Evaluasi Dampak Kombinasi Kebijakan Realokasi Pengeluaran Rutin

169 linear, dimana semakin besar realokasi akan semakin besar dampaknya bagi perkembangan ekonomi, tenaga kerja dan lingkungan. masing-masing kawasan. Semakin besar penurunan ketergantungan ekonomi terhadap sektor pertanian akan semakin meningkat laju pertumbuhan output. Laju pertumbuhan output yang semakin tinggi akan meningkatkan permintaan tenaga kerja terutama sektor non- pertanian, dan meskipun supplai tenaga kerja meningkat tetapi dengan meningkatnya daya serap tenaga akan menyebabkan menurunnya tingkat pengangguran terbuka. Penurunan ketergantungan ekonomi pada sektor pertanian dan berkembangnya dunia usaha akan mengurangi tekanan terhadap lahan. Laju deforestasi kawasan dan degradasi hutan zona penyangga akan semakin menurun, tetapi degradasi hutan taman nasional meningkat. Hal ini mengindikasikan bahwa kebijakan realokasi pengeluaran rutin harus diikuti dengan penataan alokasi antar sektor dalam pengeluaran pembangunan.

6.5. Evaluasi Dampak Kombinasi Kebijakan Realokasi Pengeluaran Rutin

dan Peningkatan Sektor Pembangunan Prioritas Realokasi pengeluaran rutin untuk pengeluaran pembangunan sebesar 15 sudah mendekati rasio pada periode sebelum krisis yaitu pengeluaran pemerintah yang teralokasi ± 40 untuk pengeluaran pembangunan dan sisanya ± 60 untuk pengeluaran rutin. Alokasi ini diharapkan mampu mengembalikan kondisi sosial ekonomi seperti sebelum periode krisis melalui kombinasi realokasi pengeluaran rutin dengan kebijakan sektor prioritas. Skenario kombinasi kebijakan realokasi terdiri dari dua skenario untuk masing-masing sektor prioritas, yaitu; 170 1. Realokasi 15 pengeluaran rutin yang diprioritaskan sebesar 5 untuk sektor pengeluaran pembangunan yang menjadi prioritas, dan 2. Realokasi 15 pengeluaran rutin yang diprioritaskan sebesar 10 untuk sektor pengeluaran pembangunan yang menjadi prioritas.

6.5.1. Evaluasi Dampak Kebijakan Realokasi Pengeluaran Rutin dengan Prioritas Sektor Transportasi

Prioritas peningkatan pengeluaran pembangunan sektor transportasi melalui realokasi pengeluaran rutin mengindikasikan alokasi pengeluaran sektor ini mengalami peningkatan terbesar dibanding sektor lain. Perubahan rasio pengeluaran rutin dan pembangunan menyebabkan perubahan dalam alokasi sektor-sektor pengeluaran pembangunan dan distribusi kredit perbankan seperti disajikan pada Tabel 39. Tabel 39. Evaluasi Dampak Realokasi 15 Pengeluaran Rutin dengan Prioritas Sektor Transportasi Terhadap Distribusi Pembiayaan Pembangunan No Jenis Pembiayaan dan Sektor Tingkat prioritas untuk sektor transportasi 5 10 Bengkulu Jambi Sumbar Bengkulu Jambi Sumbar Pengeluaran Pembangunan 6.12 5.99 5.88 8.70 8.61 8.49 1 Sektor transportasi 3.24 3.24 3.21 6.47 6.48 6.43 2 Sektor pengembangan wilayah 1.01 0.96 0.93 0.78 0.74 0.72 3 Sektor sumberdaya manusia 0.62 0.59 0.57 0.48 0.45 0.44 4 Sektor lainnya 1.26 1.20 1.17 0.97 0.93 0.90 Kredit 1 Investasi dan Modal Kerja -3.98 -4.17 -4.27 -6.72 -7.09 -7.43 2 UKM 3.33 2.99 2.77 -0.09 -0.43 -0.68 3 Pertanian -7.47 -7.80 -7.98 -12.43 -13.10 -13.72 171 Peningkatan alokasi pengeluaran pembangunan sektor transportasi yang lebih besar akan mendorong penurunan proporsi kredit sektor produksi investasi dan modal kerja, dan kredit sektor pertanian. Pada sisi lain peningkatan proprosi kredit UKM hanya terjadi pada tingkat prioritas 5, sedangkan jika terus ditingkatkan akan mendorong proporsi kredit non-UKM atau usaha besar. Hal ini mengindikasikan bahwa menambah tingkat prioritas sektor transportasi tidak secara linear mempengaruhi proporsi kredit usaha kecil dan menengah. Perkembangan distribusi pembiayaan pembangunan sektor publik dan swasta ini akan mendorong perubahan dalam berbagai indikator sosial, ekonomi dan lingkungan seperti disajikan pada Tabel 40. Tabel 40. Evaluasi Dampak Realokasi 15 Pengeluaran Rutin dengan Prioritas Sektor Transportasi Terhadap Indikator Sosial, Ekonomi dan Lingkungan No Variabel Tingkat prioritas untuk sektor transportasi 5 10 Bengkulu Jambi Sumbar Bengkulu Jambi Sumbar Ekonomi 1 Pangsa PDB Pertanian -0.59 -0.57 -0.56 -1.04 -1.02 -0.99 2 Pertumbuhan output

