137
pemerintah untuk meningkatkan ketersediaan air melalui pembangunan infrastruktur seperti irigasi akan mengurangi akses masyarakat sehingga luas areal
tangkap perairan terbuka akan menurun. Hal ini terlihat dengan peningkatan alokasi pengeluaran pembangunan sektor sumberdaya air dan irigasi akan
menurunkan luas areal perairan terbuka. Perubahan dari tahun ke tahun menunjukkan bahwa luas areal budidaya cenderung menurun, dan sebaliknya luas
perairan terbuka cenderung meningkat. Hal ini mengindikasikan bahwa pilihan budidaya atau perairan terbuka bersifat substitusi dan mendorong terjadinya
peralihan tenaga kerja antar kedua jenis usaha perikanan.
5.4. Perkembangan Struktur Output Kawasan
Struktur pasar output terlihat dari pangsa sektor primer pertanian dalam pembentukan output kawasan, dan dalam perhitungan output sisi produksi sektor
pertanian terdiri atas pangan dan holtikultura, perkebunan, peternakan, perikanan dan perikanan. Nilai dan pangsa sub-sektor pertanian Tabel 23 menunjukkan
sub-sektor pangan dan holtikultura pada ketiga kawasan memiliki kontribusi terbesar dalam pembentukan output yaitu sekitar 50 dari sektor pertanian atau
20 - 25 dari total. Pada kawasan Bengkulu pertumbuhan dan share output sub- sektor pangan relatif lebih tinggi, sedangkan pada kawasan Jambi dan Sumatera
Barat share yang relatif lebih tinggi adalah sub-sektor perkebunan. Share sub- sektor perikanan kawasan Bengkulu dan Jambi menurun, tetapi sebaliknya
kawasan Sumatera Barat meningkat, sedangkan pangsa sub-sektor kehutanan masih meningkat tetapi perannya dalam pembentukan output kawasan bervariasi.
138
Tabel 23. Perkembangan Nilai dan Pangsa Sub-sektor Pertanian dalam Pembentukan PDB Riel Masing-masing Kawasan
No Kawasan dan
sektor Sentralisasi 1998-2000
Desentralisasi 2001-2003 Pertumbuhan
Nilai Rp milyar
Share Nilai
Rp milyar Share
Bengkulu
1 Pangan 252.13 25.16 303.11 28.04 20.22
2 Perkebunan 94.02 9.38 80.82 7.48 -14.04
3 Peternakan 36.00 3.59 39.71 3.67 10.31
4 Kehutanan 34.50 3.44 34.87 3.23 1.09
5 Perikanan 29.75 2.97 15.04 1.39 -49.43
Pertanian 446.39 44.54 473.56 43.80
6.09 Non-Pertanian
555.90 55.46 607.58 56.20 9.30
Total PDB 1 002.29
100.00 1 081.14
100.00 7.87
Jambi
1 Pangan 167.20 20.21 179.57 20.01
7.40 2 Perkebunan
132.63 16.03 146.17 16.29 10.21 3 Peternakan
30.11 3.64 31.86 3.55 5.81 4 Kehutanan
5.55 0.67 5.83 0.65 5.03 5 Perikanan
42.88 5.18 36.12 4.03 -15.77
Pertanian 378.37 45.74 399.54 44.53
5.59 Non-Pertanian
448.93 54.26 497.71 55.47 10.87 Total PDB
827.30 100.00 897.25 100.00 8.45
Sumbar
1 Pangan 229.14 22.39 235.49 21.29
2.77 2 Perkebunan
62.11 6.07 71.83 6.49 15.63 3 Peternakan
27.55 2.69 30.21 2.73 9.65 4 Kehutanan
30.30 2.96 32.22 2.91 6.33 5 Perikanan
10.38 1.01 11.36 1.03 9.43
Pertanian 359.48 35.12 381.11 34.45
6.02 Non-Pertanian
664.04 64.88 725.18 65.55 9.21
Total PDB 1 023.52
100.00 1 106.29
100.00 8.09
Pertumbuhan output sektor pertanian secara umum lebih lambat dibanding sektor non-pertanian, sehingga pangsa output sektor pertanian cenderung menurun
dari tahun ke tahun meskipun realtif kecil termasuk pada periode desentralisasi. Hal ini mengindikasikan proses transformasi struktural pasar output yang lambat,
dan penurunan terkait dengan penggunaan lahan dan komoditas budidaya yang diusahakan masyarakat dan perkembangan sektor non-pertanian seperti disajikan
pada Tabel 24.
