127
5.3. Pola Budidaya Komoditas Kawasan
Pilihan komoditas mencerminkan pola budidaya oleh masyarakat dan dapat diproksi melalui porsi luas areal budidaya masing-masing komoditas.
Perkembangan penggunaan lahan pangan masing-masing komoditas Tabel 18 menunjukkan bahwa lahan tanaman pangan pada kawasan Bengkulu dan Jambi
meningkat pada periode desentralisasi terutama lahan kering. Peningkatan pada kawasan Bengkulu tidak diikuti peningkatan luas areal budidaya pangan, dan
diduga peningkatan terjadi pada luas areal tanaman sayuran dan buah-buahan. Pada kawasan Jambi peningkatan lahan pangan diikuti oleh peningkatan luas areal
budidaya padi sawah dan beberapa komoditas pangan lahan kering lainnya seperti ubi kayu dan ubi jalar serta tanaman sayur-sayuran. Hal yang berbeda terjadi pada
kawasan Sumatera Barat, terjadinya penurunan penggunaan lahan pangan didorong oleh penurunan luas areal beberapa komoditas pangan lahan kering.
HUTAN PERKEBUNAN
RERUMPUTAN RAWA-RAWA
KAYU-KAYUAN
LAHAN BASAH LAHAN KERING
PEMUKIMAN TAMBAK
MENGANGGUR
Keterangan: = Konversi hutan menjadi penggunaan lain
= Konversi dari suatu penggunaan ke
Gambar 22. Pola Konversi Hutan dan Penggunaan Lahan
128
Tabel 18. Rataan dan Perkembangan Luas Areal Budidaya Tanaman Pangan Lahan Basah dan Kering pada Masing-masing
Kawasan
No Kawasan dan Jenis
Komoditas Sentralisasi 1998-2000
Desentralisasi 2001-2003 Perubahan
Luas ribu Ha
Porsi Luas
ribu Ha Porsi
Bengkulu
1 Padi
sawah 27.31 10.38 26.65 9.02 -2.43
2 Padi
ladang 18.26 6.94 11.72 3.96
-35.82 3
Jagung 26.37 10.02 16.33 5.52
-38.10 4
Kedele 5.44 2.07 1.70 0.58
-68.75 5
Ubi kayu
9.16 3.48 7.14 2.41 -22.04
6 Ubi
jalar 8.66 3.29 5.79 1.96
-33.15 7
Kacang Tanah
5.78 2.20 4.99 1.69 -13.68
8 Lainnya
162.23 61.64 221.25 74.86 36.38
Jumlah 263.21 100.00 295.55 100.00 12.29
Jambi
1 Padi
sawah 18.96 8.23
23.482 9.92 23.88
2 Padi
ladang 12.60 5.48 12.08 5.11
-4.15 3
Jagung 6.02 2.61 4.02 1.70
-33.13 4
Kedele 2.54 1.10 0.33 0.14
-87.12 5
Ubi kayu
1.72 0.75 1.96 0.83 13.61
6 Ubi
jalar 0.79 0.34 1.37 0.58
72.95 7
Kacang Tanah
1.05 0.46 0.95 0.40 -10.13
8 Lainnya
186.51 81.02 192.42 81.33 3.17
Jumlah 230.19 100.00 236.59 100.00 2.78
Sumbar
1 Padi
sawah 49.97 27.65 54.62 31.58 9.29
2 Padi
ladang 0.96 0.53 0.40 0.23
-57.90 3
Jagung 3.70 2.05 3.10 1.79
-16.13 4
Kedele 2.04 1.13 0.36 0.21
-82.18 5
Ubi kayu
1.16 0.64 1.29 0.74 10.94
6 Ubi
jalar 0.56 0.31 0.83 0.48
48.78 7
Kacang Tanah
1.57 0.87 1.42 0.82 -9.25
8 Lainnya
120.78 66.82 110.93 64.14 -8.15
Jumlah 180.74 100.00 172.96 100.00 -4.30
Perkembangan luas areal budidaya perkebunan sedikit berbeda dengan tanaman pangan, dimana beberapa komoditas utama mengalami peningkatan pada
periode desentralisasi. Perkembangan luas areal budidaya dan proporsi masing- masing komoditas perkebunan disajikan pada Tabel 19.
