Simulasi Dampak Kebijakan METODE PENELITIAN

101 Kriteria untuk uji statistik adalah nilai dw mendekati 2 maka nilai statistik dw mendekati 0 yang menunjukkan tidak ada otokorelasi. Pengolahan data, estimasi model dan simulasi kebijakan menggunakan program Excel 2000 dan SASETS 6.

4.5. Validasi Model

Validasi dilakukan untuk mengetahui kevalidan model yang akan digunakan untuk simulasi kebijakan. Validasi model berdasarkan Pindyck dan Rubinfield 1991 menggunakan kriteria Root Mean Square Error RMSE, Root Mean Square Percent Error RMSPE, dan Theil Inequality Coefficient U-theil. Makin kecil nilai RMSE, RSMPE dan U semakin baik model penduga dengan nilai U-theil berkisar antara 0 dan 1. Indikator lain yang digunakan adalah nilai koefisien determinasi R 2 dimana semakin tinggi nilai R 2 maka semakin besar variasi perubahan peubah endogen aktual mampu dijelaskan oleh peubah endogen simulasi dasar yang menunjukkan model semakin baik.

4.6. Simulasi Dampak Kebijakan

Simulasi dalam penelitian terdiri dari simulasi historis 1993 – 2003 dan simulasi peramalan 2007 – 2010 untuk mengidentifikasi dampak kebijakan pada masa akan datang.

4.6.1. Simulasi Historis

Simulasi historis untuk evaluasi dampak kebijakan alokasi pengeluaran pemerintah daerah dan dilakukan secara bertahap dengan beberapa skenario kebijakan alokasi pengeluaran pemerintah, yaitu: 102 Simulasi dampak desentralisasi untuk mengidentifikasi dampak kebijakan desentralisasi fiskal dalam mendorong perkembangan sosial ekonomi yang mengalami penurunan akibat krisis ekonomi. Peningkatan pengeluaran pembangunan sektor prioritas yang terdiri dari sektor transportasi, pengembangan wilayah dan sumber daya manusia masing- masing sebesar 5 dari pengeluaran rutin untuk mengidentifikasi dampak prioritas pembangunan tanpa adanya realokasi pengeluaran rutin terhadap indikator yang diamati. Realokasi pengeluaran rutin masing-masing sebesar 5, 10 dan 15 untuk pengeluaran pembangunan. Simulasi dilakukan sampai rasio pengeluaran rutin dan pembangunan mendekati rata-rata alokasi pada saat sebelum krisis, yaitu pada saat alokasi pengeluaran pembangunan mendekati angka 50. Kombinasi kebijakan peningkatan pengeluaran pembangunan sektor prioritas masing-masing 5 dan 10 dengan realokasi pengeluaran rutin untuk pembangunan sebesar 15. Simulasi dilakukan untuk mengidentifikasi sektor prioritas terbaik dengan kriteria indikator ekonomi dan tenaga kerja serta degradasi hutan zona penyangga sesuai diharapkan dan degradasi hutan taman nasional paling kecil. Kombinasi kebijakan dilanjutkan jika hasil simulasi belum mencapai peningkatan degradasi taman nasional mendekati nol melalui peningkatan alokasi sektor pengeluaran pembangunan prioritas dan realokasi pengeluaran rutin dengan tingkat yang sama. Hasil simulasi yang diperoleh selanjutnya 103 disebut dengan kebijakan alokasi pengeluaran pemerintah untuk pembangunan berkelanjutan. Pemilihan tiga sektor yang menjadi prioritas dalam simulasi dampak kebijakan didasarkan pada kecenderungan dan isu yang terjadi baik pada tingkat nasional, regional maupun lokasl, yaitu; a. Sektor transportasi PTRE dengan isu sentral adanya kebijakan pemerintah pusat untuk lebih mengembangkan infrastruktur transportasi dan keinginan pemerintah daerah Kabupaten Kerinci sebagai wilayah paling terkait dengan taman nasional guna membuka aksesibilitas wilayah dengan wilayah lainnnya. b. Sektor pembangunan wilayah PRDE dengan isu sentral adanya kesenjangan pembangunan antar wilayah urban dan pedesaan yang telah mendorong terjadinya distribusi pendapatan yang tidak merata. Pembangunan wilayah seperti pembukaan areal transmigrasi menjadi salah satu penyebab meningkatnya kebutuhan akan sumber daya lahan. c. Sektor sumber daya manusia PHRE dengan isu sentral adanya amanat UUD pasal 31 ayat 4 untuk meningkatkan alokasi anggaran pembangunan sektor pendidikan minimal 20 dari total anggaran baik pada tingkat nasional maupun daerah.

4.6.2. Simulasi Peramalan

Simulasi peramalan dampak kebijakan alokasi pengeluaran pemerintah daerah terhadap perkembangan sosial, ekonomi dan lingkungan selama periode 2007 – 2010, dilakukan dengan tahapan sebagai berikut; 104 1. Peramalan nilai-nilai variabel eksogen menggunakan metode STEPART TREND 2 dan nilai variabel endogen = 1. 2. Simulasi peramalan nilai dasar dengan menggunakan SIMNLIN dan untuk meminimalisir dampak trend dari model ekonometrika maka variabel YEAR diseragamkan menjadi 2003 sebagai tahun dasar peramalan. 3. Simulasi peramalan dampak realokasi 25 pengeluaran rutin dengan prioritas 20 untuk sektor pengeluaran pembangunan sumber daya manusia, dan sisanya 5 terdistribusi untuk sektor-sektor pengeluaran pembangunan lainnya. Realokasi 25 merupakan kebijakan alokasi pengeluaran pemerintah daerah yang berimbang antara pengeluaran rutin dan pembangunan dengan rasio mendekati 50:50. Prioritas 20 untuk mencapai alokasi pengeluaran pembangunan sektor sumber daya manusia mendekati 16 – 20. 4. Simulasi peramalan untuk perubahan kecenderungan alokasi pengeluaran pembangunan melalui peningkatan realokasi pengeluaran rutin, yaitu: a. Realokasi pengeluaran rutin sebesar 27 dengan prioritas 21 untuk sektor pengeluaran pembangunan sumber daya manusia, dan sisanya 6 terdistribusi untuk sektor-sektor pengeluaran pembangunan lainnya. b. Realokasi pengeluaran rutin sebesar 29 dengan prioritas 22 untuk sektor pengeluaran pembangunan sumber daya manusia, dan sisanya 7 terdistribusi untuk sektor-sektor pengeluaran pembangunan lainnya.. Evaluasi masing-masing skenario kebijakan untuk simulasi historis dan peramalan menggunakan indikator pada tiga aspek pembangunan berkelanjutan. 105 Tabel 10. Variabel Indikator dan Kriteria Umum yang Digunakan Dalam Evaluasi Dampak Kebijakan Alokasi Pengeluaran Pemerintah No Variabel Notasi Satuan Hasil Diharapkan 1 Ekonomi a. Pangsa PDB sektor pertanian kawasan ECOS Menurun b. Pertumbuhan output kawasan ECOG Meningkat c. Output perkapita kawasan PDBK Meningkat 2 Sosial a. Tingkat partisipasi angkatan kerja TPAK Meningkat b. Pangsa tenaga kerja sektor pertanian LABS Menurun c. Tingkat pengangguran terbuka UNEM Menurun 3 Lingkungan a. Porsi Hutan Kawasan PFOR MenurunTetap b. Degradasi hutan zona penyangga DEGHS MenurunTetap c. Degradasi hutan taman nasional DEGTN MenurunTetap

V. PERKEMBANGAN KAWASAN DAN TAMAN NASIONAL