139
Tabel 24. Hasil Estimasi Faktor-faktor yang Mempengaruhi Share Sub-Sektor Pertanian Kawasan
No Sub-sektor pertanian
Pangan Perkebunan Peternakan Perikanan Kehutanan
Variabel Koefisien Prob Variabel Koefisien
Prob Variabel Koefisien Prob Variabel
Koefisien Prob Variabel Koefisien
Prob 1 Intersep
2.399 0.995 Intersep -691.645 0.000
Intersep 27.063 0.707
Intersep 265.356 0.382 Intersep -31.088
0.646 2
SSNPT -0.172
0.493 SSNPT
-0.310 0.032 SSNPT
0.046 0.337
SSNPT -0.251
0.253 SSNPT
-0.047 0.263
3 PLAPS
-0.485 0.215
PLAKR 0.094
0.361 PGRA
0.188 0.128 PDYK
2.880 0.727
PWOD 0.020
0.509 4
PLAPL 0.534
0.259 PLAKS
-0.448 0.019 POPS
0.004 0.498
PLFOW 0.415
0.774 PFOR
0.008 0.252
5 PLAJG
-1.207 0.136 PLAKP
-0.309 0.055 POPK
0.004 0.458
PLFBD 1.333
0.499 PHSTN
0.000 0.628
6 PLAKT
7.912 0.045 PLAKL
-2.425 0.040 POPM
0.000 0.936
DEGTN -0.033
0.897 PAGE
0.037 0.647
7 PLAKD
3.067 0.133 PLAKM
0.801 0.066 PAGE
0.097 0.214
PAGE 0.101
0.790 PAGC
-0.002 0.618
8 PLAUJ
-4.642 0.090 PKBOT
0.053 0.313
PAGC -0.004
0.276 PAGC
0.005 0.820
- -
- 9
PLAUK 0.880
0.356 -
- -
- -
- PWRE
-1.140 0.050 -
- -
10 PPKOT
0.173 0.166
- -
- -
- -
- -
- -
- -
11 DKAW1
-1.544 0.685
DKAW1 -0.505
0.673 DKAW1
-1.777 0.008 DKAW1
0.789 0.846
DKAW1 -0.323
0.462 12
DKAW2 -6.832 0.000
DKAW2 0.997
0.587 DKAW2
-0.043 0.879
DKAW2 3.327
0.271 DKAW2
-2.797 0.000
13 DESE
0.861 0.221
DESE -0.969 0.010
DESE 0.046
0.722 DESE
0.986 0.218
DESE -0.042
0.716 14
KRIS -0.286
0.685 KRIS
-0.302 0.320
KRIS -0.060
0.639 KRIS
0.248 0.693
KRIS 0.085
0.477 15
YEAR 0.016
0.932 YEAR
0.361 0.000 YEAR
-0.013 0.714
YEAR -0.125
0.404 YEAR
0.018 0.588
Keterangan: Angka ”Tebal” menunjukkan berpengaruh nyata pada tingkat kepercayaan 85 P 0.15
Penurunan share masing-masing sub-sektor dalam perekonomian didorong oleh meningkatnya pangsa sektor non-pertanian industri dan jasa, dan
diduga terjadi akibat meningkatnya tenaga kerja terdidik. Perubahan dalam struktur output juga dipengaruhi oleh perilaku pilihan komoditas budidaya, seperti
share sub-sektor pangan akan meningkat seiring dengan meningkatnya luas areal budidaya kacang tanah, dan sebaliknya menurun jika terjadi peningkatan
luas areal budidaya jagung dan ubi jalar. Hal ini mengindikasikan bahwa biaya opportunitas komoditas kacang tanah lebih tinggi dibanding pangan lainnya.
Perbandingan antar kawasan menunjukkan bahwa peran sub-sektor pangan dalam perekonomian lebih tinggi pada kawasan Bengkulu dibanding lainnya.
Share sub-sektor perkebunan meskipun mengalami peningkatan dari tahun ke tahun tetapi tetap menurun seiring meningkatnya peran sektor non-
pertanian. Peningkatan luas areal budidaya komoditas kulit manis menjadi faktor pendorong peningkatan share sub-sektor perkebunan, dan sebaliknya untuk
kelapa sawit, karet, kopi dan kelapa. Komoditas kulit manis kurang memiliki keterkaitan ke depan forward linkage terutama dengan sektor industri
pengolahan dan pemasaran masih dalam bentuk bahan mentah, sebaliknya komoditas seperti kelapa sawit, kopi dan kelapa memiliki keterkaitan ke depan
terutama mendorong munculnya industri pengolahan. Nilai tambah dari produk yang memiliki keterkaitan dengan sektor industri ini dalam perhitungan output
masuk dalam sektor industri. Hal ini mengindikasikan bahwa pengembangan komoditas perkebunan harus diikuti dengan pembangunan industri pengolahan,
sehingga pembangunan sektor perkebunan dapat seiring dengan pembangunan industri. Share sub-sektor yang meningkat selama periode desentralisasi
menunjukkan peran sub-sektor perkebunan ini masih tetap penting.
141
Share sub-sektor pertanian lain seperti peternakan mengalami peningkatan seiring dengan meningkatnya porsi lahan rumput-rumputan sebagai
sumber hijauan pakan dan areal pengembalaan ternak dan menjadi sub-sektor unggulan bagi kawasan Bengkulu. Peningkatan share sub-sektor kehutanan
didorong oleh ekploitasi hutan sekitar TNKS dan terlihat dari penurunan luas tutupan hutan zona penyangga yang diikuti dengan meningkatnya share sub-
sektor kehutanan. Keberadaan hutan konsesi HPH sekitar TNKS mendorong peningkatan output sektor kehutanan dan sebaliknya menyebabkan turunnya
luas tutupan hutan sekitar TNKS. Sub-sektor kehutanan memiliki peran lebih besar dalam pembentukan output pada kawasan Sumatera Barat dibanding
Bengkulu dan Jambi. Kebijakan pembangunan irigasi dan prasarana air bersih lainnya menyebabkan berkurangnya luas areal budidaya dan perairan terbuka
sehingga share sub-sektor perikanan akan menurun.
5.5. Perkembangan Output dan Sektor Tenaga Kerja Kawasan