Studi Empiris Perubahan Penggunaan Lahan

39 dipengaruhi oleh volume produksi, teknologi, dan tingkat harga komoditas Kasryno, 1984. Off-farm migrasi tenaga kerja ditentukan secara signifikan oleh perbedaan income rata-rata antara sektor pertanian dan sektor lain, tingkat pendidikan, umur angkatan kerja Larson, 1997. Selanjutnya dinyatakan bahwa secara hisroris migrasi akibat dorongan income cenderung sama pada negara berkembang tetapi pada beberapa negara migrasi marginal lebih besar dari migrasi alami seiring meningkatnya angkatan kerja sektor pertanian. Hasil penelitian di Nigeria kohesi sosial yang tetap kuat seperti kecenderungan sejumlah unit keluarga untuk migrasi dan mempengaruhi komunitas organisasi untuk mempertahankan jaringan kerja komunitas Stephene, 2000.

2.6. Studi Empiris Perubahan Penggunaan Lahan

Perubahan penggunaan lahan merupakan suatu fenomena mendasar dalam suatu sistem bumi yang dinamis, dimana pada negara sedang berkembang ekspansi pertanian, logging kehutanan, pengembangan industri pada waktu bersamaan berlangsung sangat intensif World Bank, 1997. Pada beberapa kasus perubahan penggunaan lahan dan tutupan hutan menunjukkan suatu respon fungsi yang komplek dan secara spasial sangat kontektual Djuweng, 1997. Masalah kerusakan sumberdaya lahan merupakan masalah yang kompleks dimana kerusakan itu terkait dengan pertumbuhan penduduk, urbanisasi, transmigrasi, faktor ekonomi dan lainnya Warsi, 2003. Degradasi lahan merupakan akibat dari hubungan yang saling terkait antara faktor yaitu alam, manusia dan kelembagaan serta kebijakan pemerintah Dixon et al., 1989. Faktor alam yang mendorong degradasi lahan seperti iklim, topographi lahan dan vegetasi, sedangkan faktor 40 manusia termasuk keputusan sistem produksi dan eksploitasi penggunaan sumberdaya alam secara berlebihan tanpa adanya rehabilitasi Sanim, 2001. Perubahan penggunaan lahan tidak hanya didorong oleh pengaruh faktor ekologi dan sosial ekonomi sebagai penentu keputusan penggunaan lahan pada skala unit produksi, tetapi yang sering menjadi lebih penting adalah faktor pendorong eksternal off-site factors driven seperti proses industrialisasi, urbanisasi, pembangunan infrastruktur jalan, pertumbuhan populasi dan migrasi serta globalisasi pasar dan ekonomi Smith et al., 1996 dalam Berger, 2003. Perubahan pola konsumsi masyarakat urban merupakan faktor penting dalam memperluas pengaruh lingkungan masyarakat dataran tinggi dan menciptakan permintaan untuk produk pertanian baru dan meningkatkan ekstraksi sumberdaya lahan dengan lebih cepat Arifin, 2000. Analisis pada level pedesaan di Indonesia menunjukkan bahwa tingginya nilai tanaman pohon-pohonan, produksi makanan yang mengarah pada non-subsisten memainkan peranan utama dalam konversi hutan menjadi lahan pertanian Chomitz dan Gray, 1997. Penelitian di Belize, Brazil, Mexico dan Afrika Tengah menunjukkan efek infrastruktur terhadap karakteristik dan pasar lahan mengindikasikan bahwa perencanaan regional yang baik dapat meningkatkan pembangunan pedesaan dan perlindungan lingkungan Chomitz dan Gray, 1996. Peraturan agraria dalam bentuk kerangka kerja resmi oleh otoritas pengambil keputusan tingkat lokal dapat mengatasi dan menyelesaikan sejumlah isu yang berkaitan dengan kepemilikan property right dan konflik penggunaan lahan Appendini, 2002. Degradasi 41 lahan juga didorong oleh faktor kebijakan pemerintah dan kelembagaan yang dapat dilihat pada sudut pandang perencanaan, pelayanan, pelaksanaan dan kontrol terhadap suatu progam Mundita, 1999. Adopsi kebijakan pemerintah untuk meningkatkan pembangunan ekonomi menyebabkan terjadinya degradasi lahan seperti kredit bersubsidi untuk ekspansi pertanian, penurunan pajak penghasilan dan korporasi untuk penggunaan lahan kompetitif, pemberlakuan “tax holiday” untuk peralatan baru yang memiliki dampak negatif bagi kawasan hutan, pemberlakukan tarif impor tinggi untuk bahan bakar sehingga kayu bakar menjadi pilihan alternatif, pengembangan proyek infrastruktur dan energi yang tidak memperhitungkan kehilangan nilai sumberdaya hutan, dan skema kolonialisasi yang disponsori oleh pemerintah Roper dan Robert 1999.

2.7. Studi Empiris Deforestasi