37
3.2 Alat dan Bahan Penelitian
Untuk keperluan pengumpulan data lapang selama penelitian berlangsung, yang terdiri atas data lokasi penangkapan ikan, jumlah hasil tangkapan, dan data
parameter biologi ikan menurut periode musim dan daerah penangkapan, menggunakan alat dan bahan penelitian seperti disajikan pada Tabel 5.
Table 5
Alat dan bahan penelitian No
Alat dan Spesifikasi Satuan Jumlah
Kegunaan 1
Kapal dan alat penangkapan ikan
Unit 12
Sebagai sarana pengumpul data penangkapan ikan
2 Global Positioning
System GPS, Garmin
45 XL Unit
4 Sebagai alat pencatat lokasi
koordinat penangkapan 3
Jangka sorong digital dengan ketelitian 0,01
mm Unit
4 Untuk mengukur panjang ikan
sampel hasil tangkapan 4
Timbangan analitik dengan ketelitian 0, 1 mg
berkapasitas 5 kg Unit
4 Untuk mengukur berat ikan
hasil tangkapan sampel 5
Pisau potong Unit
8 Untuk mengiris perut sampel
ikan 6
Pinset Unit
12 Untuk mengangkat isi
lambung dan gonad ikan 7
Baskom plastik 20 ltr Buah
12 Untuk menampung hasil
tangkapan sampel 8
Alat tulis menulis Unit
12 Untuk mencatat data-data
lapang 9
Kamera digital Unit
4 Untuk merekam
gambarobyek penelitian lapang
10 Larutan formalin 40 Liter
20 Untuk mengawetkan ikan
sampel hasil tangkapan
38
3.3 Kapal dan Alat Penangkapan Ikan dan Telur Ikan Terbang
Kegiatan penangkapan ikan dan telur ikan terbang untuk pengumpulan data lapang, menggunakan kapal terbuat dari bahan kayu dengan bobot masing-masing
di Kabupaten Takalar dan Kabupaten Barru berukuran antara 8 - 10 GT yang dilengkapi dengan mesin penggerak dalam inboard engine berkekuatan antara 23
- 33 HP. Di Kabupaten Pinrang dan Kabupaten Majene menggunakan kapal penangkap ikan berukuran antara 2 - 3 GT, dilengkapi dengan mesin penggerak
motor tempel outboard engine berkekuatan antara 3 - 5 HP Tabel 6 dan
Lampiran 1
. Kapal penangkap ikan di Kabupaten Takalar dan Kabupaten Barru, diawaki antara 4 - 6 orang anak buah kapal ABK yang dipimpin oleh seorang juru
mudi yang sekaligus bertindak sebagai kepala operasi penangkapan ikan yang
dilakukan. Masing-masing ABK memiliki tugas yang harus dilaksanakan dengan baik, terutama pada saat operasi penangkapan berlangsung setting dan hauling.
Di Kabupaten Pinrang dan Kabupaten Majene dengan ukuran kapal penangkap ikan terbang yang lebih kecil, hanya diawaki antara 2 - 3 orang ABK dan dikepalai oleh
seorang juru mudi. Pembagian tugas selama kegiatan penangkapan berlangsung, dilakukan secara bersama-sama mengingat jumlah dan ukuran alat penangkapan
ikan yang digunakan juga relatif kecil. Tabel 6
Spesifikasi kapal penangkapan ikan dan telur ikan terbang
Kabupaten No.
Ukuran m P x L x D
Merk dan Kekuatan Mesin
Jumlah ABK
Jenis API 1
11 x 0,7 x 1 Honda 3 HP
2 JIHP
2 11 x 0,7 x 1
Honda 3 HP 2
JIHP Majene
3 11 x 0,7 x 1
Honda 3 HP 2
JIHP 1
12 x 0,9 x 1 Honda 5 HP
3 JIHP
2 12 x 0,9 x 1
Honda 5 HP 3
JIHP Pinrang
3 12 x 0,9 x 1
Honda 5 HP 3
JIHP 1
14 x 2,2 x 2 Yanmar 23 HP
4 JIHP
2 14 x 2,2 x 2
Yanmar 23 HP 4
JIHP Barru
3 14 x 2,2 x 2
Yanmar 23 HP 4
JIHP 1
15 x 2,5 x 2 Yanmar 33 HP
5 BHP
2 15 x 2,5 x 2
Yanmar 33 HP 5
BHP Takalar
3 15 x 2,5 x 2
Yanmar 33 HP 5
BHP
Sumber
: Data Lapang, 2004
39 Alat penangkapan ikan terbang yang digunakan oleh masyarakat nelayan di
daerah ini, berupa jaring insang hanyut permukaan JIHP. Jenis alat penangkapan ini dikenal dengan beberapa nama menurut daerah dan suku masyarakat. Di
Kabupaten Takalar dengan masyarakat suku Makassar, dikenal dengan nama puka
torani , di Kabupaten Barru dengan masyarakat bugis, dikena l dengan nama puka
tourani , sementara di Kabupaten Pinrang dan Kabupaten Majene dengan
masyarakat Mandar dikenal dengan nama puka tuing-tuing. Pemberian nama ini menggunakan dua suku kata, yakni kata puka yang berarti jaring dan kata torani,
tourani, serta tuing-tuing yang berarti ikan terbang.