129
Tabel 19. Rataan dan Perkembangan Luas Areal Budidaya Tanaman Perkebunan pada Masing-masing Kawasan
No Kawasan dan Jenis
Komoditas Sentralisasi 1998-2000
Desentralisasi 2001-2003 Perubahan
Luas ribu Ha
Porsi Luas
ribu Ha Porsi
Bengkulu 1
Karet 51.97 21.09 50.87 21.79 -2.11
2 Kelapa
7.42 3.01 7.78 3.33 4.86 3
Kopi 87.03 35.32 112.89 48.36 29.71
4 Kelapa
sawit 15.39 6.24 22.77 9.75
48.00 5
Kulit manis
7.42 3.01 7.38 3.16 -0.44
6 Lainnya
77.20 31.33 31.73 13.59 -58.90
Jumlah 246.43 100.00 233.43 100.00 -5.27
Jambi 1
Karet 219.70 48.89 248.41 49.76 13.07
2 Kelapa
4.45 0.99 5.49 1.10 23.34
3 Kopi
15.85 3.53 18.15 3.63 14.48
4 Kelapa
sawit 39.26 8.74 21.73 4.35
-44.67 5
Kulit manis
57.94 12.89 54.45 10.91 -6.02 6
Lainnya 112.21 24.97 151.03 30.25 34.59
Jumlah 449.41 100.00 499.25 100.00 11.09
Sumbar 1
Karet 15.59 18.47 18.09 25.05 15.98
2 Kelapa
10.10 11.96 9.66 13.38 -4.34 3
Kopi 12.73 15.07 19.25 26.65 51.20
4 Kelapa
sawit 7.05 8.35 9.10 12.60
29.05 5
Kulit manis
11.50 13.62 15.99 22.15 39.10 6
Lainnya 27.47 32.53 0.12 0.16
-99.57 Jumlah
84.44 100.00 72.20 100.00 -14.49
Penggunaan lahan perkebunan untuk kawasan Bengkulu meskipun mengalami penurunan, tetapi luas areal budidaya beberapa komoditas komersial
seperti kelapa, kopi dan kelapa sawit mengalami peningkatan. Penurunan penggunaan lahan lebih banyak didorong oleh penurunan luas areal budidaya
perkebunan tradisional seperti karet, kulit manis dan komoditas lainnya. Pada kawasan ini komoditas kopi merupakan komoditas perkebunan pilihan yang
terlihat dari porsi luas areal yang mencapai hampir 50. Kondisi yang sama terjadi pada kawasan Sumatera Barat, penurunan penggunaan lahan perkebunan
130
yang menurun ternyata tidak diikuti dengan menurunnya beberapa komoditas komersial seperti kopi, kelapa sawit dan kulit manis. Penurunan lebih banyak
didorong oleh menurunnya luas areal budidaya komoditas perkebunan kelapa dan lainnya. Pada kawasan ini porsi luas areal budidaya beberapa komoditas
perkebunan komersial relatif tersebar merata. Secara umum porsi luas areal budidaya sebagian besar komoditas pangan
menurun meskipun bentuk penggunaan lahan basah dan kering meningkat, dan sebaliknya hampir seluruh komoditas perkebunan meningkat seiring
meningkatnya bentuk penggunaan lahan perkebunan. Hal ini mengindikasikan bahwa pilihan rumah tangga petani terhadap tanaman holtikultura dan perkebunan
realatif lebih tinggi. Keputusan rumah tangga petani untuk memilih komoditas pangan dan perkebunan dipengaruhi oleh faktor internal berupa karakteristik
komoditas dan faktor eksternal berupa kebijakan pemerintah Tabel 20 dan 21.
