142 Di DPI IV pada periode awal musim penangkapan PMBT diperoleh
persentase ikan berjenis kelamin betina sebesar 71,25 dan ikan berjenis kelamin jantan sebesar 28,75 . Pada periode MT diperoleh ikan berjenis kelamin betina
sebesar 78,57 dan ikan berjenis kelamin jantan sebesar 21,43 , sementara pada periode akhir musim penangkapan PMTB diperoleh ikan berjenis kelamin
betina sebesar 67,53 dan ikan berjenis kelamin jantan adalah sebesar 32,47 .
Komposisi jenis kelamin ikan hasil tangkapan secara keseluruhan dari ketiga periode musim penangkapan, diperoleh ikan berjenis kelamin betina lebih banyak
78,57 pada MT, kemudian 71,25 pada PMBT dan terendah 67,53 pada PMTB. Dengan demikian diperkirakan jumlah ikan terbang berjenis kelamin betina
lebih banyak muncul dan berada dalam kawanan ikan terbang di perairan Selat Makassar selama MT untuk melakukan proses aktivitas pemijahan. Dugaan ini
diperkuat dengan besarnya potensi penangkapan telur ikan terbang yang setiap tahunnya dimanfaatkan oleh nelayan di daerah ini selama musim penangkapan
tersebut. Seperti diketahui bahwa telur ikan terbang yang dihasilkan melalui kegiatan penangkapan, merupakan hasil peneluran dari ikan betina yang telah
matang gonad setelah melalui proses pembuahan dari ikan jantan yang juga telah memasuki fase matang kelamin.
Komposisi tingkat kematangan gonad TKG ikan hasil tangkapan yang berada pada TKG IV, terbanyak 74,66 didapatkan pada periode MT kemudian
PMBT 52,08 dan terendah pada PMTB 30,24 , sedangkan komposisi ikan yang berada pada TKG I, II, dan III hampir sama pada semua periode musim
penangkapan.
5.2 Analisis Parameter Oseanogafi dan Hasil Tangkapan Ikan
Hasil pengukuran paramater oseanogafi pada setiap musim penangkapan dan jumlah hasil tangkapan ikan dan telur ikan terbang di perairan Selat Makassar,
diperlihatkan pada Tabel 31.
Perubahan nilai parameter oseanogafi didapatkan terjadi pada setiap periode musim. Rata-rata suhu perairan tertinggi 30,03
o
C didapatkan pada PMBT dan terendah 29,34
o
C pada MT, rata-rata salinitas perairan tertinggi 33,80 ‰ terjadi pada MT dan terendah 32,10 ‰ pada PMBT, rata-rata kecepatan arus tertinggi
0,13 cmdtk didapatkan pada PMBT dan terendah 0,08 cmdtk pada MT, rata-rata nilai kandungan fosfat perairan tertinggi 0,52 ug-at PO
4
l pada MT dan terendah 0,29 ug-at PO
4
l pada PMTB, rata-rata nilai kandungan nitrat tertinggi 0,47 ug-at
143 NO
3
l pada PMTB dan terendah 0,16 ug-at NO
3
l pada MT, rata-rata nilai kandungan silikat tertinggi 2,07 ug-at SiO
3
l terjadi pada MT dan terendah 1,54 ug- at SiO
3
l pada PMBT, serta rata-rata nilai kandungan oksigen ter larut tertinggi 4,40 mll pada PMTB dan terendah 3,56 mll pada MT. Jumlah hasil tangkapan telur
ikan terbang yang diperoleh di DPI IV tertinggi pada MT dan terendah pada PMTB. Begitu pula dengan jumlah hasil tangkapan ikan terbang ekor diperoleh tertinggi
pada MT pada semua daerah penangkapan ikan DPI . Tabel 31
Parameter oseanogafi dan hasil tangkapan ikan dan telur ikan terbang Periode Musim
Parameter PMBT
MT PMTB
Suhu
o
C 30,03
29,34 29,64
Salinitas ‰ 32,10
33,80 33,38
Arus cmdtk 0,13
0,08 0,12
Fosfat µgl 0,48
0,52 0,29
Nitrat µgl 0,36
0,16 0,47
Silikat µgl 1,54
2,07 1,83
Oseanogafi
Oksigen Terlarut µgl 4,18
3,56 4,40
DPI Hasil Tangkapan
I Ikan terbang ekor
2.937 5.437
3.771 II
Ikan terbang ekor 6.581
7.422 6.367
III Ikan terbang ekor
4.805 18.174
13.815 ikan terbang ekor
960 1.330
582 IV
Telur ikan terbang kg 97,5
598,5 140,0
Sumber
: Hasil Pengamatan Lapang, 2004 Jumlah hasil tangkapan ikan terbang diperoleh mengalami perbedaan antar
musim. Begitu pula dengan parameter oseanogafi pada setiap musim mengalami perubahan. Untuk mengetahui keterka itan antara parameter oseanogafi dengan
jumlah hasil tangkapan ikan pada musim yang sama, dilakukan analisis korelasi antara parameter oseanogafi dengan hasil tangkapan ikan terbang selama tiga
periode musim penangkapan. Hasil analisis regesi hubungan antara setiap parameter oseanogafi dan jumlah hasil tangkapan ikan, ditunjukkan pada Tabel 32.
