196
Tabel 52. Ramalan Perkembangan Sosial, Ekonomi dan Lingkungan Tanpa Perubahan Kebijakan Periode Tahun 2004 – 2010
No Variabel 2004-2006 2007-2010
Bengkulu Jambi Sumbar Bengkulu Jambi Sumbar Ekonomi
1 Pangsa PDB Pertanian
0.22 0.65
0.76 2.27
2.65 3.03
2 Pertumbuhan output
1.15 0.48 -0.17 0.93
-0.36 -1.57 3 PDBKapita
-1.03 2.03 1.84 -4.65
1.45 1.63
Sosial 1
Partisipasi angkatan kerja 0.41 0.13 -0.18
0.93 -0.11 -0.15
2 Pengangguran terbuka
-0.18 -0.03 0.35 0.30 0.69 1.25
3 Pangsa
TK Pertanian
1.26 0.73 0.18 2.79 1.84 0.36 Lingkungan
1 Porsi
hutan kawasan
-1.20 -3.95 -1.22 -9.87 -13.89 -8.45 2
Degradasi zona penyangga -0.12
0.07 0.13 -0.75 -1.10 -0.65
3 Degradasi
TNKS 0.27 0.10 0.15 0.37 0.16 0.26
Keterangan: Angka ”Tebal” menunjukkan dampak sesuai diharapkan
Pada pasar tenaga kerja menurunnya kemampuan ekonomi dalam penyerapan tenaga kerja akan menyebabkan peningkatan pengangguran terbuka
terutama pada periode 2007 - 2010. Pada aspek lingkungan, menyebabkan tekanan yang lebih besar terhadap lahan dengan meningkatnya konversi hutan dan
degradasi taman nasional. Berdasarkan kepada hal tersebut maka perubahan paradigma dalam alokasi pengeluaran pemerintah sangat dibutuhkan baik antara
pengeluaran rutin dan pembangunan maupun antar sektor dalam pengeluaran pembangunan. Untuk itu maka kebijakan realokasi pengeluaran rutin yang diikuti
dengan pemilihan sektor prioritas menjadi sesuatu yang harus dilakukan. Pada BAB VI dari berbagai alternatif kebijakan maka yang mampu memberikan
dampak sesuai diharapkan baik ditinjau dari aspek sosial, ekonomi dan lingkungan adalah realokasi 25 pengeluaran rutin untuk pembangunan dengan
prioritas 20 untuk sektor sumberdaya manusia.
197
7.2. Ramalan Dampak Kebijakan Alokasi Pengeluaran Pembangunan
Berkelanjutan Tahun 2007 – 2010
7.2.1. Ramalan Alokasi Pengeluaran Pemerintah Daerah untuk Pembangunan Berkelanjutan
Implementasi kebijakan alokasi pengeluaran pembangunan untuk pembangunan berkelanjutan akan mendorong perubahan dalam alokasi antar
sektor terutama sektor prioritas. Secara umum kebijakan ini akan mendorong peningkatan alokasi pengeluaran pembangunan mendekati 50 dan akan
teralokasi sekitar 16 – 18 untuk sektor sumberdaya manusia. Ramalan alokasi pengeluaran pemerintah daaerah untuk pembangunan pada masing-masing
kawasan disajikan pada Tabel 53. Tabel 53. Ramalan Dampak Kebijakan Alokasi Pengeluaran Pemerintah
Daerah untuk Pembangunan Berkelanjutan Terhadap Distribusi Pembiayaan Pembangunan
No Sektor Pembiayaan
Pembangunan Perubahan
Nilai Simulasi Bengkulu Jambi Sumbar Bengkulu Jambi Sumbar
Pengeluaran Pembangunan
24.29 19.49 24.41 47.35 47.31 47.36 1
Sumberdaya manusia
15.94 13.09 16.14 18.03 16.44 18.76 2
Transportasi 4.29 3.28 4.24 8.44 11.85 11.00
3 Pengembangan
wilayah 1.81 1.39 1.79 4.80 3.85 4.91
4 Lain-lain
2.26 1.73 2.24 16.09 15.18 12.69 Kredit
Perbankan 1
Investasi dan modal kerja -3.92 -3.37 -4.17 63.95 60.39 60.54
2 Usaha kecil dan menengah
4.08 2.76 3.83 41.71 41.60 58.47 3 Sektor
pertanian -7.42 -6.36 -7.88 35.31 33.88 33.03
Kebijakan alokasi pengeluaran pemerintah mengindikasikan bahwa peningkatan alokasi pengeluaran pembangunan sektor sumberdaya manusia
sebagai sektor prioritas akan diikuti dengan peningkatan alokasi sektor lain.
198
Peningkatan alokasi pengeluaran pembangunan sektor transportasi dan pengembangan wilayah relatif besar, merupakan implikasi dari respon kedua
sektor terhadap perubahan rasio pengeluaran rutin dan pembangunan yang lebih besar dibanding sektor lain-lain. Hal ini mengindikasikan bahwa pengembangan
sektor sumberdaya manusia akan diikuti dengan meningkatnya aksesibilitas kawasan, sedangkan peningkatan alokasi sektor-sektor lain dibutuhkan sebagai
faktor pendukung seperti untuk pengendalian pertumbuhan penduduk. Pada sisi pembiayaan sektor swasta, maka kebijakan alokasi pengeluaran
pemerintah daerah berkelanjutan secara umum akan mendorong peningkatan proporsi kredit UKM, dan sebaliknya proporsi kredit produksi investasi dan
modal kerja termasuk sektor pertanian mengalami penurunan. Penurunan porporsi kredit produksi lebih didorong peningkatan kredit konsumsi sebagai
implikasi dari peningkatan output perkapita, sedangkan penurunan proporsi kredit sektor pertanian mengikuti perubahan struktur pasar output dan tenaga kerja
kawasan. Transformasi struktural juga akan mendorong terjadinya perubahan dalam perkembangan sosial, ekonomi dan lingkungan seperti disajikan pada Tabel
54. Ramalan dampak kebijakan alokasi pengeluaran pemerintah berkelanjutan secara rata-rata berpotensi mendorong transformasi struktural berupa turunnya
ketergantungan perekonomian baik terhadap pasar output maupun tenaga kerja. Implikasi dari perubahan struktural berpotensi memacu laju pertumbuhan output
lebih tinggi dibanding pertumbuhan populasi sehingga output perkapita sebagai indikator kesejahteraan akan meningkat.
199
Tabel 54.
Ramalan Dampak Kebijakan Alokasi Pengeluaran Pembangunan Berkelanjutan Terhadap Aspek Sosial, Ekonomi
dan Lingkungan Tahun 2007 – 2010
No Variabel Nilai Dasar
Kebijakan Perubahan
B J S B J S B J S
Ekonomi
1 Pangsa output
pertanian 46.15 47.04 37.52 45.12 46.26 37.11 -1.03 -0.78 -0.41
2 Pertumbuhan output
4.40 3.11 1.33 5.80 4.28 2.78 1.39 1.17 1.45