Karakteristik Biofisik Ikan Terbang .1 Umur dan pertumbuhan

17 demikian ikan terbang dapat dibagi menjadi dua kelompok, yakni : kelompok ikan terbang yang bersayap dua dan bersayap empat. Dari kelompok ikan terbang bersayap dua monoplanes, diwakili oleh spesies dari genus Exocoetus. Cara melompatnya untuk terbang di atas permukaan laut ditandai dengan cara naik ke udara tanpa meluncur terlebih dahulu di atas permukaan, jarak yang dapat ditempuh pada saat terbang juga tidak melebihi 20 meter. Cara terbang yang paling sempurna, terlihat pada jenis ikan terbang yang bersayap empat biplanes, yang diwakili oleh spesies dari genus Cypselurus dan Prognichtys. Proses terbang dari spesies ini dapat dibagi dalam 4 tahap, yaitu : tahap pertama dimana ikan yang masih berenang di dalam air dengan sirip-sirip yang dilipat pada tubuhnya, tahap kedua sebagian tubuhnya telah berada di atas permukaan air sekaligus sirip pectoralnya telah dikembangkan. Tahap ketiga saat akan melepaskan diri ke udara dengan menggerakkan sirip ekornya lebih cepat berikut sirip ventralnya dikembangkan sebagai alat peluncur, kemudian ikan tersebut melejit terbang di udara dengan kecepatan dapat mencapai 18 m per detik. Arah terbang ikan ini, umumnya melawan arah angin atau sedikit membentuk sudut dengan arah datangnya angin, kemudian membelok secara perlahan. Proses terbang di atas permukaan laut yang dilakukan oleh jenis kawanan ikan ini, merupakan salah satu reaksi dan kemampuan untuk menghindar dari serangan beberapa jenis ikan predator yang ada di dalam air. Hal ini juga merupakan tanda yang mudah dikenali dan dimanfaatkan oleh nelayan dalam memperkirakan keberadaan kawanan ikan terbang di sekitar perairan tersebut untuk menentukan daerah penangkapan yang potensil dimana alat penangkapan dapat dioperasikan. 2.2 Karakteristik Biofisik Ikan Terbang 2.2.1 Umur dan pertumbuhan Umur ikan merupakan salah satu parameter biologi yang dapat dikaitkan dalam hubungannya dengan data panjang berat dan selanjutnya dapat digunakan untuk mendapatkan data umur pada waktu pertama kali matang kelamin, lama hidup, mortalitas, pertumbuhan dan reproduksi. Penentuan umur ikan dapat dilakukan dengan menggunakan metode sisik yang didasarkan pada tiga asumsi, yakni jumlah sisik ikan tidak mengalami perubahan dan tetap pada identitasnya selama hidup; pertumbuhan tahunan pada sisik ikan sebanding dengan 18 pertambahan panjang ikan selama hidupnya; dan hanya satu annulus yang dibentuk setiap tahunnya. Sisik yang dapat digunakan dalam penentuan umur ikan, hanyalah sisik cycloid dan ctenoid. Seiring dengan pertumbuhan ikan, akan tumbuh lingkaran-lingkaran sisik yang dinamakan circulus . Dengan menghitung jumlah circuli yang rapat pada bagian depan sisik atau ketiadaan circuli pada bagian atas atau bawah yang terjadi sekali dalam setahun, maka dapat dihitung umur ikan tersebut. Bagian-bagian tubuh ikan lainnya yang dapat digunakan untuk menghitung umur ikan, adalah tulang operculum, otolith, dan jari-jari keras sirip punggung. Namun penentuan umur dengan cara itu, umumnya hanya dilakukan pada jenis ikan yang tidak memiliki sisik. Populasi ikan terbang diketahui memiliki umur 1 – 2 tahun dan secara alami akan mengalami kematian setelah melewati fase pemijahan 1 – 2 kali dalam siklus hidupnya post spawning mortality. Kematian pasca pemijahan ikan terbang, mungkin karena faktor stress setelah melakukan pemijahan dan atau bersamaan dengan fase ketuaan senescens. Hal ini dikemukakan oleh Mahon, et al. 1986; Lao 1989; Campana, et al. 1993 yang diacu dalam Hunte, et al. 1995 bahwa masa hidup ikan terbang, H. affinis berumur pendek atau tidak lebih dari dua tahun, dan setelah itu ikan terbang yang telah melakukan pemijahan pada musim pemijahan tahun pertama tidak