Sebagian besar usaha tani pangan masih merupakan usaha tani sub- sisten yang terlihat dengan peningkatan harga output akan mendorong terjadinya
penurunan luas areal terutama komoditas padi ladang dan ubi kayu. Hal yang sama juga terlihat dengan peningkatan produktivitas yang akan diikuti dengan
menurunnya luas areal padi ladang dan kedele, tetapi sebaliknya peningkatan terjadi pada komoditas jagung, ubi jalar dan ubi kayu. Peningkatan potensi lahan
untuk lahan tanaman pangan terutama pangan lahan kering akan diikuti dengan menurunnya luas areal komoditas pangan dan hal ini meengindikasikan bahwa
peningkatan luas lahan kering lebih dominan dimanfaatkan untuk tanaman sayuran dan buah-buahan holtikultura. Sebaliknya peningkatan lahan basah
akan diikuti dengan meningkatnya luas areal padi sawah karena komoditas padi
131
sawah merupakan tanaman monokultur lahan basah sehingga tidak memiliki komoditas pesaing. Kenaikan harga input seperti upah tenaga kerja sektor
pertanian cenderung meningkatkan luas areal pangan terutama padi sawah dan ubi kayu, dan hal ini diduga karena kenaikan upah menyebabkan semakin
berkurangnya permintaan tenaga kerja buruh tani sektor perkebunan. Kondisi ini akan menyebabkan rumah tangga untuk kembali secara intensif mengusahakan
komoditas pangan guna memenuhi kebutuhan hidup keluarga. Sebaliknya kenaikan harga kapital berupa suku bunga akan menurunkan luas areal
komoditas yang secara ekonomi kurang menguntungkan seperti ubi kayu dan ubi jalar.
Faktor pembiayaan pembangunan tidak begitu besar mempengaruhi perubahan pilihan komoditas pangan rumah tangga petani. Peningkatan proporsi
kredit sektor pertanian mendorong semakin meningkatnya luas areal komoditas kacang kedele dan menurunkan luas areal ubi kayu, dan hal ini disebabkan
karena kacang kedele secara ekonomi lebih memberikan ekspektasi keuntungan yang lebih baik dibanding dengan ubi kayu. Sebaliknya pembiayaan pertanian
melalui sektor publik berupa peningkatan alokasi pengeluaran sektor pertanian menyebabkan semakin menurunnya luas areal kedele, dan peningkatan alokasi
pengeluaran sumberdaya air dan irigasi akan mendorong terjadinya ekspansi komoditas ini. Pembiayaan sektor publik di luar sektor pertanian berupa
peningkatan aksesibilitas transportasi akan mendorong konversi lahan ubi kayu menjadi komoditas lainnya.