Alat tangkap ini secara khusus dioperasikan untuk kegiatan penangkapan ikan terbang, dengan konstruksi dan desain menyerupai jaring insang pada
umumnya. Terdiri atas lembaran jaring berbentuk empat persegi dengan ukuran panjang jauh lebih besar dibandingkan ukuran lebarnya. Dilengkapi dengan tali ris
atas dan tali ris bawah, tali pelampung dan tali pemberat, serta pelampung pada bibir jaring bagian atas dan pemberat pada bibir jaring bagian bawah. Lembaran
jaring yang digantung pada tali ris atas dan tali ris bawah dibuat sedemikian rupa, sehingga mata jaring pada saat dioperasikan untuk menangkap ikan dapat terbuka
dengan baik. Bukaan mata jaring setelah digantung pada tali ris, berkaitan dengan besar kecilnya hanging ratio HR yang diberikan terhadap jaring itu. Hanging ratio
berbanding terbalik dengan shortening pemendekan, semakin besar hanging ratio yang diberikan berarti semakin kecil shortening pada jaring itu, dan sebaliknya
semakin kecil hanging ratio berarti semakin besar shortening pada jaring itu. Pemberian hanging ratio atau shortening bergantung pada besarnya nilai bukaan
mata jaring yang diinginkan. Berdasarkan pengalaman dan kebiasaan nelayan di daerah penelitian tentang penggunaan jaring insang hanyut permukaan, diperoleh
HR atau S berkisar antara 20 – 30. Konstruksi dan desain JIHP yang digunakan
dalam kegiatan penangkapan ikan terbang, diperlihatkan pada Lampiran 2.
Jaring yang digunakan merupakan jenis alat tangkap yang bersifat pasif sekaligus bersifat selektif terhadap ukuran ikan hasil tangkapan. Besarnya ukuran
mata jaring mesh size disesuaikan dengan ukuran ikan yang menjadi tujuan utama penangkapan. JIHP merupakan suatu jenis alat penangkapan ikan yang terbuat
dari jaring satu lapis dengan ukuran mata jaring yang sama pada seluruh bagian jaring. Cara tertangkapnya ikan dengan alat tangkap ini, dapat berupa terjerat
gilled pada bagian keliling badan ikan, terjerat pada bagian tutup insang
40 preopercullum, keliling badan ikan di belakang tutup insang opercullum dan pada
keliling maksimum badan ikan max body girth dan ataupun dengan cara terpuntal pada badan jaring entangled.
JIHP yang digunakan memiliki ukuran setiap potongnya piece, yakni
panjang jaring sekitar 30 m dan dalam lebar 2 m Tabel 7. Umumnya nelayan pada saat melakukan pengoperasian, jaring insang tersebut dirangkai dari beberapa
piece ke dalam satu rangkaian jaring yang sekaligus ditebar di dalam air. Jumlah
rangkaian jaring piece yang dioperasikan dalam kegiatan penangkapan ikan terbang setting berkisar antara 20 - 30 piece. Jaring dirangkai menjadi satu
rangkaian yang tidak terpisah antara satu bagian piece dengan bagian piece lainnya, dilakukan dengan cara mengikat menyambung setiap ujung tali ris atas.
