Penangkapan Ikan dan Telur Ikan Terbang .1 Daerah penangkapan Ikan DPI
70
200 400
600 800
1000 1200
1400 1600
1800 2000
1994 1995 1996 1997 1998 1999 2000 2001 2002 2003
Tahun
CPUE TIT KgUnit
MT PMTB
2003. Pada tahun terakhir 2003, produksi dan CPUE telur ikan pada periode MT, mengalami peningkatan, tetapi sebaliknya produksi dan CPUE pada periode PMTB
mengalami peningkatan. Hal ini disebabkan oleh perkembangan harga telur ikan terbang pada tingkat nelayan yang tidak menggembirakan, bahkan hanya berkisar
Rp. 35.000.- per kg. Pada tingkat harga seperti itu, adalah tidak menguntungkan bagi nelayan untuk melakukan kegiatan penangkapan dengan biaya yang cukup
besar. CPUE telur ikan terbang yang dihasilkan di Sulawesi Selatan menurut periode musim selama kurun waktu sepuluh tahun 1994 - 2003, diperlihatkan pada
Gambar 22
.
Sumber :
DKP Propinsi Sulawesi Selatan, 1994 - 2003
Gambar 22
CPUE telur ikan terbang menurut periode musim.
4.3 Penangkapan Ikan dan Telur Ikan Terbang 4.3.1 Daerah penangkapan Ikan DPI
Daerah penangkapan ikan dan telur ikan terbang di perairan Selat Makassar yang dimanfaatkan oleh nelayan dari beberapa kabupaten di Sulawesi Selatan,
masih tergolong berada di sekitar perairan pantai. Hal ini disebabkan armada penangkapan ikan yang digunakan masih tergolong relatif kecil dan dengan
kelengkapan peralatan navigasi yang sangat minim. Di DPI I dan DPI II yang berada di bagian utara Selat Makassar, menggunakan armada penangkapan ikan dengan
ukuran yang relatif kecil berk isar antara 2 – 3 GT, sehingga daerah penangkapan
71
yang dapat dicapai juga relatif dekat dari pantai dengan trip penangkapan bersifat harian.
Di DPI III dan DPI IV, menggunakan armada penangkapan dengan ukuran yang lebih besar yakni berkisar antara 8 - 10 GT. Ukuran armada penangkapan ini
memungkinkan untuk lebih jauh melakukan pencarian daerah penangkapan dengan waktu trip penangkapan yang relatif panjang, yakni berkisar antara 20 – 30 hari di
laut. Sebaran daerah penangkapan yang digunakan dalam kegiatan penangkapan ikan dan telur ikan terbang oleh nelayan dari kedua kelompok itu juga sangat
berbeda. Di DPI IV dengan tujuan utama kegiatan penangkapan yang dilakukan adalah untuk menangkap telur ikan terbang, mengharuskan mereka mencari daerah
penangkapan yang relatif lebih jauh dari pantai. Hal itu sesuai dengan perkiraan
daerah peneluranpemijahan spawning ground bagi ikan terbang dewasa dan matang gonad untuk melepaskanmenempelkan telurnya pada dedaunan di sekitar
permukaan perairan Ali dan Nessa, 2005. Begitu pula nelayan di DPI III dengan menggunakan armada penangkapan yang relatif lebih besar, walaupun hanya
dengan tujuan penangkapan ikan terbang, tetapi dapat menjangkau wilayah perairan yang lebih jauh sesuai dengan kondisi dimana kawanan ikan terbang diperkirakan
berada. Beberapa wilayah perairan yang digunakan sebagai daerah penangkapan ikan dan telur ikan terbang di perairan Selat Makassar, disajikan pada Tabel 11.
