12 ditangkap, terutama bagi ikan yang telah siap memijah Nessa, et al., 1977;
Hutomo, et al., 1985, dan Ali, et al., 2004a. 2
Terdapat sejumlah ikan hasil tangkapan yang berada dalam kondisi siap memijah terutama selama periode musim timur pada daerah penangkapan
bagian selatan Selat Makassar Dwiponggo, et al., 198 3; Hutomo, et al., 1985; Ali, et al., 2004b; dan Ali, et al., 2005;
3 Terjadi pergerakan kawanan ikan terbang flying fish schooling movement
menurut musim, yaitu pada peralihan musim barat timur, musim timur dan peralihan musim timur barat Yahya, et al., 2001;
Dengan demikian dapat dirumuskan beberapa permasalahan yang perlu dikaji secara mendalam, di dalam kerangka pemanfaatan sumberdaya perikanan
ikan terbang yang optimal, lestari dan bertanggung jawab responsible and sustainable fisheries
, yakni : 1
Pengaruh beberapa faktor dinamika biofisik jenis ikan tersebut, musim dan daerah penangkapan yang berkaitan dengan kondisi fisika-kimia perairan dalam
hubungannya dengan upaya pemanfaatan sumberdaya perikanan ikan terbang di wilayah studi;
2 Hubungan antara kondisi fisika-kimia perairan terhadap pergerakan kawanan
ikan tersebut, termasuk kaitannya dengan periode musim dan daerah penangkapan yang selanjutnya dapat direkomendasikan sebagai daerah
pemanfaatan dan atau daerah konservasi bagi ikan tersebut;
3 Faktor-faktor yang berkaitan dengan usaha pengelolaan perikanan ikan terbang
dengan kemungkinan pengaturan kebijakan pengelolaan di masa yang akan datang untuk menjadikan usaha perikanan ikan terbang sustainable.
1.3 Tujuan dan Kegunaan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk : 1
Mengetahui distribusi spasial dan temporal ikan terbang berdasarkan hasil tangkapan di wilayah penelitian menurut musim dan daerah penangkapan;
2 Mengetahui distribusi biodinamika ikan yang tertangkap berupa : ukuran
panjang, berat dan Tingkat Kematangan Gonad TKG menurut musim dan daerah penangkapan;
3 Mengetahui hubungan antara kondisi fisik-kimia perairan dengan pergerakan
kawanan ikan menurut periode musim dan daerah penangkapan.
13 4
Memprediksi lokasi penangkapan ikan terbang potensi l di Selat Makassar menurut periode musim dan daerah penangkapan.
Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai : 1
Salah satu sumber informasi dalam menentukan musim dan daerah penangkapan ikan terbang yang tepat untuk perikanan ikan terbang di perairan
pantai barat Sulawesi Selatan; 2
Salah satu rujukan untuk perumusan kebijakan pengelolaan perikanan ikan terbang di perairan pesisir pantai barat Sulawesi Selatan di masa yang akan
datang; 3
Salah satu sumber bahan pertimbangan untuk melakukan tindakan konservasi jika diperlukan untuk pengelolaan ikan terbang menurut musim dan daerah
penangkapan.
1.4 Hipotesis Penelitian
Berdasarkan uraian yang telah dikemukakan sebelumnya, maka diajukan beberapa hipotesis, yakni :
1 Sebaran, migrasi dan pola penyebaran ikan terbang di Selat Makassar
dipengaruhi oleh kondisi dinamika biofisik ikan, massa air dan karakteristik oseanografi perairan;
2 Sebaran hasil tangkapan ikan terbang di Selat Makassar, dipengaruhi oleh
musim dan daerah penangkapan; 3
Sebaran musim dan daerah penangkapan ikan terbang di Selat Makassar mengikuti sebaran dan dinamika massa air serta karakteristik oseanografi
perairan tersebut.
