174
sektor ini mengalami peningkatan terbesar dibanding sektor lain. Perubahan rasio pengeluaran rutin dan pembangunan menyebabkan perubahan dalam alokasi
sektor-sektor pengeluaran pembangunan dan distribusi kredit perbankan seperti disajikan pada Tabel 41.
Tabel 41. Evaluasi Dampak Realokasi 15 Pengeluaran Rutin dengan Prioritas Sektor Pengembangan Wilayah Terhadap Distribusi
Pembiayaan Pembangunan
No Jenis Pembiayaan dan Sektor
Tingkat prioritas untuk sektor pengembangan wilayah 5 10
Bengkulu Jambi Sumbar Bengkulu Jambi Sumbar Pengeluaran Pembangunan
7.51 7.31 7.15 9.77 9.63 9.48
1 Sektor
transportasi 2.39 2.28 2.21 1.84 1.77 1.71
2 Sektor pengembangan
wilayah 3.24 3.24 3.21 6.47 6.48 6.43
3 Sektor
sumberdaya manusia
0.62 0.59 0.57 0.48 0.45 0.44 4 Sektor
lainnya 1.26 1.20 1.17 0.97 0.93 0.90
Kredit 1
Investasi dan
Modal Kerja
-3.61 -3.61 -3.54 -3.53 -3.46 -3.32 2
UKM 8.83 8.70 8.58 15.59 15.54 15.41
3 Pertanian
-7.52 -7.52 -7.40 -8.47 -8.35 -8.07
Peningkatan alokasi pengeluaran pembangunan sektor pengembangan wilayah sebagaimana sektor transportasi akan mendorong peningkatan kredit
sektor konsumsi, dan terindikasi dengan menurunnya proporsi kredit sektor produksi yaitu kredit investasi dan modal kerja. Pengembangan wilayah akan
mendorong peningkatan kesempatan usaha sektor non-pertanian skala kecil sampai menengah, dan diduga menjadi faktor utama meningkatnya proporsi kredit
UKM dan menurunnya proporsi kredit sektor pertanian. Perbedaan kebijakan ini dengan prioritas sektor transportasi adalah peningkatan proporsi kredit UKM tetap
terjadi meskipun tingkat prioritas ditingkatkan. Perubahan dalam alokasi sektor
175
pengeluaran pembangunan dan distribusi kredit perbankan selanjutnya berpotensi mempengaruhi perkembangan sosial ekonomi dan lingkungan seperti disajikan
pada Tabel 42. Tabel 42. Evaluasi Dampak Realokasi 15 Pengeluaran Rutin dengan
Prioritas Sektor Pengembangan Wilayah Terhadap Indikator Sosial, Ekonomi dan Lingkungan
No Variabel Tingkat prioritas untuk sektor pengembangan wilayah
5 10 Bengkulu Jambi Sumbar Bengkulu Jambi Sumbar
Ekonomi 1
Pangsa PDB Pertanian -0.34 -0.31 -0.29 -0.03 -0.01 0.00
2 Pertumbuhan output
0.53 0.52 0.51 0.05 0.03 0.00
3 PDBKapita 0.21 0.26 0.25 0.03 0.03 -0.01
Sosial 1
Partisipasi angkatan kerja 0.57 0.55 0.53 0.43 0.41 0.39
2 Pengangguran terbuka
-0.86 -0.85 -0.83 -1.12 -1.11 -1.09
3 Pangsa TK
Pertanian -0.27 -0.19 -0.17 -0.20 -0.18 -0.21
Lingkungan 1 Laju
deforestasi -2.28 -1.93 -2.35 0.57 0.68 0.93
2 Degradasi zona penyangga
-0.01 0.06 0.09 0.33 0.35 0.33
3 Degradasi
TNKS 0.23 0.23 0.22 0.31 0.30 0.30
Keterangan: Angka ”Tebal” menunjukkan hasil simulasi sesuai dengan diharapkan
Kombinasi kebijakan realokasi pengeluaran rutin dan pengembangan wilayah mampu mendorong terjadinya transformasi struktural dalam
pembangunan ekonomi. Perkembangan dunia usaha terutama sektor non-pertanian menyebabkan semakin menurunnya pangsa output dan tenaga kerja sektor
pertanian, serta pertumbuhan output yang didorong oleh sektor non-pertanian relatif akan lebih cepat. Laju pertumbuhan output yang lebih tinggi akan
meningkatkan kemampuan ekonomi dalam penyerapan tenaga kerja terutama pada sektor non-pertanian, sehingga output perkapita sebagai indikator
kesejahteraan rakyat juga akan meningkat.
