Tingkat Degradasi Hutan Zona Penyangga dan Taman Nasional

148 lebih besar dari permintaan. Kebijakan pemerintah dalam alokasi pengeluaran pembangunan sektor industri dan dunia usaha, dan peningkatan proporsi kredit investasi dan modal kerja yang lebih mengarah pada kapital intensif menyebabkan meningkatnya pengangguran terbuka. Pemecahan masalah pengangguran oleh pemerintah daerah dapat dilakukan dengan lebih berpihak pada usaha kecil dan menengah UKM, karena peningkatan proporsi kredit UKM akan diikuti dengan peningkatan penyerapan atau permintaan tenaga kerja. Pengembangan UKM sektor jasa dan industri yang memiliki employment effect lebih besar harus lebih diperhatikan dalam upaya menurunkan tingkat pengangguran terbuka, terutama pada kawasan Bengkulu dengan pangsa tenaga kerja sektor pertanian dan peningkatan supplai tenaga kerja lebih tinggi. Pada kawasan Jambi pengembangan UKM bidang agroindustri terutama pengolah produk perkebunan dapat menjadi salah satu alternatif pilihan, sedangkan kawasan Sumatera Barat tetap mempertahankan UKM sektor jasa perdagangan sesuai karakteristik masyarakat.

5.6. Tingkat Degradasi Hutan Zona Penyangga dan Taman Nasional

Perkembangan sosial ekonomi kawasan dengan struktur ekonomi lebih didominasi oleh sektor pertanian menyebabkan tekanan lebih besar terhadap sumberdaya lahan dan hutan termasuk taman nasional. Eksploitasi yang terjadi secara terus menerus menyebabkan luas tutupan hutan baik pada zona penyangga maupun taman nasional mengalami penurunan dari tahun ke tahun seperti disajikan pada Tabel 28. 149 Tabel 28. Perkembangan Tutupan Hutan Zona Penyangga dan Taman Nasional Masing-masing Kawasan No Variabel Zona Penyangga Taman Nasional Bengkulu Jambi Sumbar Bengkulu Jambi Sumbar Sentralisasi 1 Tutupan hutan ribu Ha 468.01 629.54 748.17 145.42 241.71 430.46 2 Laju degradasi tahun 0.18 0.11 0.27 0.27 0.09 0.16 Desentralisasi 1 Tutupan hutan ribu Ha 463.89 622.32 746.26 139.08 240.08 426.17 2 Laju degradasi tahun 0.91 0.56 1.05 2.60 1.12 1.65 Perubahan 1 Tutupan hutan ribu Ha -4.12 -7.22 -1.91 -6.35 -1.63 -4.28 2 Laju degradasi tahun 0.72 0.45 0.79 2.33 1.03 1.49 Degradasi hutan yang menyebabkan penurunan luas tutupan hutan dari tahun ke tahun terjadi pada periode sentralisasi dan bahkan laju degradasi mengalami peningkatan pada periode desentralisasi. Peningkatan laju degradasi hutan seiring dengan peningkatan laju pertumbuhan output Tabel 27 mengindikasikan bahwa orientasi pembangunan ekonomi masih cenderung pada pertumbuhan Pro-growth, sehingga eksploitasi sumberdaya lahan tidak hanya pada kawasan non-konservasi tetapi juga pada taman nasional. Tingkat degradasi hutan taman nasional dan zona penyangga dipengaruhi baik secara langsung maupun tidak langsung oleh faktor ekonomi, sosial maupun kelembagaan dan kebijakan pemerintah daerah seperti disajikan pada Tabel 29. Tabel 29. Hasil Estimasi Faktor-faktor yang Mempengaruhi Degradasi Taman Nasional dan Zona Penyangga No Variabel Degradasi hutan zona penyangga Rasio tutupan hutan terhadap TNKS Degradasi hutan taman nasional Koefisien Prob Koefisien Prob Koefisien Prob 1 Intersep -2377.947 0.000 3155.019 0.003 -57.908 0.890 2 Porsi hutan kawasan -0.195 0.006 - - - - 150 3 Degradasi zona penyangga - - 0.265 0.365 - - 4 Rasio tutupan hutan zona penyangga-TNKS - - - - -0.058 0.669 5 Rasio pert. output-populasi 0.262 0.031 -0.044 0.789 - - 6 Tingkat pengangguran -0.232 0.389 - - -0.278 0.110 7 Output perkapita - - - - -2.380 0.497 8 Alokasi PP Lingkungan - - -0.076 0.892 - - 9 Harga kayu balok -0.215 0.002 0.109 0.195 0.021 0.472 10 Rasio harga kayu bakar- minyak tanah 0.035 0.857 - - -0.156 0.204 11 Luas HPH sekitar TNKS -0.001 0.893 -0.025 0.017 -0.003 0.575 12 Dummy “Jambi” -8.825 0.000 85.826 0.000 7.133 0.533 13 Dummy “Sumbar” -9.001 0.000 23.663 0.000 3.577 0.218 14 Desentralisasi -0.746 0.364 0.773 0.581 -0.810 0.147 15 Krisis 6.936 0.000 -6.886 0.013 1.169 0.203 16 Tahun 1.202 0.000 -1.557 0.003 0.035 0.867 Keterangan: Angka ”Tebal” menunjukkan berpengaruh nyata pada tingkat kepercayaan 85 P 0.15 Peningkatan ketersediaan sumberdaya lahan alternatif di luar kawasan konservasi akan mengurangi tekanan terhadap hutan zona penyangga, dan terlihat dengan peningkatan luas hutan kawasan diikuti menurunnya tingkat degradasi hutan zona penyangga. Pada sisi lain peningkatan laju pertumbuhan output, dan harga kayu yang turun akan mendorong terjadinya eksploitasi hutan pada zona penyangga. Peningkatan harga kayu akan mengurangi proses perambahan hutan oleh masyarakat dan perusahaan HPH, karena pada masyarakat sub-sisten kuantitas output yang rendah sudah mampu memenuhi kebutuhan pokok, dan pada sisi lain perusahaan HPH akan mengurangi dan lebih selektif dalam penebangan karena dengan kuantitas sedikit maka target pendapatan sudah tercapai. Perbandingan tingkat degradasi antar kawasan menunjukkan bahwa perbedaan persepsi pemanfaatan zona penyangga akan berpengaruh terhadap degradasi zona hutan zona penyangga. Tingkat degradasi pada kawasan Jambi yang menganggap zona penyangga memiliki fungsi hidro-ekologis penting bagi 151 sumber supplai air bagi kehidupan, memiliki tingkat degradasi relatif lebih rendah dibanding kawasan Bengkulu dan Sumatera Barat yang menginginkan zona ini dimanfaatkan sebagai sumber ekonomi. Tingkat degradasi hutan zona penyangga meningkat selama periode krisis, dan diduga menjadi penyebab peningkatan nyata degradasi dari tahun ke tahun. Penurunan tingkat degradasi pada periode desentralisasi merupakan implikasi dari kesepakatan antara pemerintah daerah untuk lebih melindungi taman nasional dan zona penyangganya. Peningkatan degradasi hutan zona penyangga selanjutnya akan menurunkan rasio luas tutupan hutan zona penyangga terhadap taman nasional. Pemberiaan hak konsesi kepada perusahaan HPH pada zona penyangga menjadi salah satu faktor pendorong meningkatnya alih fungsi lahan dan relatif rendahnya rehabilitasi hutan yang dilakukan. Rasio tutupan hutan ini pada kawasan Sumatera Barat relatif lebih besar dibanding kawasan lain, meskipun degradasinya lebih tinggi dibanding kawasan Jambi. Rasio paling rendah terdapat pada kawasan Bengkulu yang disebabkan karena luas yang relatif kecil diikuti dengan tingkat degradasi hutan yang lebih besar dibanding kawasan lain. Peningkatan degradasi zona penyangga dari tahun ke tahun menyebabkan rasio mengalami penurunan dari tahun ke tahun terutama pada periode krisis. Upaya mengurangi tekanan terhadap taman nasional antara lain melalui peningkatan kesejahteraan, dan perubahan struktural dalam pasar tenaga kerja. Tingkat degradasi hutan taman nasional akan menurun seiring meningkatnya kesejahteraan yang terlihat dari peningkatan rasio pertumbuhan output terhadap populasi, dan turunnya pangsa tenaga kerja sektor pertanian. Tingkat degradasi 152 taman nasional mengalami penurunan setelah kesepakatan pemerintah kawasan pada tahun 2001 atau seiring dengan implementasi desentralisasi ternyata belum mampu mengurangi tekanan terhadap taman nasional, sehingga tingkat degradasi cenderung meningkat dari tahun ke tahun.

5.7. Ikhtisar