132
Tabel 20. Hasil Estimasi Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pilihan Komoditas Pangan Kawasan
No Variabel Jenis komoditas pangan
Padi Sawah Padi Ladang
Jagung Kacang Tanah
Kacang Kedele Ubi Jalar
Ubi Kayu Koefisien
Prob Koefisien Prob Koefisien
Prob Koefisien Prob Koefisien
Prob Koefisien Prob Koefisien
Prob 1
Intersep 548.823 0.186
289.139 0.472 -46.754 0.839 29.337 0.618 64.680 0.482 22.269 0.779
325.645 0.056 2 Rasio
harga output–Input -0.096 0.609 -0.239 0.089 -0.121 0.717 -0.006 0.522 0.011 0.690 -0.038 0.811 -1.188 0.003
3 Produktivitas -0.045 0.698 -0.349 0.068 0.222 0.002 0.034 0.505 -0.400 0.004 0.016 0.059 0.035 0.095
4 Potensi lahan
0.964 0.023 -0.083 0.049 -0.060 0.007 -0.012 0.043 -0.019 0.065 -0.046 0.000 -0.029 0.062
5 Suku
bunga -0.005 0.591 -0.006 0.502 0.000 0.946 -0.001 0.608 -0.001 0.502 -0.003 0.206 -0.010 0.022
6 Upah sektor
pertanian 0.223 0.061 0.095 0.343 -0.046 0.456 -0.002 0.895 0.031 0.217 0.018 0.395 0.056 0.204
7 Proporsi
kredit pertanian 0.014 0.310 -0.011 0.397 -0.003 0.677 0.000 0.929 0.010 0.004 0.000 0.853 -0.010 0.085
8 Alokasi
PP pertanian
-0.195 0.460 0.042 0.858 -0.193 0.218 -0.049 0.162 -0.160 0.008 -0.042 0.395 -0.074 0.461
9 Alokasi
PP SD
air 0.421 0.336 -0.183 0.600 0.135 0.547 0.046 0.391 0.314 0.001 0.007 0.917 -0.173 0.238
10 Alokasi
PP transportasi -0.031 0.423 -0.045 0.297 -0.030 0.221 -0.001 0.821 0.004 0.683 0.004 0.597 -0.037 0.048
11 Dummy “Jambi”
1.702 0.118 -1.515 0.000 -1.630 0.000 -0.315 0.000 0.027 0.721 -0.774 0.000 -0.587 0.000
12 Dummy
“Sumbar” 0.615 0.311 -0.284 0.215 -1.407 0.000 -0.422 0.000 -0.372 0.000 -0.693 0.000 -0.166 0.108
13 Desentralisasi
-0.272 0.628 -0.282 0.562 -0.583 0.073 -0.047 0.516 -0.379 0.003 -0.065 0.523 0.199 0.323
14 Krisis
0.096 0.825 -0.489 0.196 -0.130 0.577 0.065 0.252 -0.023 0.794 0.106 0.190 -0.004 0.981 15
Tahun -0.276 0.184 -0.142 0.479 0.025 0.826 -0.014 0.625 -0.032 0.485 -0.011 0.790 -0.162 0.057
Keterangan: Angka ”Tebal” menunjukkan berpengaruh nyata pada tingkat kepercayaan 85 P 0.15
133
Tabel 21. Hasil Estimasi Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pilihan Komoditas Perkebunan Kawasan
No Variabel Jenis komoditas perkebunan
Karet Kelapa Sawit
Kelapa Kopi
Kulit Manis Koefisien Prob
Koefisien Prob Koefisien Prob
Koefisien Prob Koefisien Prob
1 Intersep
304.191 0.649 -1139.597 0.036
-68.246 0.456 -142.512 0.817
-192.323 0.286 2 Rasio
harga output–Input
0.351 0.003 -0.057 0.751 -0.021 0.715 0.171 0.026 -0.034 0.029
3 Produktivitas -1.473 0.013 -0.268 0.000 -0.169 0.000 -2.817 0.032 -1.007 0.000
4 Potensi lahan
0.210 0.000 -0.069 0.034 -0.004 0.412 -0.144 0.005 -0.043 0.000
5 Suku bunga
-0.007 0.667
0.018 0.134 0.000 0.968 0.009 0.567 0.007 0.127
6 Upah
sektor pertanian
0.091 0.616 -0.108 0.385 -0.010 0.671 0.051 0.751 -0.102 0.049
7 Proporsi kredit
pertanian -0.030
0.189 0.040 0.027 0.002 0.587 -0.021 0.360 -0.001 0.817
8 Alokasi
PP pertanian
0.031 0.941 0.089 0.759 -0.045 0.421 -0.192 0.619 0.143 0.199 9
