Penduduk dan Tenaga Kerja

35

2.5. Penduduk dan Tenaga Kerja

Tenaga kerja adalah jumlah seluruh penduduk dalam suatu negara yang dapat memproduksi barang dan jasa, sebagai implikasi adanya permintaan terhadap tenaga mereka dan mau berpartisipasi dalam aktivitas tersebut Kusumosuwidho, 1981. Tenaga kerja merupakan setiap pengorbanan pikiran dan fisik, yang sebahagian atau seluruhnya ditujukan untuk menghasilkan barang dan jasa Sumodiningrat dan Lanang, 1987. Tenaga kerja adalah penduduk berusia 15 - 64 tahun, tetapi kebiasaan yang dipakai di Indonesia adalah seluruh penduduk berusia 10 tahun ke atas Kusumosuwidho, 1981. Kriteria penduduk di USA yang termasuk tenaga kerja potensial age-eligible population adalah seluruh penduduk setelah dikurangi dengan penduduk muda 16 tahun, dan orang-orang yang tidak mampu bekerja baik karena faktor fisik maupun mental, mengurus rumah tangga, dan tidak bersedia terlibat dalam aktivitas pasar tenaga kerja McConnel dan Brue, 1995. Tenaga kerja atau manpower terdiri dari angkatan kerja dan bukan angkatan kerja Simanjuntak, 1985. Skema tentang keadaan penduduk suatu negara dengan segala potensinya untuk menghasilkan disajikan pada Gambar 8. Angkatan kerja adalah bagian dari tenaga kerja yang sesungguhnya terlibat, atau berusaha untuk terlibat dalam kegiatan produktif yaitu memproduksi barang dan jasa Kusumosuwidho, 1981. Angkatan kerja atau labor force merupakan penduduk dalam usia kerja yang sudah dan sedang mencari pekerjaan yang terdiri dari golongan yang bekerja, dan golongan yang menganggur dan mencari pekerjaan. 36 Termasuk dalam bukan angkatan kerja adalah bagian dari tenaga kerja manpower yang tidak bekerja ataupun mencari pekerjaan. Angkatan kerja aktual terbagai dalam bekerja employent dan menganggur unemployment McConnel dan Brue, 1995. Penduduk yang bekerja employment terdiri dari kelompok bekerja penuh, yaitu penduduk yang bekerja 35 jam per minggu atau lebih, dan kelompok setengah menganggur, yaitu kelompok penduduk yang bekerja kurang dari 35 jam per minggu Kusumosuwidho, 1981. Selanjutnya dikatakan bahwa PENDUDUK PENDUDUK USIA KERJA PENDUDUK LUAR USIA KERJA ANGKATAN KERJA NON-ANGKATAN KERJA Sekolah IBU RT Lainnya: Cacat Bekerja Employment Menganggur Unemployment Bekerja Penuh 35 JamMinggu Setengah Menganggur 35 JamMinggu Setengah Pengganggur Kentara Setengah Penganggur Tak Kentara Sumber: Kusumosuwidho 1981 Gambar 8. Skema Keadaan Penduduk Suatu Negara dengan Segala Potensinya untuk Menghasilkan 37 kelompok setengah menganggur terdiri dari kelompok Setengah Pengangguran Kentara bekerja kurang dari 14 jamminggu, dan Kelompok Setengah Pengangguran Tak Kentara bekerja 14 sampai 35 jamminggu. Kelompok bukan angkatan kerja terdiri dari golongan bersekolah, mengurus rumah tangga, atau penerima pendapatan yang sewaktu-waktu dapat menawarkan jasanya untuk bekerja. Kesempatan kerja dalam teori ekonomi menggambarkan besarnya kesediaan rumah tangga perusahaan dalam mempekerjakan tenaga kerja yang dibutuhkan dalam proses produksi dan untuk mengukur kesediaan tersebut dapat dipakai jumlah orang, jumlah jam atau intensitas pekerjaan Soedarsono, 1983. Penawaran angkatan kerja biasanya diwakili oleh jumlah angkatan kerja labour