1.5 Kerangka Pemikiran
Untuk memecahkan masalah penelitian seperti yang telah diuraikan di atas, maka di dalam penelitian ini dilakukan pendekatan melalui studi dan kajian terhadap
sejumlah faktor internal internal factors, yakni faktor dinamika biofisik ikan terbang dan sejumlah faktor eksternal external factors yakni kondisi fisika-kimia
perairan, sebaran musim dan daerah penangkapan yang berkaitan dengan upaya pengelolaan ikan terbang di pesisir pantai barat Sulawesi Selatan Selat Makassar,
dengan skema pendekatan pemecahan masalah seperti pada Gambar 5.
14
Gambar 5
Diagram kerja dan pendekatan pemecahan masalah penelitian.
2 TELAAH PUSTAKA 2.1 Deskripsi Biologi Ikan Terbang
Ikan terbang yang telah banyak dikenal dan dikonsumsi oleh sebagian masyarakat Indonesia, khususnya di Sulawesi Selatan dikenal dengan beberapa
penamaan lokal diantaranya : ikan tuing-tuing Makassar, torani Bugis dan tourani Mandar. Ikan tersebut dimanfaatkaan oleh masyarakat selain sebagai bahan
konsumsi lokal, juga telur dari ikan tersebut merupakan salah satu komoditi ekspor perikanan yang bernilai ekonomi tinggi.
Ikan terbang memiliki banyak spesies yang tersebar pada hampir semua perairan, baik pada perairan tropis maupun pada perairan sub tropis. Walaupun
banyak menyebar pada perairan-perairan tersebut, hanya beberapa jenis saja yang mampu mentolerir suhu perairan yang dingin seperti jenis Cypselurus heterurus, C.
pinnati-barbarus dan Pronichy rondellatii. Jumlah spesies ikan terbang yang
terbanyak, terdistribusi di sekitar daerah khatulistiwa perairan tropis Hutomo, et al.,
1985. Ikan terbang termasuk dalam kategori ikan pelagis kecil small pelagic
species yang juga disebut flying fish, memiliki tubuh yang kecil dengan diameter
sekitar 2 cm dan panjangnya dapat mencapai sekitar 24 cm. Jenis ikan terbang yang umumnya tertangkap di perairan Selat Makassar menurut hasil penelitian
Nessa, et al., 1977, hanya ditemukan tiga jenis, yakni : H. oxycephalus, C. altipennis
dan Evalontia micropterus. Namun pada penelitian yang lain pada lokasi yang sama ditemukan ada enam jenis, yaitu C. altipennis, H. oxycephalus, C.
nigricans , C. poecilopterus, C. spilopterus dan C. oligolepis Dwiponggo, et al.,
1983. Secara morfologi, ikan terbang memiliki tubuh yang bulat memanjang dan
agak mampat ke bagian samping. Memiliki rahang bawah dan atas yang hampir sama panjang, kecuali pada ikan terbang yang masih muda memperlihatkan bentuk
rahang bawah yang sedikit lebih panjang. Selain itu, ikan terbang juga memiliki sirip pectoral yang panjang sebagai manipulasi yang digunakan untuk terbang, sirip ekor
bercagak dengan bagian bawah lebih panjang serta memiliki gigi-gigi kecil yang tumbuh pada kedua rahangnya Gambar 6.