Alokasi PP SD air -1.035 0.104 0.026 0.953 0.010 0.905 1.307 0.047 -0.022 0.883
10 Alokasi
PP transportasi
-0.055 0.352 0.007 0.888 0.016 0.071 -0.134 0.042 -0.029 0.105
11 Dummy “Jambi”
0.298 0.595
-0.230 0.625
0.378 0.000 -6.622 0.000 0.553 0.001
12 Dummy “Sumbar”
9.362 0.000 2.727 0.000 -0.262 0.002 -5.335 0.000 4.112 0.000
13 Desentralisasi
0.672 0.435 -0.228 0.713 -0.009 0.942 -1.104 0.191 0.264 0.222 14
Krisis 0.075 0.914 -0.283 0.571 -0.014 0.882 -0.067 0.917 -0.275 0.129
15 Tahun -0.151
0.651 0.570 0.036 0.034 0.452 0.078 0.802 0.098 0.280
Keterangan: Angka ”Tebal” menunjukkan berpengaruh nyata pada tingkat kepercayaan 85 P 0.15
134
Perbandingan antar kawasan mengindikasikan bahwa usaha tani pangan lahan kering menjadi pilihan rumah tangga pada kawasan Bengkulu dibanding
kawasan lainnya, dan sebaliknya pangan lahan basah menjadi pilihan rumah tangga pada kawasan Sumatera Barat. Selama periode krisis ekonomi kenaikan
harga-harga input seperti pupuk menyebabkan pilihan terhadap komoditas yang relatif membutuhkan sedikit pupuk seperti ubi jalar mengalami peningkatan,
sedangkan selama periode desentralisasi terjadi penurunan luas areal kedele. Dampak krisis dan desentralisasi yang relatif kecil ini menyebabkan tidak
terjadinya perubahan porsi luas areal budidaya masing-masing komoditas pangan kecuali ubi kayu yang mengalami penurunan.
Ekspansi lahan perkebunan komersial terjadi akibat kenaikan harga output kecuali untuk komoditas kulit manis. Kenaikan harga kulit manis akan mendorong
terjadinya panen secara berlebihan, dan sebagai implikasi dari sistem tebang habis maka dibutuhkan waktu relatif lebih lama untuk penanaman kembali. Pada sisi
lain peningkatan produktivitas akan menurunkan luas areal, karena penanaman baru membutuhkan waktu beberapa tahun untuk produksi sehingga produksi
persatuan luas tertentu menurun. Peningkatan bentuk penggunaan lahan perkebunan ternyata tidak diikuti dengan meningkatnya luas areal seluruh
komoditas, dan hanya terjadi pada komoditas karet. Berdasarkan kecenderungan penggunaan lahan perkebunan dari tahun ke tahun yang menurun, maka
terinidikasi bahwa kondisi aktual yang terjadi adalah penurunan luas areal karet dan peningkatan luas areal komoditas lain terutama kelapa sawit, kopi dan kulit
manis.
135
Faktor pembiayaan pembangunan yang berpengaruh terhadap pilihan komoditas perkebunan adalah peningkatan proporsi kredit sektor pertanian yang
mendorong ekspansi areal kelapa sawit, dan alokasi pengeluaran sumberdaya air yang mendorong terjadinya konversi lahan perkebunan karet menjadi komoditas
perkebunan dan tanaman kayu-kayuan. Pilihan terhadap komoditas kelapa sawit oleh sektor swasta ini diperkuat dengan peningkatan suku bunga yang juga
mendorong ekspansi kelapa sawit. Faktor pembiayaan lain adalah peningkatan aksesibilitas melalui peningkatan alokasi pengeluaran pembangunan yang
mendorong peningkatan luas areal kelapa, tetapi sebaliknya mendorong konversi komoditas kopi dan kulit manis menjadi komoditas lain.
