CPUE Ikan dan Telur Ikan Terbang .1 CPUE tahunan ikan dan telur ikan terbang

65 4.2 CPUE Ikan dan Telur Ikan Terbang 4.2.1 CPUE tahunan ikan dan telur ikan terbang Pengelolaan dan pemanfaatan sumberdaya perikanan termasuk sumberdaya ikan terbang di perairan Selat Makassar dari waktu ke waktu mengalami perubahan. Perubahan tingkat pemanfaatan sumberdaya ikan tersebut, dipengaruhi oleh intensitas pemanfaatan berupa penambahan atau pengurangan jumlah unit alat penangkapan ikan atau jumlah satuan upaya penangkapan ikan yang dilakukan, serta ketersediaan besarnya stok sumberdaya ikan yang dimanfaatkan. Salah satu ukuran untuk mengetahui tingkat pemanfaatan ataupun laju pemanfaatan suatu jenis sumberdaya perikanan selama kurun waktu tertentu, adalah dengan melihat besar kecilnya hasil tangkapan ikan yang diperoleh dari seluruh upaya penangkapan ikan yang dilakukan. Gambaran status atau tingkat pemanfaatan sumberdaya ikan ini didasarkan pada nilai catch per unit effort CPUE yang dihasilkan. Penghitungan nilai CPUE untuk mengetahui status pemanfaatan suatu sumberdaya ikan, banyak digunakan oleh beberapa kalangan karena tidak memerlukan penghitungan yang rumit dan dengan biaya yang rendah Uktolseja et al. , 1998. Beberapa ahli di bidang pengelolaan sumberdaya perikanan masih meragukan, karena data yang digunakan bergantung pada ketersediaan dan kebenaran data sebelumnya dan tidak melakukan sampling secara langsung pada sumberdaya ikan yang diestimasi indirect estimation. CPUE dapat diperoleh dari data statistik perikanan yang tersedia atau dari hasil pencatatan kegiatan penangkapan ikan di tempat pendaratan ikan. Data yang dihasilkan sangat ditentukan pada kemampuan petugas yang ada di tempat pendaratan ikan atau pada kemampuan dalam memberikan laporan sesuai dengan yang sebenarnya. CPUE hanya memerlukan data jumlah hasil tangkapan suatu jenis ikan yang diamati dan jumlah upaya penangkapan yang dilakukan. Jumlah hasil tangkapan ikan catch merupakan jumlah hasil tangkapan ikan yang diperoleh, dan upaya penangkapan effort merupakan jumlah satuan upaya penangkapan ikan yang dilakukan untuk mendapatkan hasil tangkapan tersebut. Hasil tangkapan ikan catch dapat dinyatakan dalam satuan berat kg atau ton ataupun dengan satuan ekor ikan yang diperoleh. Upaya penangkapan catch dinyatakan dalam satuan upaya penangkapan jumlah unit alat tangkap, jumlah trip penangkapan, ataupun jumlah mata pancing yang digunakan. 66 200 400 600 800 1000 1200 1400 1600 1800 2000 1994 1995 1996 1997 1998 1999 2000 2001 2002 2003 Tahun CPUE IT KgUnit Jumlah hasil tangkapan produksi Ikan terbang di Sulawesi Selatan, mengalami fluktuasi. Hal ini ditentukan oleh besarnya upaya penangkapan yang dilakukan dan besarnya ketersediaan stok kawanan ikan terbang di perairan tersebut. Begitu pula halnya dengan jumlah hasil tangkapan produksi telur ikan terbang yang dihasilkan, juga mengalami perubahan dari waktu ke waktu. Fluktuasi produksi telur ikan terbang, secara tidak langsung juga dipengaruhi oleh tingkat perkembangan harga pada pasar ekspor. Hal ini terkait dengan besarnya permintaan komoditi ini dari negara-negera tujuan. Pada tingkat harga telur ikan terbang yang tinggi dan permintaan pasar ekspor yang naik, menyebabkan jumlah upaya penangkapan telur ikan terbang menjadi