force yang secara ekonomis berbeda dengan tenaga kerja man power. Angkatan kerja diartikan sebagai bagian tenaga kerja yang bersedia menerima tawaran pekerjaan pada tingkat upahgaji tertentu sesuai dengan keinginan mereka. Secara demografis besarnya angkatan kerja tergantung pada tingkat partisipasi angkatan kerja labour force participation rate, yaitu persentase dari tenaga kerja yang menjadi angkatan kerja McConnel dan Brue, 1995. Lapangan kerja akan bertambah sedikitnya 200 ribu untuk setiap persen pertumbuhan ekonomi dan berdasarkan Survei Tenaga Kerja Nasional BPS sejak tahun 1996 sampai 2003 angka pengangguran terbuka meningkat sekitar 5.5 ditengah peningkatan angkatan kerja baru per tahun yang mencapai rata-rata sebesar 1.9 juta orang Guntur, 2005 dalam Kompas, 2005. Hal ini terjadi karena 38 pertumbuhan ekonomi tidak menghasilkan pertambahan lapangan kerja yang signifikan sebagai akibat pertumbuhan yang lebih didorong oleh sektor konsumsi dan peningkatan investasi bukan merupakan jenis yang mampu banyak menyerap tenaga kerja. Selanjutnya dinyatakan bahwa pertumbuhan ekonomi dan investasi tidak cukup untuk mengatasi masalah pertambahan jumlah penganggur dan angkatan kerja baru tetapi harus didukung peraturan dan perhatian yang lebih besar pada aspek global termasuk perbaikan iklim investasi dan upah buruh. Persoalan tenaga kerja di Indonesia tidak hanya menyangkut tingginya pengangguran terbuka tetapi juga menyangkut persoalan inti yang lebih kompleks. Hasil studi Bank Pembangunan Asia ADB menunjukkan bahwa terdapat 10 persoalan ketenagakerjaan di Indonesia yaitu rendahnya kualitas tenaga kerja secara keseluruhan, tingginya serta terus bertambahnya pengangguran terbuka, karakteristik penganggur yang tidak menjadi pilihan pengusaha, meluasnya tenaga kerja yang bekerja di luar kemampuannya, ekspansi sektor informal, pertumbuhan angkatan kerja perkotaan yang sangat cepat, rendahnya kesejahteraan pekerja secara keseluruhan, pertambahan upah sektor formal diluar pertumbuhan produktivitas, dan semakin tinggi atau besarnya disparitas upah antara sektor formal dan informal, antar gender dan antar kawasan, serta persoalan struktural tenaga kerja lainnya Cua, 2005 dalam Kompas, 2005 Pada sektor pertanian besarnya kesempatan kerja dipengaruhi oleh luas lahan pertanian, produktivitas tanah, intensitas tanam, dan teknologi yang diterapkan, sedangkan pada sektor non-pertanian kesempatan kerja antara lain 39 dipengaruhi oleh volume produksi, teknologi, dan tingkat harga komoditas Kasryno, 1984. Off-farm migrasi tenaga kerja ditentukan secara signifikan oleh perbedaan income rata-rata antara sektor pertanian dan sektor lain, tingkat pendidikan, umur angkatan kerja Larson, 1997. Selanjutnya dinyatakan bahwa secara hisroris migrasi akibat dorongan income cenderung sama pada negara berkembang tetapi pada beberapa negara migrasi marginal lebih besar dari migrasi alami seiring meningkatnya angkatan kerja sektor pertanian. Hasil penelitian di Nigeria kohesi sosial yang tetap kuat seperti kecenderungan sejumlah unit keluarga untuk migrasi dan mempengaruhi komunitas organisasi untuk mempertahankan jaringan kerja komunitas Stephene, 2000.

2.6. Studi Empiris Perubahan Penggunaan Lahan