Perbandingan antar kawasan mengindikasikan komoditas unggulan masing-masing kawasan, yaitu karet, kelapa sawit dan kulit manis pada kawasan
Jambi, kelapa dan kulit manis pada kawasan Sumatera Barat, dan kopi pada kawasan Bengkulu. Kebijakan desentralisasi fiskal tidak memiliki dampak nyata
dalam pilihan komoditas perkebunan, sedangkan krisis ekonomi hanya menyebabkan penurunan luas areal kulit manis. Hal ini menyebabkan tidak terjadi
perubahan nyata dari tahun ke tahun pada luas areal sebagian besar komoditas perkebunan, kecuali komoditas kelapa sawit yang mengalami peningkatan dari
tahun ke tahun. Luas areal usaha perikanan terutama perairan terbuka akan meningkat
seiring dengan meningkatnya harga output, tetapi sebaliknya akan menurun dengan meningkatnya produktivitas Tabel 22. Hal ini mengindikasikan bahwa
usaha ikan budidaya dan perairan terbuka masih bersifat sub-sisten dan bertujuan
136
untuk memenuhi kebutuhan hidup pokok. Peningkatan potensi lahan budidaya akan mendorong peningkatan luas budidaya ikan, seperti peningkatan luas lahan
basah yang diiringi peningkatan luas areal budidaya perikanan, tetapi sebaliknya peningkatan luas tambakkolam akan menurunkan luas areal budidaya. Hal ini
diduga karena pemanfaatan kolamtambak lebih dominan untuk usaha perikanan tetapi dengan komoditas lain non-ikan. Peningkatan suku bunga mendorong
peralihan usaha sub-sektor pertanian lain menjadi sub-sektor perikanan, terutama dengan meningkatnya luas areal penangkapan ikan perairan terbukan.
Tabel 22.
Hasil Estimasi Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pilihan Komoditas Perikanan Kawasan
No Variabel Ikan Budidaya
Ikan Perairan Terbuka Koefisien Prob
Koefisien Prob 1
Intersep 91.582 0.137
-114.131 0.096 2 Harga
output 0.000
0.198 0.001 0.001
3 Produktivitas -0.001 0.020 -0.002 0.067
4 Potensi lahan
0.176 0.035 -0.044 0.156
5 Porsi kolam dan tambak
-1.836 0.003 -
- 6 Suku
bunga 0.001
0.559 0.003 0.126
7 Upah sektor
pertanian 0.026
0.156 -0.046 0.036
8 Poroporsi kredit pertanian
-0.002 0.427
0.004 0.161
9 Alokasi PP sektor pertanian
0.020 0.628
-0.074 0.161
10 Alokasi PP sumberdaya air
-0.008 0.909
0.182 0.039
11 Dummy “Jambi”
-1.129 0.000 2.003 0.000
12 Dummy “Sumbar”
-0.423 0.011 1.136 0.000
13 Desentralisasi
-0.074 0.429 -0.095 0.390 14
Krisis 0.023 0.750 0.045 0.597
15 Tahun -0.046 0.139 0.057 0.096
Keterangan: Angka ”Tebal” menunjukkan berpengaruh nyata pada tingkat kepercayaan 85 P 0.15
Perbandingan antar kawasan mengindikasikan bahwa ikan budidaya lebih dipilih masyarakat kawasan Bengkulu, dan sebaliknya masyarakat kawasan
Sumatera Barat dan Jambi lebih memilih usaha ikan perairan terbuka. Kebijakan
137
pemerintah untuk meningkatkan ketersediaan air melalui pembangunan infrastruktur seperti irigasi akan mengurangi akses masyarakat sehingga luas areal
tangkap perairan terbuka akan menurun. Hal ini terlihat dengan peningkatan alokasi pengeluaran pembangunan sektor sumberdaya air dan irigasi akan
menurunkan luas areal perairan terbuka. Perubahan dari tahun ke tahun menunjukkan bahwa luas areal budidaya cenderung menurun, dan sebaliknya luas
perairan terbuka cenderung meningkat. Hal ini mengindikasikan bahwa pilihan budidaya atau perairan terbuka bersifat substitusi dan mendorong terjadinya
peralihan tenaga kerja antar kedua jenis usaha perikanan.
5.4. Perkembangan Struktur Output Kawasan