dan Jambi.
4.2. Jenis dan Sumber Data