tinggi, dan sebaliknya jika harga dan permintaan pasar rendah menyebabkan upaya yang dilakukan juga menurun. Dengan peningkatan upaya penangkapan telur ikan terbang, menyebabkan pula produksi ikan terbang meningkat. CPUE tahunan ikan terbang di Sulawesi Selatan selama kurun waktu tahun 1994 - 2003 menunjukkan terjadinya fluktuasi. Nilai CPUE ikan terbang diperoleh tertinggi yakni 1.613,79 kg pada tahun 2001 dan terendah yakni 793, 10 kg per unit upaya penangkapan pada tahun 2002 Gambar 19 . Hal itu menunjukkan bahwa tingkat pemanfaatan sumberdaya ikan terbang di perairan pantai barat Sulawesi Selatan tidak banyak mengalami perubahan dari tahun 1994 sampai 2001, kemudian menurun pada tahun 2002 dan mulai meningkat kembali pada tahun 2003. Sumber : DKP Propinsi Sulawesi Selatan, 1994 - 2003 Gambar 19 CPUE tahunan ikan terbang. 67 200 400 600 800 1000 1200 1400 1600 1800 2000 1994 1995 1996 1997 1998 1999 2000 2001 2002 2003 Tahun CPUE TIT KgUnit Produksi telur ikan terbang yang dihasilkan, terbesar yakni 946.900 kg pada tahun 2000 dan terendah yakni 72.200 kg pada tahun 1998. Pada tahun 1995 tidak ada sama sekali produksi telur ikan terbang yang dihasilkan di daerah ini. Hal itu dikarenakan harga yang ada pada tingkat nelayan sangat rendah dan dengan permintaan negara tujuan yang rendah pula. Kondisi harga seperti itu menjadi tidak menguntungkan pada tingkat nelayan dalam kegiatan penangkapan telur ikan terbang karena memerlukan biaya operasional yang besar yaitu berkisar antara Rp. 3 - 5 juta per trip akibat lamanya nelayan di laut long trip di dalam kegiatan penangkapan. CPUE telur ikan terbang yang dihasilkan selama kurun waktu sepuluh tahun 1994 - 2003, tertinggi yakni sebesar 1.570,32 kg pada tahun 2000 dan terendah yakni 63,71 kg per unit upaya penangkapan pada tahun 1996 Gambar 20. Sumber : DKP Propinsi Sulawesi Selatan, 1994 - 2003 Gambar 20 CPUE tahunan telur ikan terbang. Jumlah upaya penangkapa n telur ikan terbang yang dilakukan oleh nelayan mengalami penurunan sejak tahun 1999 yakni dari 1.000 unit pada tahun 1998 menjadi hanya 803 unit pada tahun 1999. Penurunan jumlah unit upaya penangkapan ini, ternyata tidak mempengaruhi baik terhadap juml ah produksi telur ikan terbang yang dihasilkan maupun besarnya CPUE yang diperoleh. Bahkan pada tahun 2000 dengan upaya penangkapan hanya sebesar 603 unit, mampu menghasilkan produksi telur ikan terbang sebesar 946.900kg dengan CPUE tertinggi 68 yakni sebesar 1.570,32 kg per unit upaya penangkapan. Tingginya produksi dan nilai CPUE telur ikan terbang yang dihasilkan pada tahuan 2000, selain disebabkan terjadinya penurunan jumlah upaya penangkapan, juga diduga disebabkan oleh besarnya permintaan pasar dari ma ncanegara dengan harga yang tinggi yakni berkisar antara Rp. 250.000.- sampai dengan Rp. 300.000.- per kg kering. Penurunan jumlah unit upaya penangkapan ini terjadi, akibat besarnya biaya operasi penangkapan dan biaya-biaya lainnya yang diperlukan di dalam kegiatan penangkapan telur ikan terbang, terutama setelah krisis ekonomi melanda Indonesia. Keadaan itu menyebabkan sebagian nelayan patorani mengalihkan usahanya pada kegiatan penangkapan ikan lainnya di sekitar perairan pantai dengan biaya operasional yang lebih rendah.

4.2.2 CPUE ikan dan telur ikan terbang menurut musim