176
Kombinasi kebijakan ini pada aspek ekonomi dan tenaga kerja mampu menghasilkan dampak sesuai dengan yang diharapkan, tetapi terhadap aspek
lingkungan akan menyebabkan tekanan lebih besar terhadap sumberdaya lahan dan hutan. Pada peningkatan sektor pengembangan wilayah sebesar 5 masih
mampu menurunkan konversi hutan untuk penggunaan lain deforestasi dan degradasi hutan zona penyangga khususnya pada kawasan Bengkulu tetapi pada
level prioritas 10 deforestasi kawasan dan degradasi hutan zona penyangga akan semakin meningkat. Hal ini mengindikasikan bahwa peningkatan alokasi
pengeluaran pembangunan sektor ini sebagaimana sektor transportasi relatif sangat terbatas. Kondisi ini juga terlihat dengan peningkatan degradasi hutan
taman nasional yang semakin meningkat seiring meningkatnya prioritas pengeluaran pembangunan sektor ini. Peningkatan alokasi sektor prioritas dengan
level yang lebih besar tanpa diiringi dengan peningkatan realokasi pengeluaran rutin malah akan menyebabkan laju pertumbuhan output dan output perkapita
yang lebih rendah. Penurunan ini merupakan implikasi dari dampak peningkatan yang cenderung menurunkan pencapaian target pembangunan baik pada aspek
ekonomi, tenaga kerja maupun lingkungan. Berdasarkan skenario kebijakan kombinasi ini dapat diindikasikan bahwa
sektor pengembangan wilayah sebagai prioritas juga bersifat terbatas. Peningkatan alokasi pengeluaran pembangunan sektor ini harus dilakukan seiring dengan
peningkatan alokasi sektor lain seperti sektor sumberdaya manusia.
177
6.5.3. Evaluasi Dampak Kebijakan Realokasi Pengeluaran Rutin dengan Prioritas Sektor Sumberdaya Manusia
Prioritas peningkatan pengeluaran pembangunan sektor sumberdaya manusia melalui realokasi pengeluaran rutin mengindikasikan alokasi pengeluaran
sektor ini mengalami peningkatan terbesar dibanding sektor lain. Peningkatan alokasi sektor prioritas diikuti dengan peningkatan sektor lain yang bervariasi,
serta berpotensi mempengaruhi distribusi kredit perbankan seperti disajikan pada Tabel 43.
Tabel 43. Evaluasi Dampak Realokasi 15 Pengeluaran Rutin dengan Prioritas Sektor Sumberdaya Manusia Terhadap Distribusi
Pembiayaan Pembangunan
No Jenis Pembiayaan dan Sektor
Tingkat prioritas untuk sektor sumberdaya manusia 5 10
Bengkulu Jambi Sumbar Bengkulu Jambi Sumbar Pengeluaran
Pembangunan 7.90 7.69 7.51 10.07 9.92 9.76
1 Sektor
transportasi 2.39 2.28 2.21 1.84 1.77 1.71
2 Sektor
pengembangan wilayah 1.01 0.96 0.93 0.78 0.74 0.72
3 Sektor sumberdaya manusia
3.24 3.24 3.21 6.47 6.48 6.43 4
Sektor lainnya
1.26 1.20 1.17 0.97 0.93 0.90 Kredit
1 Investasi
dan Modal
Kerja -2.89 -2.92 -2.94 -1.77 -1.81 -1.84
2 UKM
3.38 3.12 2.96 1.82 1.63 1.50 3
Pertanian -5.46 -5.50 -5.53 -3.35 -3.41 -3.46
Dampak perubahan alokasi sektor pengeluaran pembangunan terhadap distribusi kredit relatif sama dengan prioritas sektor transportasi. Proporsi kredit
sektor produksi investasi dan modal kerja dan kredit sektor pertanian akan mengalami penurunan, sedangkan proporsi kredit UKM mengalami peningkatan
tetapi dengan kecenderungan menurun seiring peningkatan alokasi pengeluaran
178
pembangunan sektor sumberdaya manusia. Perubahan dalam alokasi pembiayaan pembangunan ini selanjutnya mendorong perkembangan sosial, ekonomi, dan