0.97 1.02 1.04 1.86 1.94 2.01

3 PDBKapita 0.09 0.15 0.20 -0.89 -0.74 -0.52 Sosial 1 Partisipasi angkatan kerja 0.58 0.56 0.54 0.45 0.44 0.42 2 Pengangguran terbuka -0.71 -0.71 -0.71 -1.05 -1.06 -1.07 3 Pangsa TK Pertanian -0.01 0.15 0.26 1.24 1.47 1.68 Lingkungan 1 Laju deforestasi -4.79 -4.45 -5.67 -9.40 -8.76 -11.11 2 Degradasi zona penyangga -0.27 -0.18 -0.12 -0.62 -0.46 -0.29 3 Degradasi TNKS 0.20 0.20 0.19 0.33 0.33 0.32 Keterangan: Angka ”Tebal” menunjukkan hasil simulasi sesuai dengan diharapkan Kombinasi kebijakan realokasi pengeluaran rutin sebesar 15 dengan peningkatan sektor transportasi mampu medorong laju pertumbuhan output, tetapi 172 pada level 10 tidak diikuti dengan peningkatan output perkapita. Laju pertumbuhan output melalui perubahan struktural dengan menurunnya pangsa output sektor pertanian tetapi tidak diikuti dengan struktur tenaga kerja karena meningkatnya porsi tenaga sektor pertanian. Hal ini mengindikasikan bahwa kebijakan ini mendorong terjadinya ketimpangan distribusi output antara sektor pertanian dan non-pertanian. Penurunan output sektor pertanian yang diikuti dengan meningkatnya jumlah tenaga kerja pada sektor ini mengindikasikan konsentrasi kemiskinan pada daerah pedesaan termasuk pada kawasan sekitar taman nasional. Kebijakan ini juga mampu meningkatkan kemampuan ekonomi dalam penyerapan tenaga kerja sehingga tingkat pengangguran menurun meskipun terjadi peningkatan supplai tenaga kerja partisipasi kerja. Penyerapan tenaga kerja masih lebih dominan pada sektor pertanian tetapi dengan produktivitas yang relatif lebih rendah, sehingga output berkembang tidak secepat sektor non- pertanian, sehingga terjadinya penurunan output perkapita pada prioritas 10 sebagai implikasi dari kemiskinan sektor pedesaan. Hal ini diduga menjadi salah satu faktor penyebab peningkatan alokasi sektor transportasi sebagai sektor prioritas akan mendorong semakin meningkatnya degradasi hutan taman nasional. Kemiskinan pada pedesaan juga menyebabkan menurunnya aksesibilitas masyarakat terhadap kepemilikan modal terutama untuk budidaya pertanian. Kemampuan modal untuk mengolah lahan ini akan mengurangi konversi hutan untuk budidaya sehingga laju deforestasi mengalami penurunan tetapi pada sisi lain akan mendorong pemanfaatan sumberdaya hutan oleh masyarakat. Luas hutan 173 kawasan yang masih mampu menyediakan sumberdaya tersebut akan mengurangi tekanan terhadap hutan zona penyangga sehingga degradasi hutan zona ini menurun. Penurunan tekanan pada zona penyangga taman nasional ini diduga bersifat sementara karena peralihan pemanfaatan sumberdaya akan terjadi jika sumberdaya hutan kawasan mulai langka. Skenario kombinasi realokasi pengeluaran rutin dengan prioritas pengembangan aksesibilitas ini mengindikasikan bahwa peningkatan alokasi pengeluaran pembangunan sektor transportasi bersifat terbatas. Unsur ”trade off” antar berbagai aspek pembangunan mengindikasikan adanya ”opportunity cost” yang harus dibayar terutama distribusi pendapatan dan kerusakan areal konservasi. Pertumbuhan output yang meningkat ternyata diikuti dengan meningkatnya ketimpangan pembangunan antar sektor dan degradasi hutan taman nasional. Hal ini juga mengindikasikan bahwa pembangunan sektor transportasi guna membuka aksesibilitas kawasan harus diikuti dengan pengembangan kesempatan kerja sektor non-pertanian terutama pada daerah pedesaan. Transformasi struktural pasar tenaga kerja ini dapat dilakukan dengan keseimbangan antara alokasi pengeluaran pembangunan sektor transportasi dengan sektor lain seperti sektor industri dan dunia usaha, sumberdaya manusia dan pengembangan wilayah. 6.5.2. Evaluasi Dampak Kebijakan Realokasi Pengeluaran Rutin dengan Prioritas Sektor Pengembangan Wilayah Prioritas peningkatan pengeluaran pembangunan sektor pengembangan wilayah melalui realokasi pengeluaran rutin mengindikasikan alokasi pengeluaran 174 sektor ini mengalami peningkatan terbesar dibanding sektor lain. Perubahan rasio pengeluaran rutin dan pembangunan menyebabkan perubahan dalam alokasi sektor-sektor pengeluaran pembangunan dan distribusi kredit perbankan seperti disajikan pada Tabel 41. Tabel 41. Evaluasi Dampak Realokasi 15 Pengeluaran Rutin dengan Prioritas Sektor Pengembangan Wilayah Terhadap Distribusi Pembiayaan Pembangunan No Jenis Pembiayaan dan Sektor Tingkat prioritas untuk sektor pengembangan wilayah 5 10 Bengkulu Jambi Sumbar Bengkulu Jambi Sumbar Pengeluaran Pembangunan

7.51 7.31 7.15 9.77 9.63 9.48