akan ditemu kan lagi pada musim pemijahan tahun berikutnya, sehingga asumsi kematian pasca pemijahan mungkin lebih mendekati kebenaran dibanding asumsi ikan terbang melakukan emigrasi ke luar atau turun ke lapisan yang dalam. Populasi ikan terbang dapat berkurang secara individu dalam populasi tersebut, akibat tekanan penangkapan yang melebihi kemampuan regenerasi populasi ikan tersebut. Hal serupa dikemukakan oleh Ali 2005 bahwa, jumlah individu pada sub populasi ikan terbang di perairan Laut Flores lebih rendah dibandingkan dengan sub populasi ikan terbang di perairan Selat Makassar yang diduga sebagai akibat terjadinya kelebihan tangkap overfishing pada sub populasi ikan terbang di daerah tersebut. Sub Populasi ikan terbang yang telah mengalami kelebihan tan gkap akan sulit untuk diisi oleh sub populasi ikan terbang dari daerah lain sehingga dikhawatirkan akan menjadi ancaman terjadinya kepunahan pada beberapa tahun berikutnya apabila tidak segera dilakukan pengelolaan yang baik. Faktor yang sangat menentukan besarnya jumlah individu dalam suatu populasi mengikuti model keseimbangan stok dalam populasi tersebut dengan 19 parameter kelahiran natalitas dan pertumbuhan sebagai faktor penambah, serta kematian alami natural mortality dan kematian karena penangkapan fishing mortality sebagai faktor pengurang di dalam suatu populasi, seperti yang ditunjukkan pada Gambar 7. Imigrasi Natalitas Mortalitas Alami Stok Ikan Pertumbuhan Mortalitas Penangkapan Emigrasi Sumber : Effendie 1997 Gambar 7 Model keseimbangan stok suatu populasi ikan dalam perairan. Pertumbuhan ikan dapat diartikan sebagai pertambahan ukuran panjang ataupun berat dalam satu satuan waktu tertentu. Pertumbuhan suatu organisme termasuk ikan, sangat dipengaruhi oleh beberapa faktor baik faktor internal maupun faktor eksternal. Faktor internal yang mempengaruhi proses pertumbuhan ikan, diantaranya adalah faktor keturunan, jenis kelamin, umur, parasit, dan penyakit. Faktor eksternal yang dianggap paling dominan mempengaruhi proses pertumbuhan ikan dalam suatu lingkungan perairan adalah makanan dan suhu perairan. Walaupun pada suatu perairan dimana suhu optimum terjadi untuk suatu jenis ikan, tetapi tidak tersedia jumlah makanan yang sesuai, ataupun sebaliknya, maka akan mempengaruhi proses pertumbuhan dari aktivitas makan ikan tersebut Effendie, 1997. Ada dua model yang dapat digunakan untuk menghitung pertumbuhan, yakni model yang memanfaatkan data ukuran berat ikan dan model yang menggunakan data ukuran panjang. Untuk model dengan menggunakan data berat ikan, adalah dengan asumsi bahwa pertambahan berat bersifat eksponensial, sehingga dapat diformulasikan menjadi : 20 W t = W o e gt .......................................... 1 dimana W t = berat ikan pada waktu t, W o = berat awal, e = logaritma natural, dan g = koefisien pertumbuhan. Selanjutnya koefisien pertumbuhan dapat diperoleh melalui rumus: gt = Wo Wt ln ......................................... 2 Sedangkan model pertumbuhan yang menggunakan data panjang ikan, seperti yang diberikan oleh von Bertalanffy, adalah: L t = ] 1 [ t t K e L − − ∞ − atau L t = Kt Kt e L e L − ∞ − ∞ + − 1 ......................................... 3 dimana L t = panjang ikan pada waktu t, ∞ L =panjang maksimum, L o = panjang ikan pada waktu t = 0, K = koefisien pertumbuhan. Untuk mengetahui nilai pertumbuhan nisbih ikan antara dua selang waktu tertentu, dapat dilakukan dengan rumus : I I I h n − = ......................................... 4 dimana h = nilai pertumbuhan dalam panjang, I n = panjang pada waktu n, dan I o = panjang awal. Perbedaan ukuran panjang ikan dal am dua saat yang berbeda, misalnya pada I 1 , I 2 , I 3 dan dst, dapat disebut sebagai pertumbuhan mutlak.

2.2.2 Panjang berat