Hasil analisis regesi hubungan antara suhu perairan dengan jumlah hasil tangkapan ikan terbang menghasilkan hubungan regesi negatif, dengan persamaan
144 regesi, yaitu : Y = 6.014,83 – 0,30X
1
, dengan nilai r = 0,86. Dengan nilai koefisien regesi yang bersifat negatif, menggambarkan bahwa nilai hasil tangkapan ikan
terbang, berbanding terbalik dengan peningkatan suhu perairan. Dengan suhu perairan yang lebih dingin, cenderung memberikan dampak peningkatan jumlah hasil
tangkapan, dan sebaliknya apabila terjadi peningkatan suhu perairan maka akan berimplikasi pada penurunan jumlah hasil tangkapan. Kondisi seperti ini, juga
ditemukan pada perikanan ikan lemuru di perairan Selat Bali Wudianto, 2000. Kelompok ikan terbang dengan analisis hubungan antara jumlah hasil tangkapan
dengan suhu perairan, dapat disimpulkan bahwa ikan terbang tidak memiliki sifat
thermal oriented .
Tabel 32
Hasil analisis regesi parameter oseanogafi dan hasil tangkapan ikan Hasil Tangkapan
Parameter Osenogafi Persamaan Regesi
Nilai Korelasi r, p
= 0,95 Suhu X
1
Y = 6.014,83 – 0,30X
1
0,86 Salinitas X
2
Y = 6.014,83 + 0,33X
2
0,84 Kec. Arus X
3
Y = 6.014,83 - 0,13X
3
0,83 Fosfat X
4
Y = 6.014,83 + 0,11X
4
0,88 Nitrat X
5
Y = 6.014,83 - 0,18X
5
0,78 Silikat X
6
Y = 6.014,83 + 0,34X
6
0,63 Oksigen Terlarut X
7
Y = 6.014,83 - 0,23X
7
0,48 Hubungan antara salinitas perairan dengan jumlah hasil tangkapan ikan
terbang dari hasil analisis regesi yang didapatkan, ternyata menghasilkan nilai koefisien regesi positif dengan persamaan regesi Y = 6.014,83 + 0,33X
2
dengan nilai r
= 0,84. Nilai hubungan regesi ini memberikan implikasi dengan peningkatan salinitas perairan, maka akan memberikan dampak terhada p peningkatan jumlah
hasil tangkapan. Keadaan arus dalam suatu perairan akan memberikan pengaruh baik secara
langsung maupun tidak langsung terhadap jumlah hasil tangkapan ikan. Jumlah hasil tangkapan ikan terbang dengan kondisi arus perairan yang berbeda juga akan
memberikan implikasi terhadap perbedaan jumlah hasil tangkapan. Hasil analisis antara jumlah hasil tangkapan ikan dengan arus perairan seperti dengan persamaan
regesi yang dihasilkan yakni Y = 6.014,83 - 0,13X
3
dengan kekuatan hubungan yaitu
145 r
= 0,83, menunjukkan hubungan negatif. Hubungan yang negatif tersebut, menggambarkan bahwa dengan semakin meningkatnya kecepatan arus perairan,
maka akan berdampak pada penurunan jumlah hasil tangkapan ikan, dan begitu pula sebaliknya jika terjadi penurunan kecepatan arus di dalam perairan, maka akan
berdampak pada peningkatan hasil tangkapan ikan . Hal itu sesuai dengan kebiasaan hidup kawanan ikan terbang yang lebih menyukai perairan dengan kondisi
yang relatif lebih tenang. Ketersediaan makanan bagi pertumbuhan fitoplankton, secara tidak langsung
