25 Di perairan Selat Makassar, konsentrasi nitrat sebaliknya ditemukan meningkat
pada periode peralihan musim timur barat dibandingan pada saat musim timur dan peralihan musim barat timur, yakni berkisar antara 0,20 – 1,19
µ g-at NO
3
l. Konsentrasi silikat di perairan Selat Makassar, juga ditemukan sangat
bervariasi. Konsentrasi tertinggi ditemukan baik di sekitar perairan pantai maupun dengan bertambahnya kedalaman. Hal itu disebabkan beberapa hal diantaranya
adalah karena proses biologi yang berlangsung dan terus memanfaatkan unsur hara tersebut di dalam perairan. Sebaran mendatar kandungan silikat di perairan
Selat Makassar bagian selatan, menunjukkan bahwa rata-rata kandungan silikat secara spasial tertinggi ditemukan di sekitar perairan pantai kemudian menurun ke
arah bagian tengah laut. Berdasarkan periode musim, juga ditemukan bahwa konsentrasi silikat tertinggi diperoleh pada musim timur yakni sebesar 2,25 – 3,26
µ g-at SiO
4
l.
2.3.4 Pergerakan arus
Dengan letak geografis Selat Makassar yang memanjang dari arah utara ke selatan, menjadikan sepanjang tahun hampir dapat dikatakan arus permukaan
perairan tidak mengalami perubahan arah, yaitu dari utara ke selatan, kecuali pada bagian selatan Selat Makassar dimana terjadi pertemuan antara arus massa air dari
Laut Jawa, Laut Flores dan massa air Selat Makassar sendiri Gordon, et al., 1999. Pada bagian perairan ini tampak arus permukaan mengalami perubahan sesuai
dengan perubahan angin muson. Pada saat angin musim timur, massa air yang
mengalir dari Laut Flores bertemu dengan massa air yang keluar dari Selat Makassar kemudian bersama -sama mengalir memasuki Laut Jawa. Dalam kondisi
seperti itu, menjadikan banyaknya massa air pada lapisan permukaan Selat Makassar bagian selatan ikut terangkut dan bergerak ke barat, mengakibatkan
terjadinya sejumlah ruang-ruang kosong di bagian permukaan yang selanjutnya memungkinkan lapisan air di bawahnya terangkat naik ke atas sehingga pada
periode musim ini dapat menimbulkan fenomena upwelling. Massa air yang masuk dari Laut Flores, merupakan massa air yang relatif lebih dingin dan memiliki
kandungan nutrien cukup tinggi, mengakibatkan perairan yang menerima masukan massa air tersebut, suhunya menjadi lebih rendah dengan kandungan nutrien yang
cukup tinggi.
26 Sebaliknya pada periode musim barat, massa air dari Laut Jawa yang
mengalir dari arah barat ke timur bertemu dengan massa air yang keluar dari Selat Makassar dan bersama-sama masuk ke Laut Flores. Massa air dari Laut Jawa
merupakan massa air yang lebih hangat namun tidak memiliki kandungan nutrien, sehingga hanya berdampak pada peningkatan suhu perairan di wilayah perairan itu,
walaupun pada saat yang bersamaan juga terjadi curah hujan yang relatif tinggi.
Gordon dan Susanto 1999 melakukan pengamatan terhadap karakteristik pergerakan arus di Selat Makassar pada saat terjadinya El-Nino tahun 19971998
dan La Nina tahun 1998 pada dua stasiun pengamatan arus, yakni pada Maks-1 dengan posisi 2
o
52’ LS dan 118
o
27’ BT dan pada Maks-2 dengan posisi 2
o
51’ LS dan 118
o
38’ BT. Dari hasil pengamatan itu ditemukan bahwa, pergerakan arus yang mengalir terjadi ke arah selatan kecuali pada bulan Mei - Juni 1997, dimana
sebagian arus ditemukan mengalir ke utara. Hasil pengamatan yang sama juga ditemukan oleh BPPT dari pengukuran buoy yang ditempatkan pada dua stasiun
pengamatan di perairan Selat Makassar, menunjukkan bahwa pada bulan Juni ditemukan adanya pergerakan arus yang cukup besar mengalir ke utara yakni
sebesar 46,60 cmdet, dan bulan Agustus sebesar 64,50 cmdet pada stasiun pengamatan 1, kemudian pada bulan lainnya pergerakan arus ke utara menjadi
lebih kecil lagi. Begitu pula pada stasiun pengamatan 2, ditemukan adanya arus yang mengalir ke utara pada bulan Juni dengan kecepatan 26,94 cmdet.
Walaupun demikian, hampir sepanjang tahun ditemukan pergerakan arus yang lebih besar bergerak ke arah selatan, baik pada stasiun pengamatan 1 maupun pada
stasiun pengamatan 2.
2.3.5 Penaikan massa air Upwelling