Metode Penangkapan Ikan Kandungan klorofil

42 ikannya sendiri lolos tidak tertangkap. Penggunaan bale-bale dalam kegiatan penangkapan telur ikan terbang telah mengalami perkembangan yang pesat, menyebabkan penggunaan jumlah BHP dalam kegiatan penangkapan tersebut menurun. Bahkan dalam setiap trip penangkapan telur ikan terbang di daerah ini, BHP hanya digunakan antara 5 sampai 8 buah yang dirangkai bersama dengan bale-bale dan dianggap sebagai suatu pembuka rejeki keberhasilan penangkapan menurut tradisi dan kepercayaan masyarakat nelayan setempat.

3.4 Metode Penangkapan Ikan

Penangkapan Ikan terbang menggunakan JIHP, sedangkan penangkapan telur ikan terbang selain menggunakan BHP juga menggunakan alat tangkap berbentuk rumpon bale-bale. Kegiatan penangkapan ikan dan telur ikan terbang, diawali dengan proses persiapan di darat dengan terlebih dahulu mengecek kesiapan kapal, mesin kapal dan alat tangkap yang akan digunakan. Kapal dan mesin kapal bila dinyatakan layak operasi, selanjutnya dilakukan pemuatan bahan bakar, oli, bahan makanan, dan obat-obatan sesuai dengan rencana jumlah hari operasi penangkapan. Kapal mulai bergerak dari pangkalan fishing base sekitar pukul 14.00 waktu setempat menuju lokasi penangkapan fishing ground yang direncanakan dengan waktu tempuh sek itar 12 jam. Penentuan lokasi dimana kegiatan penangkapan ikan dan telur ikan terbang akan dilakukan, diawali dengan melakukan pengamatan di sekitar perairan tersebut. Pengamatan di sekitar perairan itu misalnya dengan melihat kawanan burung laut, buih dan percikan air di permukaan, adanya beberapa rumput laut atau potongan kayu yang mengapung, serta adanya beberapa ikan terbang yang loncat atau terbang di atas permukaan laut. Jika jumlah ikan terbang yang loncat atau terbang di atas permukaan laut banyak dan cenderung mengikuti arah vertikal, menunjukkan adanya kawanan ikan terbang di dalam perairan itu dalam jumlah banyak. Tanda- tanda seperti ini banyak dimanfaatkan oleh nelayan setempat dalam memperkirakan lokasi ikan terbang yang dapat dimanfaatkan sebagai lokasi penangkapan. Kegiatan penangkapan dilakukan pada esok harinya menjelang sore hari sekitar pukul 14.00 waktu setempat. Penangkapan telur ikan terbang dimulai dengan mengikat satu persatu alat tangkap buburakit pada tali utama, kemudian melepas alat tangkap tersebut setting secara teratur ke dalam perairan. Jumlah alat tangkap yang dioperasikan dibagi dalam dua rangkaian, satu rangkaian di 43 bagian buritan kapal dan satu rangkaian lagi di bagian haluan kapal. Setelah semua alat tangkap telah berada di dalam air, tali utama dibiarkan hanyut bersama dengan alat tangkap sampai sekitar 50 meter dari kapal. Rangkaian alat tangkap ini dibiarkan di dalam air dan hanyut selama satu malam, dan besok paginya alat tangkap tersebut mulai diangkat kemb ali hauling sekitar pukul 07.00 pagi. Pengangkatan alat tangkap dilakukan secara teratur dan hati-hati, sehingga telur ikan terbang yang melekat pada dedaunan yang dipasang pada rangka alat tangkap itu tidak terlepas. Jika jumlah hasil tangkapan telur ikan terbang yang diperoleh cukup banyak, rangkaian alat tangkap tersebut dihanyutkan kembali setting setelah semua hasil tangkapannya diambil untuk kegiatan penangkapan hari berikutnya. Sebaliknya bila jumlah hasil tangkapan dianggap kurang memuaskan, selanjutnya kapal bergerak berpindah untuk mencari lokasi penangkapan yang lain. Kegiatan persiapan sampai dengan operasi penangkapan telur ikan terbang, diperlihatkan secara skematis pada Gambar 9. Kegiatan penangkapan telur ikan terbang dilakukan setiap harinya dimana kapal dibiarkan hanyut bersama dengan alat tangkap yang telah ditebar ke dalam perairan. Di dalam satu trip penangkapan, umumnya berkisar antara 20 sampai dengan 30 hari di laut termasuk waktu yang digunakan menuju dan kembali dari lokasi penangkapan ke tempat asal. Jumlah hari operasi penangkapan ini tidak bersifat mutlak, namun juga bergantung pada keberhasilan dalam menangkap telur ikan terbang. Jika dalam kegiatan penangkapan yang dilakukan selama beberapa hari berturut-turut, berhasil menangkap telur ikan terbang dalam jumlah yang cukup sesuai dengan perhitungan jumlah hasil tangkapan yang minimal diperoleh, kapal dapat bergerak kembali menuju tempat asal fishing base. Namun bila kegiatan penangkapan yang telah dilakukan belum berhasil menangkap telur ikan terbang dalam jumlah yang cukup, maka kegiatan penangkapan tetap dilanjutkan pada hari berikutnya kecuali bila persediaan bahan bakar dan makanan telah menipis. Untuk kegiatan penangkapan ikan terbang, dapat dikelompokkan menjadi dua, yaitu : kegiatan penangkapan yang bersifat harian short trip dan kegiatan penangkapan yang dilakukan dengan trip panjang long trip. Kegiatan penangkapan ikan terbang yang bersifat harian, dilakukan oleh nelayan di Kabupaten Pinrang dan Majene. Namun kegiatan penangkapan ikan terbang dengan trip panjang, dilakukan oleh nelayan di Kabupaten Barru. Proses kegiatan 44 penangkapan ikan terbang menggunakan JIHP dengan trip panjang diperlihatkan pada Gambar 10 dan dengan trip harian diperlihatkan pada Gambar 11. Perbedaan antara kegiatan penangkapan ikan terbang yang dilakukan dengan trip harian dan trip panjang, yakni selain pada jumlah hari operasi penangkapannya, juga pada ukuran armada penangkapan yang digunakan. Di Kabupaten Barru dengan menggunakan kapal penangkapan ikan yang lebih besar, dapat menjelajahi wilayah perairan yang lebih jauh dan dengan waktu di laut yang lebih lama. Di Kabupaten Pinrang dan Majene, hanya menggunakan kapal penangkapan ikan yang kecil, menyebabkan kemampuan untuk menjelajahi perairan yang lebih jauh sangat terbatas dan hanya dalam waktu yang relatif singkat. Hal ini juga dipengaruhi oleh lokasi penangkapan yang hanya berada dekat dengan pantai , sehingga tidak memerlukan armada penangkapan yang lebih besar. 45 Gambar 9 Skema proses penangkapan telur ikan terbang dengan BHPbale-bale. 46 Gambar 10 Skema proses penangkapan ikan terbang dengan JIHP trip panjang. 47 Gambar 11 Skema proses penangkapan ikan terbang dengan JIHP trip harian. 48

3.5 Teknik Pengumpulan Data