41
lahan juga didorong oleh faktor kebijakan pemerintah dan kelembagaan yang dapat dilihat pada sudut pandang perencanaan, pelayanan, pelaksanaan dan
kontrol terhadap suatu progam Mundita, 1999. Adopsi kebijakan pemerintah untuk meningkatkan pembangunan ekonomi menyebabkan terjadinya degradasi
lahan seperti kredit bersubsidi untuk ekspansi pertanian, penurunan pajak penghasilan dan korporasi untuk penggunaan lahan kompetitif, pemberlakuan “tax
holiday” untuk peralatan baru yang memiliki dampak negatif bagi kawasan hutan, pemberlakukan tarif impor tinggi untuk bahan bakar sehingga kayu bakar menjadi
pilihan alternatif, pengembangan proyek infrastruktur dan energi yang tidak memperhitungkan kehilangan nilai sumberdaya hutan, dan skema kolonialisasi
yang disponsori oleh pemerintah Roper dan Robert 1999.
2.7. Studi Empiris Deforestasi
Faktor penyebab atau pendorong deforestasi dapat dibedakan atas dua kelompok yaitu penyebab langsung direct causes dan penyebab tak langsung
indirect causes. Penyebab langsung seperti perladangan berpindah slash and burning farming, komersialisasi pertanian commercial agriculture, ranch dan
penggembalaan ternak, eksploitasi pertambangan dan minyak, dan pembangunan infrastruktur Roper dan Robert, 1999. Penyebab tak langsung seperti kebijakan
fiskal dan pembangunan fiscal and development policies, aksesibilitas dan perizinan lahan land access and land tenure, tekanan pasar market pressures,
penetapam nilai hutan alam yang lebih rendah dari nilai sebenarnya undervaluation of natural forests, lemahnya kelembagaan pemerintah weak
42
government institutions, dan faktor sosial social factors seperti keputusan politik CFAN, 1999. Kehilangan hutan merupakan hasil interaksi antara faktor
geografi, karakteristik masyarakat dan harga seperti peningkatan harga komoditas pertanian jagung dan kayu menjadi insentif perambahan hutan di Mexico Alix,
2001. Faktor penyebab kehilangan hutan menurut Berger 2003 dapat dikelompokkan atas faktor sosial dan biofisik dengan pelaku agent perubahan
penggunaan dan tutupan lahan mulai dari skala unit produksi sampai skala regional.
Menurut Chomitz et al. 1996 deforestasi atau konversi hutan didorong oleh kegiatan pemukiman kembali yang menjadi fasilitator terjadinya perambahan
kayu intensif, perluasan pertanian komersial, dan pergeseran secara berkelanjutan pertanaman pada kawasan hutan, konversi hutan untuk pertanian, penanaman
hutan untuk pertanian seperti kelapa sawit dan karet. Perubahan tutupan hutan antara tahun 1980 dan 1990 di Afrika menurut Drigo, 1997 dalam Skole, 1994
lebih dominan disebabkan “land clearing” pertanian rakyat dan penggembalaan permanen serta pengambilan kayu bakar yang didorong oleh tekanan populasi
penduduk pedesaan, tetapi sebaliknya di Amerika Latin pergeseran permanen akibat pertanian dan penggembalaan sering terjadi bersamaan dengan proyek
pemukiman baru dan pembangunan infrastruktur. Pada jangka panjang kawasan hutan yang dikonversi terkait dengan tingkat keuntungan pertanian dan biaya
pembukaan lahan, besarnya populasi sektor pertanian, panjang jaringan jalan raya Cropper et al, 1996. Laju deforestasi pada daerah dengan penduduk miskin
berlangsung lebih cepat dibanding daerah kaya dan dampak kemiskinan terhadap
43
perambahan hutan sangat terkait dengan rendahnya profitabilitas dari lahan-lahan marjinal, jauhnya jarak pasar utama dari pusat produksi, dan status kepemilikan
lahan Kerr dan Pfaff, 2003. Faktor sosial ekonomi yang mempengaruhi terjadinya degradasi kawasan
hutan adalah kesenjangan pendapatan, share output pertanian, Produk Domestik Regional Bruto PDRB Perkapita dan unemployment Sanim, 2001. Deforestasi
meningkat pada kemiskinan poverty lahan komunal di Mexico, dan sebaliknya di Indonesia kebijakan liberalisasi harga pertanian mampu menurunkan
deforestasi sehingga kebijakan kehutanan pada level makro menjadi sangat sensitif terutama berkaian dengan perdagangan. Pada kawasan lain seperti Afrika
infrastruktur memainkan peranan penting dalam mendorong deforestasi hutan tropis, di Pakistan ada keterkaitan antara kelahiran fertility dan degradasi
lingkungan diantara beberapa kawasan, sedangkan di Nepal degradasi lingkungan memberikan efek merugikan bagi pendidikan Jimenez, 1997. Faktor pendorong
lain terjadinya deforestasi adalah terjadinya kebakaran hutan seperti yang terjadi di Indonesia. Berdasarkan data Departemen Kehutanan RI pada tahun 1997
kebakaran hutan di Indonesia menghanguskan lebih dari 515 ribu Ha kawasan hutan. Kebakaran diduga akibat pembakaran lahan oleh 117 perusahaan
perkebunan, 27 HTI, dan 19 lokasi transmigrasi di Sumatera dan Kalimantan. Total lahan yang terbakar menurut Bappenas dan ADB dalam Erianto 2003
mencapai luas 9.75 juta Ha dan terbesar di Pulau Kalimantan.
44
2.8. Studi Empiris Degradasi Taman Nasional dan Kawasan Lindung