Tabel 11
Daerah penangkapan ikan dan telur ikan terbang di Selat Makassar
Daerah Penangkapan
Ikan DPI Tujuan
Penangkapan Lokasi
Penangkapan Sekitar Perairan
Kisaran Kedalaman
Perairan Posisi Lokasi
Penangkapan DPI I
Ikan terbang -Teluk Lebana
565 – 929 m 02
o
80’ - 03
o
30’ LS 118
o
58’-118
o
75’BT DPI II
Ikan terbang -Tanjung Lero
-Pulau Batukalasi 130 – 205 m 03
o
80’ - 04
o
20’ LS 119
o
10’-119
o
40’BT DPI III
Ikan terbang -Pulau Karangang
-Pulau Jangang - jangang
168 – 685 m 04
o
50’ - 04
o
90’ LS 118
o
80’-119
o
25’BT DPI IV
Telur ikan terbang
-Pulau Papandangan -Pulau Kapoposang
-Pulau Pamangngang -Pulau Tambakulu
-Pulau Kondong Bali -Taka Gasseiya
-Pulau Dayang- dayang
-Pulau Buluwang -Pulau Satanga
349 – 539 m 237 - 419 m
05
o
20’- 05
o
80’ LS 118
o
50’-119
o
00’BT
Sumber
: Hasil Pengamatan Lapang, 2004.
72
Nelayan yang melakukan penangkapan ikan terbang di DPI I dan DPI II merupakan daerah penangkapan yang relatif sangat dekat dari pantai,
menggunakan armada penangkapan dengan ukuran yang sangat kecil. Wilayah perairan ini meskipun sangat dekat dari pantai berkisar antara 1 – 2 mil laut, berada
di sekitar perairan Teluk Lebana dan memiliki kedalaman perairan yang sangat dalam berkisar antara 560 – 900 m dengan topografi yang terjal. Di sekitar perairan
ini diketahui merupakan daerah perlintasan ataupun habitat kawanan ikan terbang. Lokasi penangkapan berada pada koordinat antara 02
o
80’ - 03
o
30’ LS dan 118
o
58’- 118
o
75’ BT dengan menggunakan alat penangkapan JIHP. Kegiatan penangkapan ikan terbang di DPI II, berada di sekitar perairan
Tanjung Lero dan Pulau Batukalasi pada koordinat antara 03
o
80’ - 04
o
20’ LS
dan 119
o
10’-119
o
40’ BT dengan kedalaman perairan berkisar antara 130 – 205 m.
Daerah penangkapan ikan terbang yang dimanfaatkan oleh nelayan baik di DPI I maupun di DPI II sepanjang musim penangkapan yang berlangsung dari bulan Maret
hingga bulan Oktober setiap tahunnya, tidak menunjukkan adanya pergeseran daerah penangkapan yang jauh. Hal tersebut diakibatkan karena penggunaan kapal
penangkapan yang relatif kecil, sehingga sulit menjangkau daerah penangkapan yang berada pada wilayah perairan yang lebih jauh.
Nelayan yang melakukan penangkapan ikan terbang pada DPI III merupakan wilayah perairan yang cukup jauh dari pantai, yaitu di sekitar perairan Taka Malaka
dan Pulau Karangan serta Pulau Jangang-jangang pada koordinat antara 04
o
50’ - 04
o
90’ LS dan 118
o
80’-119
o
25’ BT dengan kedalaman perairan berkisar antara 168
– 685 m. Wilayah perairan ini diperkirakan merupakan daerah perlintasan kawanan ikan terbang dalam proses migrasi, sehingga di ketahui merupakan wilayah perairan
yang cukup potensil dalam kegiatan penangkapan ikan terbang setiap tahunnya dengan menggunakan alat penangkapan JIHP.
Daerah penangkapan telur ikan terbang yang menempati DPI IV dan berada di bagian selatan Selat Makassar, yakni di sekitar perairan Pulau Kalu-Kalukuang,
Pulau Kapoposang, Pulau Papandangang, Pulau Kondangbali, Pulau Jangang- jangang, dan perairan sekitar Massalembo Kabupaten Pangkep pada koordinat
antara 05
o
20’- 05
o
80’ LS
dan 118
o
50’-119
o
00’ BT, memiliki kedalaman perairan
berkisar antara 237 - 419 m. Wilayah perairan ini setiap tahunnya dimanfaatkan sebagai daerah penangkapan telur ikan terbang oleh nelayan patorani di Sulawesi
Selatan dengan menggunakan alat penangkapan berupa BHP dan atau Bale-Bale.
73