lingkungan seperti disajikan pada Tabel 44. Tabel 44. Evaluasi Dampak Realokasi 15 Pengeluaran Rutin dengan
Prioritas Sektor Sumberdaya Manusia Terhadap Indikator Sosial, Ekonomi dan Lingkungan
No Variabel Level realokasi untuk sektor sumberdaya manusia
5 10 Bengkulu Jambi Sumbar Bengkulu Jambi Sumbar
Ekonomi 1
Pangsa PDB Pertanian -0.50 -0.47 -0.45 -0.44 -0.41 -0.40
2 Pertumbuhan output
0.75 0.75 0.75 0.61 0.61 0.61
3 PDBKapita 2.24 2.32 2.19 4.68 4.74 4.41
Sosial 1
Partisipasi angkatan kerja 0.71 0.68 0.67 0.74 0.72 0.71
2 Pengangguran terbuka
-0.65 -0.63 -0.62 -0.57 -0.56 -0.56
3 Pangsa TK
Pertanian -0.53 -0.43 -0.36 -0.78 -0.71 -0.65
Lingkungan 1 Laju
deforestasi -3.92 -3.49 -4.35 -3.52 -3.17 -3.97
2 Degradasi zona penyangga
-0.22 -0.13 -0.08 -0.21 -0.14 -0.09
3 Degradasi
TNKS 0.12 0.12 0.11 0.03 0.03 0.03
Keterangan: Angka ”Tebal” menunjukkan hasil simulasi sesuai dengan diharapkan
Kombinasi kebijakan realokasi pengeluaran rutin dengan sektor prioritas sumberdaya manusia mampu mendorong laju pertumbuhan output melalui
perubahan struktural dalam perekonomian. Peningkatan alokasi pengeluaran pembangunan mampu mendorong semakin meningkatnya tenaga kerja dan
kesempatan kerja sektor non-pertanian, sehingga pangsa sektor non-pertanian dalam pembentukan PDB kawasan semakin meningkat. Sumberdaya manusia
yang meningkat baik melalui pendidikan formal maupun non-formal seperti pelatihan tenaga kerja mampu menciptakan lapangan kerja baru yang tidak
179
tergantung pada sektor pertanian. Laju pertumbuhan output yang didorong oleh berkembangnya sektor non-pertanian ini akan mampu mendorong peningkatan
permintaan tenaga kerja dan pada akhirnya akan mampu mendorong semakin membaiknya kesejahteraan output perkapita. Ketergantungan output dan tenaga
kerja terhadap sektor pertanian yang semakin menurun ini, akan mengurangi tekanan terhadap lahan sehingga konversi hutan kawasan dan degradasi hutan
zona penyangga akan berkurang. Pada sisi lain kecenderungan laju degradasi hutan taman nasional seiring dengan meningkatnya perhatian terhadap kualitas
sumberdaya manusia ini mengindikasikan bahwa peningkatan alokasi sektor ini masih dapat dilakukan sampai batas tertentu. Peningkatan alokasi pengeluaran
pembangunan sektor sumberdaya manusia akan terus mendorong terjadinya peningkatan output perkapita dan penurunan degradasi taman nasional tetapi pada
batas tertentu akan berdampak negatif terhadap aspek lain seperti laju pertumbuhan output dan tingkat pengangguran.
Berdasarkan hal tersebut dapat diindikasikan bahwa realokasi pengeluaran rutin yang dengan prioritas peningkatan alokasi pengeluaran pembangunan
sumberdaya manusia akan memberikan hasil yang relatif lebih baik dalam menjaga keseimbangan dalam berbagai aspek pembangunan. Untuk mencapai
hasil yang lebih baik maka upaya peningkatan alokasi pengeluaran sektor ini sebaiknya juga diikuti dengan meningkatkan realokasi pengeluaran rutin untuk
pembangunan. Hal ini dilakukan agar tidak terjadi penurunan alokasi pengeluaran pembangunan sektor lain sebagai pendukung kebijakan, dan mampu
180
meningkatkan kesejahteraan masyarakat tidak diikuti dengan meningkatnya degradasi hutan taman nasional.
6.6. Evaluasi Dampak Kombinasi Kebijakan Realokasi Pengeluaran Rutin