Sistematika ikan terbang pertama kali ditulis oleh Linneaus pada tahun 1758 khususnya spesies Exocoetus volitans Linneaus. Sampai pada pertengahan
16 abad XIX, penelitian lebih banyak pada aspek taksonomi dan anatomi, dan setelah
itu mulai dipelajari aspek biologi ikan terbang Davenport, 1994. Hutomo et al. 1985 pernah merangkum sekitar 53 spesies ikan terbang di
dunia, masing-masing 17 spesies di Samudera Atlantik, 11 spesies di Samudera Hindia dan 40 spesies di Samudera Pasifik. Di Samudera Pasifik, Nelson l994
mencatat sekitar 50 – 60 spesies. Publikasi terakhir yang dilaporkan oleh Parin 1999 di bagian tengah Pasifik terdapat enam genera dan 31 spesies yaitu
Cheilopogon 14 spesies, Cypselurus 7 spesies, Exocoetus 3 spesies, Hirundichthys
3 spesies, dan Prognichthys 2 spesies. Pada daerah khatulistiwa terdapat jumlah spesies lebih banyak dan semakin ke selatan atau ke utara jumlah spesiesnya
semakin sedikit Hutomo, et al., 1985. Di Filipina sebelah Barat Luzon, ikan
terbang didominasi oleh Hirundichthys oxycephalus Dalzell, 1993 dan beberapa spesies lain yaitu Cypselurus poecilopteurs, Cheilopogon nigricans, Cheilopogon
cyanopterus, Paraexocoetus brachypterus, dan Hirundichthys rondeletti.
15 – 24 cm
Sumber : Dwiponggo, et al., 1983
Gambar 6
Morfologi ikan terbang Cypselurus spp.
Oelsman dan Hardenberg 1934 yang diacu dalam Dwiponggo, et al. 1983, mengemukakan klasifikasi ikan terbang sebagai berikut :
Phylum : Chordata; Sub phylum : Vertebrata; Kelas : Pisces;
Sub kelas : Teleostei; Ordo : Sygnenthonatha; Famili : Exocoetidae;
Genus : Cypselurus; Species : Cypselurus spp.
Berdasarkan cara kemampuan terbang dan jumlah sayap yang dimilikinya, ikan terbang juga dapat dibedakan antara satu jenis dengan jenis lainnya. Dengan
17 demikian ikan terbang dapat dibagi menjadi dua kelompok, yakni : kelompok ikan
terbang yang bersayap dua dan bersayap empat. Dari kelompok ikan terbang bersayap dua monoplanes, diwakili oleh spesies dari genus Exocoetus. Cara
melompatnya untuk terbang di atas permukaan laut ditandai dengan cara naik ke udara tanpa meluncur terlebih dahulu di atas permukaan, jarak yang dapat
ditempuh pada saat terbang juga tidak melebihi 20 meter. Cara terbang yang paling sempurna, terlihat pada jenis ikan terbang yang bersayap empat biplanes, yang
diwakili oleh spesies dari genus Cypselurus dan Prognichtys. Proses terbang dari spesies ini dapat dibagi dalam 4 tahap, yaitu : tahap pertama dimana ikan yang
masih berenang di dalam air dengan sirip-sirip yang dilipat pada tubuhnya, tahap kedua sebagian tubuhnya telah berada di atas permukaan air sekaligus sirip
pectoralnya telah dikembangkan. Tahap ketiga saat akan melepaskan diri ke udara dengan menggerakkan sirip ekornya lebih cepat berikut sirip ventralnya
dikembangkan sebagai alat peluncur, kemudian ikan tersebut melejit terbang di udara dengan kecepatan dapat mencapai 18 m per detik. Arah terbang ikan ini,
umumnya melawan arah angin atau sedikit membentuk sudut dengan arah datangnya angin, kemudian membelok secara perlahan.
Proses terbang di atas permukaan laut yang dilakukan oleh jenis kawanan ikan ini, merupakan salah satu reaksi dan kemampuan untuk menghindar dari
serangan beberapa jenis ikan predator yang ada di dalam air. Hal ini juga merupakan tanda yang mudah dikenali dan dimanfaatkan oleh nelayan dalam
memperkirakan keberadaan kawanan ikan terbang di sekitar perairan tersebut untuk menentukan daerah penangkapan yang potensil dimana alat penangkapan dapat
dioperasikan.
2.2 Karakteristik Biofisik Ikan Terbang 2.2.1 Umur dan pertumbuhan