199
Tabel 54.
Ramalan Dampak Kebijakan Alokasi Pengeluaran Pembangunan Berkelanjutan Terhadap Aspek Sosial, Ekonomi
dan Lingkungan Tahun 2007 – 2010
No Variabel Nilai Dasar
Kebijakan Perubahan
B J S B J S B J S
Ekonomi
1 Pangsa output
pertanian 46.15 47.04 37.52 45.12 46.26 37.11 -1.03 -0.78 -0.41
2 Pertumbuhan output
4.40 3.11 1.33 5.80 4.28 2.78 1.39 1.17 1.45
3 Output perkapita
1.12 1.23 1.33 1.25 1.34 1.47 11.98 9.19 10.37 Sosial
1 Tingkat partisipasi
AK 65.59 58.89 54.62 67.35 60.29 56.38 1.76 1.39 1.76
2 Pengangguran terbuka 5.72 4.24 6.14 4.37 3.16 4.78 -1.35 -1.08 -1.36
3 Pangsa TK
Pertanian 79.58 79.05 69.04 77.63 77.70 67.24 -1.95 -1.35 -1.80 Lingkungan
1 Porsi hutan kawasan
27.50 17.68 39.67 28.76 21.44 43.17 1.26 3.75 3.50
2 Degradasi penyangga 21.66 11.30 10.82 21.13 11.09 10.44 -0.53 -0.22 -0.38
3 Degradasi TNKS
5.58 8.04 7.88 5.64 8.08 7.94 0.06 0.04 0.06 Keterangan: B = Bengkulu, J = Jambi dan S = Sumatera Barat
Laju pertumbuhan ouput lebih tinggi juga akan mendorong peningkatan permintaan tenaga kerja lebih besar dari peningkatan penawaran tenaga kerja
tingkat partisipasi angkatan kerja, sehingga tingkat pengangguran terbuka mengalami penurunan. Pada aspek lingkungan, kebijakan berpotensi mengurangi
permintaan terhadap sumberdaya lahan dan hutan, dan terindikasi dari meningkatnya porsi hutan kawasan dan berkurangnya degradasi hutan zona
penyangga, dan peningkatan degradasi hutan taman nasional yang relatif rendah dan mendekati nol.
Rata-rata dampak kebijakan secara umum berpotensi memberikan hasil sesuai dengan yang diharapkan baik ditinjau dari aspek sosial, ekonomi maupun
lingkungan. Untuk melihat apakah dampak kebijakan memenuhi syarat manfaat berkelanjutan sustainable benefit, maka dapat dilihat dari kecenderungan
200
dampak dari tahun ketahun. Manfaat kebijakan diduga terkait dengan kecenderungan alokasi pengeluaran pemerintah daerah dari tahun ketahun seperti
disajikan pada Tabel 55. Tabel
55. Ramalan Kecenderungan Alokasi Pengeluaran Pemerintah Daerah untuk Pembangunan Berkelanjutan Tahun 2007 - 2010
NO Kawasan Tahun Sektor pengeluaran pembangunan
Jumlah Sumberdaya
Manusia Transportasi
Pegembangan wilayah
Lain-lain 1 Bengkulu
2007 18.02 8.68 4.78 16.07
47.547 2010 18.05 8.20 4.82
16.11 47.178
Rataan 18.03 8.44 4.80 16.09 47.35
Trend 0.03
-0.49 0.04 0.04
-0.37 2 Jambi
2007 16.48 11.71 3.98 15.33
47.506 2010 16.40 11.99 3.72
15.03 47.136
Rataan 16.44 11.85 3.85 15.18 47.31
Trend -0.08 0.28 -0.26 -0.31
-0.37 3 Sumbar
2007 18.73 11.14 4.94 12.73
47.545 2010 18.78 10.87 4.88
12.66 47.197
Rataan 18.76 11.00 4.91 12.69 47.36
Trend 0.05
-0.27 -0.05 -0.07 -0.35
Pada kawasan Bengkulu, kecenderungan penurunan alokasi pengeluaran pembangunan didorong oleh kecenderungan penurunan alokasi sektor transportasi
meskipun alokasi sektor sumberdaya manusia, pengembangan wilayah dan sektor- sektor lainnya cenderung meningkat, dan sebaliknya pada kawasan Jambi
kecenderungan penurunan didorong oleh hampir seluruh sektor pengeluaran kecuali sektor transportasi. Pada kawasan Sumatera Barat meskipun alokasi sektor
sumberdaya manusia cenderung meningkat, tetapi karena alokasi sektor lainnya menurun, maka secara keseluruhan alokasi pengeluaran pembangunan juga
201
cenderung menurun dari tahun ketahun. Kecenderungan alokasi ini akan memberikan dampak terhadap kecenderungan nilai-nilai simulasi pada aspek
sosial, ekonomi dan lingkungan.
7.2.2. Ramalan Dampak Kebijakan Alokasi Pengeluaran Pembangunan Berkelanjutan pada Aspek Ekonomi
Pada aspek ekonomi kebijakan pengeluaran pembangunan berkelanjutan secara rata-rata mampu mendorong terjadinya tranformasi struktural baik pada
pasar output maupun tenaga kerja, serta mengurangi ketimpangan output antara sektor pertanian dan non-pertanian. Pada sisi lain, jika dilihat dari kecenderungan
pangsa output dan tenaga kerja sektor pertanian dari tahun ke tahun mengindikasikan bahwa transformasi struktural pembangunan tidak akan
berkelanjutan, seperti disajikan pada Tabel 56. Tabel 56 menunjukkan bahwa dampak kebijakan pada pangsa output dan
tenaga kerja sektor pertanian dari tahun ke tahun cenderung mengalami peningkatan mengikuti kecenderungan nilai dasar. Hal ini terjadi pada semua
kawasan, seperti pangsa output sektor pertanian pada kawasan Bengkulu pada tahun 2007 mengalami penurunan dari 45.27 menjadi 44.26 dengan adanya
perubahan alokasi pengeluaran pemerintah daerah, tetapi pada tahun 2009 kembali mengalami peningkatan menjadi 45.41. Kondisi yang sama terjadi pada
pasar tenaga kerja, dimana penyerapan tenaga kerja sektor pertanian kembali mengalami peningkatan dari tahun ke tahun. Implikasi dari kecenderungan ini
adalah kembali meningkatnya ketimpangan kesejahteraan antar sektor pembangunan.
202
Tabel 56. Ramalan Dampak Kebijakan Alokasi Pengeluaran Pemerintah Daerah Berkelanjutan Terhadap Struktur Perekonomian
Kawasan Tahun 2007 – 2010
Kawasan Tahun Indikator
Pangsa output pertanian Pangsa TK sektor pertanian
Nilai Dasar Simulasi
Perubahan Nilai Dasar
Simulasi Perubahan
Bengkulu 2007 45.27 44.26 -1.01 78.93 77.00 -1.93
2008 45.85 44.83 -1.02 79.37 77.42 -1.95 2009 46.44 45.41 -1.03 79.80 77.84 -1.96
2010 47.03 45.99 -1.05 80.23 78.26 -1.97
Rataan 46.15 45.12 -1.03 79.58 77.63 -1.95
Trend 1.76
1.73 -0.04