Tabel 7
Spesifikasi alat penangkapan ikan dan telur ikan terbang
Kabupaten No. Jenis
API Ukuran
P x L m Ukuran Mata Jaring
cm Jumlah
PisUnit API 1
JIHP 30 x 2
3,75 20
2 JIHP
30 x 2 3,75
20 Majene
3 JIHP
30 x 2 3,75
20 1
JIHP 30 x 2
3,75 20
2 JIHP
30 x 2 3,75
20 Pinrang
3 JIHP
30 x 2 3,75
20 1
JIHP 30 x 2
3,75 30
2 JIHP
30 x 2 3,75
30 Barru
3 JIHP
30 x 2 3,75
30 1
BHP 1,5 x 1
- 50
2 BHP
1,5 x 1 -
50 Takalar
3 BHP
1,5 x 1 -
50
Sumber
: Data Lapang, 2004 Bahan jaring badan jaring terbuat dari jaring serat tunggal monofilament
dengan bahasa lokal jaring tasi dengan nomor benang 30 yang dilengkapi dengan tali ris atas, tali ris bawah, tali pelampung, tali pemberat, serta pelampung, dan
pemberat. Lebar mata jaring mesh size yang digunakan adalah 1,5 inchi 3,75 cm yang merata pada semua badan jaring. Penggunaan lebar mata jaring seperti
ini, disesuaikan dengan ukuran ikan yang menjadi tujuan penangkapan ikan terbang dengan rata-rata memiliki ukuran lingkar badan berkisar antara 6,0 – 8,0
cm. Dengan demikian ikan terbang dapat dengan mudah terjerat gilled pada
41 badan jaring, namun sebagian ikan juga seringkali tertangkap dengan cara terpuntal
entangled pada badan jaring terutama apabila jaring berhasil menemukan kawanan ikan dalam jumlah besar.
Alat penangkapan yang digunakan untuk kegiatan penangkapan telur ikan terbang di Kabupaten Takalar terdiri atas dua macam, yakni berupa bubu hanyut
permukaan BHP dan berupa rakit bale-bale. Alat tangkap BHP untuk menangkap telur ikan terbang di daerah ini, telah digunakan sejak lama oleh
masyarakat nelayan patorani secara turun temurun. BHP dikenal dengan beberapa nama sesuai dengan suku masyarakat di Sulawesi Selatan. Di Kabupaten Takalar
dengan masyarakat suku Makassar dikenal dengan nama bubu patorani, sementara di Kabupaten lainnya dengan masyarakat suku bugis dan mandar memberinya
nama dengan bubu tourani dan bubu torani Lampiran 2.
Alat penangkapan berupa rakit bale-bale untuk menangkap telur ikan terbang, hanya digunakan oleh masyarakat nelayan patorani dari Kabupaten
Takalar. Alat penangkapan telur ikan terbang tersebut mulai digunakan oleh nelayan di daerah ini, sejak awal tahun sembilan puluhan. Hal ini merupakan
kesadaran dan kreativitas masyarakat nelayan yang selama ini melakukan kegiatan penangkapan telur ikan terbang. Bale-bale, dibuat menyerupai rumpon yang ditebar
di permukaan laut, sehingga ikan terbang yang akan mengeluarkan telurnya mendekati dan bermain di sekitar alat itu kemudian menempelkan telurnya pada
dedaunan yang diikatkan pada semua sisi alat. Metode penangkapan telur ikan terbang dilakukan dengan memanfaatkan sifat biologi ikan tersebut yang senang
meletakkan atau menempelkan telur-telurnya pada benda-benda terapung pelagophils dan atau pada rumput-rumput laut yang mengapung di permukaan
phytophils.
Bale-bale terdiri atas rangka berbentuk empat persegi menggunakan bahan
kayu atau bambu. Pada semua sisi rangka alat ini, diikatkan helaian daun kelapa secara teratur sehingga menyerupai sebuah rumpon pada saat ditebar di dalam
laut. Penggunaan alat penangkapan ikan terbang dengan bale-bale, ternyata memiliki beberapa keuntungan dibandingkan dengan menggunakan bubu hanyut,
yakni : 1 dapat diangkut ke laut dalam jumlah yang lebih banyak karena dapat disusun secara teratur di atas dek kapal; 2 sangat menarik perhatian kawanan
ikan terbang yang akan bertelur karena alat ini menyerupai rumpon dengan jumlah dedaunan yang lebih banyak; dan 3 hanya menangkap telur ikan terbang dan
42 ikannya sendiri lolos tidak tertangkap. Penggunaan bale-bale dalam kegiatan
penangkapan telur ikan terbang telah mengalami perkembangan yang pesat, menyebabkan penggunaan jumlah BHP dalam kegiatan penangkapan tersebut
menurun. Bahkan dalam setiap trip penangkapan telur ikan terbang di daerah ini, BHP hanya digunakan antara 5 sampai 8 buah yang dirangkai bersama dengan
bale-bale dan dianggap sebagai suatu pembuka rejeki keberhasilan penangkapan
menurut tradisi dan kepercayaan masyarakat nelayan setempat.
3.4 Metode Penangkapan Ikan