3.11 1.33 5.80 4.28 2.78 1.39 1.17 1.45 1.23 1.33 1.25 1.34 1.47 11.98 9.19 10.37 Sosial 17.68 39.67 28.76 21.44 43.17 1.26 3.75 3.50 PERKEMBANGAN KAWASAN DAN TAMAN NASIONAL

199 Tabel 54. Ramalan Dampak Kebijakan Alokasi Pengeluaran Pembangunan Berkelanjutan Terhadap Aspek Sosial, Ekonomi dan Lingkungan Tahun 2007 – 2010 No Variabel Nilai Dasar Kebijakan Perubahan B J S B J S B J S Ekonomi 1 Pangsa output pertanian 46.15 47.04 37.52 45.12 46.26 37.11 -1.03 -0.78 -0.41 2 Pertumbuhan output

4.40 3.11 1.33 5.80 4.28 2.78 1.39 1.17 1.45

3 Output perkapita

1.12 1.23 1.33 1.25 1.34 1.47 11.98 9.19 10.37 Sosial

1 Tingkat partisipasi AK 65.59 58.89 54.62 67.35 60.29 56.38 1.76 1.39 1.76 2 Pengangguran terbuka 5.72 4.24 6.14 4.37 3.16 4.78 -1.35 -1.08 -1.36 3 Pangsa TK Pertanian 79.58 79.05 69.04 77.63 77.70 67.24 -1.95 -1.35 -1.80 Lingkungan 1 Porsi hutan kawasan

27.50 17.68 39.67 28.76 21.44 43.17 1.26 3.75 3.50

2 Degradasi penyangga 21.66 11.30 10.82 21.13 11.09 10.44 -0.53 -0.22 -0.38 3 Degradasi TNKS 5.58 8.04 7.88 5.64 8.08 7.94 0.06 0.04 0.06 Keterangan: B = Bengkulu, J = Jambi dan S = Sumatera Barat Laju pertumbuhan ouput lebih tinggi juga akan mendorong peningkatan permintaan tenaga kerja lebih besar dari peningkatan penawaran tenaga kerja tingkat partisipasi angkatan kerja, sehingga tingkat pengangguran terbuka mengalami penurunan. Pada aspek lingkungan, kebijakan berpotensi mengurangi permintaan terhadap sumberdaya lahan dan hutan, dan terindikasi dari meningkatnya porsi hutan kawasan dan berkurangnya degradasi hutan zona penyangga, dan peningkatan degradasi hutan taman nasional yang relatif rendah dan mendekati nol. Rata-rata dampak kebijakan secara umum berpotensi memberikan hasil sesuai dengan yang diharapkan baik ditinjau dari aspek sosial, ekonomi maupun lingkungan. Untuk melihat apakah dampak kebijakan memenuhi syarat manfaat berkelanjutan sustainable benefit, maka dapat dilihat dari kecenderungan 200 dampak dari tahun ketahun. Manfaat kebijakan diduga terkait dengan kecenderungan alokasi pengeluaran pemerintah daerah dari tahun ketahun seperti disajikan pada Tabel 55. Tabel 55. Ramalan Kecenderungan Alokasi Pengeluaran Pemerintah Daerah untuk Pembangunan Berkelanjutan Tahun 2007 - 2010 NO Kawasan Tahun Sektor pengeluaran pembangunan Jumlah Sumberdaya Manusia Transportasi Pegembangan wilayah Lain-lain 1 Bengkulu 2007 18.02 8.68 4.78 16.07 47.547 2010 18.05 8.20 4.82 16.11 47.178 Rataan 18.03 8.44 4.80 16.09 47.35 Trend 0.03 -0.49 0.04 0.04 -0.37 2 Jambi 2007 16.48 11.71 3.98 15.33 47.506 2010 16.40 11.99 3.72 15.03 47.136 Rataan 16.44 11.85 3.85 15.18 47.31 Trend -0.08 0.28 -0.26 -0.31 -0.37 3 Sumbar 2007 18.73 11.14 4.94 12.73 47.545 2010 18.78 10.87 4.88 12.66 47.197 Rataan 18.76 11.00 4.91 12.69 47.36 Trend 0.05 -0.27 -0.05 -0.07 -0.35 Pada kawasan Bengkulu, kecenderungan penurunan alokasi pengeluaran pembangunan didorong oleh kecenderungan penurunan alokasi sektor transportasi meskipun alokasi sektor sumberdaya manusia, pengembangan wilayah dan sektor- sektor lainnya cenderung meningkat, dan sebaliknya pada kawasan Jambi kecenderungan penurunan didorong oleh hampir seluruh sektor pengeluaran kecuali sektor transportasi. Pada kawasan Sumatera Barat meskipun alokasi sektor sumberdaya manusia cenderung meningkat, tetapi karena alokasi sektor lainnya menurun, maka secara keseluruhan alokasi pengeluaran pembangunan juga 201 cenderung menurun dari tahun ketahun. Kecenderungan alokasi ini akan memberikan dampak terhadap kecenderungan nilai-nilai simulasi pada aspek sosial, ekonomi dan lingkungan.

7.2.2. Ramalan Dampak Kebijakan Alokasi Pengeluaran Pembangunan Berkelanjutan pada Aspek Ekonomi

Pada aspek ekonomi kebijakan pengeluaran pembangunan berkelanjutan secara rata-rata mampu mendorong terjadinya tranformasi struktural baik pada pasar output maupun tenaga kerja, serta mengurangi ketimpangan output antara sektor pertanian dan non-pertanian. Pada sisi lain, jika dilihat dari kecenderungan pangsa output dan tenaga kerja sektor pertanian dari tahun ke tahun mengindikasikan bahwa transformasi struktural pembangunan tidak akan berkelanjutan, seperti disajikan pada Tabel 56. Tabel 56 menunjukkan bahwa dampak kebijakan pada pangsa output dan tenaga kerja sektor pertanian dari tahun ke tahun cenderung mengalami peningkatan mengikuti kecenderungan nilai dasar. Hal ini terjadi pada semua kawasan, seperti pangsa output sektor pertanian pada kawasan Bengkulu pada tahun 2007 mengalami penurunan dari 45.27 menjadi 44.26 dengan adanya perubahan alokasi pengeluaran pemerintah daerah, tetapi pada tahun 2009 kembali mengalami peningkatan menjadi 45.41. Kondisi yang sama terjadi pada pasar tenaga kerja, dimana penyerapan tenaga kerja sektor pertanian kembali mengalami peningkatan dari tahun ke tahun. Implikasi dari kecenderungan ini adalah kembali meningkatnya ketimpangan kesejahteraan antar sektor pembangunan. 202 Tabel 56. Ramalan Dampak Kebijakan Alokasi Pengeluaran Pemerintah Daerah Berkelanjutan Terhadap Struktur Perekonomian Kawasan Tahun 2007 – 2010 Kawasan Tahun Indikator Pangsa output pertanian Pangsa TK sektor pertanian Nilai Dasar Simulasi Perubahan Nilai Dasar Simulasi Perubahan Bengkulu 2007 45.27 44.26 -1.01 78.93 77.00 -1.93 2008 45.85 44.83 -1.02 79.37 77.42 -1.95 2009 46.44 45.41 -1.03 79.80 77.84 -1.96 2010 47.03 45.99 -1.05 80.23 78.26 -1.97 Rataan 46.15 45.12 -1.03 79.58 77.63 -1.95 Trend 1.76

1.73 -0.04