juga mempengaruhi besarnya jumlah hasil tangkapan ikan pada suatu perairan. Kandungan fosfat perairan memberikan implikasi dengan peningkatan jumlah
kandungan fosfat di dalam perairan, akan memberikan jumlah hasil tangkapan ikan terbang. Hasil analisis regesi hubungan antara kandungan fosfat dengan jumlah
hasil tangkapan ikan, menghasilkan persamaan regesi, yaitu Y = 6.014,83 + 0,11X
3
dengan nilai r = 0,88. Walaupun dengan peningkatan jumlah hasil tangkapan tidak signifikan ni lainya dengan peningkatan kandungan fosfat di dalam perairan, namun
hubungannya cukup kuat dengan nilai hubungan yang lebih besar.
Sebaliknya hubungan antara kandungan nitrat perairan dengan jumlah hasil tangkapan ikan, bersifat negat if. Apabila terjadi peningkatan kandungan nitrat di
dalam perairan, maka akan memberikan implikasi terjadinya penurunan jumlah hasil tangkapan dan sebaliknya bila terjadi penurunan jumlah kandungan nitrat, akan
memberikan peningkatan jumlah hasil tangkapan. Hasil analisis regesi hubungan antara keduanya, menghasilkan persamaan Y = 6.014,83 – 0,18X
4
dengan nilai r = 0,78, namun hasil analisis ini menghasilkan hubungan dengan nilai koefisien yang
cukup kecil. Peningkatan kandungan silikat perairan, ternyata memberikan implikasi
terjadinya peningkatan jumlah hasil tangkapan. Hasil analisis regesi hubungan antara kandungan silikat perairan dengan jumlah hasil tangkapan ikan terbang,
menghasilkan persamaan regesi Y = 6.014,83 + 0,34X
5
dengan nilai r = 0,63. Hubungan regesi yang bersifat positif ini menggambarkan bahwa dengan terjadinya
peningkatan kandungan silikat di dalam perairan, maka secara tidak langsung akan memberikan dampak peningkatan terhadap jumlah hasil tangkapan ikan terbang.
Kandungan oksigen terlarut di dalam suatu perairan secara tidak langsung juga mempengaruhi jumlah hasil tangkapan ikan. Hasil analisis regesi hubungan
antara kandungen oksigen perairan dengan jumlah hasil tangkapan ikan bersifat negatif. Hal itu menggambarkan bahwa jika terjadi peningkatan jumlah kandungan
146 17.67
18.09 18.49
50.42 59.06
53.18
20 40
60 80
100
PMBT MT
PMTB
Periode Musim Panjang cm dan Berat gr
Rata-Rata
Panjang Berat
oksigen di dalam perairan, maka akan berimplikasi pada penurunan jumlah hasil tangkapan ikan, dengan persamaan regesi Y = 6.014,83 – 0,23X
6
dan nilai r = 0,48. Hal tersebut kemungkinan disebabkan terdapatnya sejumlah kawanan ikan lainnya
yang berada di sekitar perairan tersebut, yang menjadi predator bagi ikan terbang, sehingga kawanan ikan terbang melakukan mi gasi ke perairan lainnya untuk mencari
perairan yang lebih aman dari serangan ikan-ikan predator tersebut.
5.3 Analisis Dinamika Biologi Ikan Hasil Tangkapan 5.3.1 Dinamika biologi ikan dan periode musim