cara menggali menggunakan alat seperti buding, parang dan pisau untuk mengiris. Hasil yang diperoleh oleh pemanfaat gadung dalam sekali pengambilan
rata-rata 1 pikul tiap individu. Satu pikul gadung kira-kira 20-40 kg. Gadung digunakan oleh masyarakat sekitar TN Baluran untuk dikonsumsi sendiri sebagai
persediaan pangan di musim kemarau dan sebagai bahan baku pembuatan kripik. Selain dikonsumsi, ada pula yang dijual ke pengepul dengan harga Rp
2.500,00kg dalam keadaan yang telah kering setelah direndam dalam air yang mengalir, direbus, dipotong-potong dan dijemur.
Pengambilan gadung berpotensi merusak kelestariannya karena yang diambil adalah umbinya, sehingga akan mematikan tumbuhan gadung tersebut.
Seperti dikemukakan di atas, pengambilan gadung tersebut banyak dijumpai di lokasi- lokasi yang termasuk zona inti. Hal ini merupakan permasalahan karena
pemanfaatan gadung telah masuk ke zona yang tidak diperbolehkan adanya kegiatan manusia. Sehingga untuk mengendalikan masalah tersebut perlu
penyuluhan dan pemahaman serta pengaturan batasan lokasi dan mekanisme pengambilannya agar kebutuhan masyarakat terpenuhi dan hutannya pun tetap
lestari.
13. Ikan
Ikan juga banyak dimanfaatkan oleh masyarakat desa penyangga TN Baluran khususnya masyarakat Desa Wonorejo, Sumberwaru dan Sumberanyar.
Setelah pemanfaatan nener punah, mereka banyak beralih dengan mengambil ikan karena harga ikan lebih menguntungkan daripada harga nener yang menurun
drastis. Lokasi pemanfaatan ikan dilakukan di sepanjang garis pantai TN Baluran seperti pantai popongan, Sirontoh, Sekilor, Bama, Kajang, Bilik, Merak, dan
Gatel.
Gambar 19. Pengambilan Umpan untuk Mancing Gambar 20. Kegiatan Memancing di sekitar Pantai
TN Baluran
Pada umumnya pemanfaatan ikan hanya dilakukan sebagai pekerjaan sampingan dan hobi saja. Dalam pengambilan ikan, ada sebagian masyarakat yang
menggunakan perahu dan sebagian lagi hanya menyusuri pantai dengan berjalan kaki. Dalam satu kali pemanfaatan biasanya diperoleh 2-6 kg. Ikan-ikan tersebut
biasanya dikonsumsi sendiri tetapi ada sebagian masyarakat yang biasa juga menjualnya dengan harga berkisar Rp 3.000,00 sampai Rp. 7.000,00kg.
Pengambilan ikan di sekitar TN Baluran dikhawatirkan dapat merusak ekosistem laut jika dalam pengambilannya menggunakan peralatan yang dilarang.
Selain itu, juga dengan pengambilan ikan di sekitar TN Baluran akan memicu pengambilan batu karang dan biota laut lainnya. Oleh karena itu, patroli lapangan
tetap dilakukan agar pemanfaat ikan dalam pengambilannya tidak menggunakan peralatan yang dilarang serta melakukan pengawasan dari kemungkinan-
kemungkinan yang akan memicu pemanfaat untuk mengambil sumberdaya hutan dan biota laut lainnya tanpa memperhatikan aspek kelestarian.
B.2. Potensi Kerusakan Akibat Pemanfaatan Sumberdaya Hutan
Berdasarkan sumberdaya hutan dan kegiatan pemanfaatan yang dilakukan oleh masyarakat sekitar TN Baluran, dapat diketahui sejauh mana kerusakan
akibat pemanfaatan sumberdaya hutan TN Baluran. Secara kualitatif potensi kerusakan tersebut didasarkan pada beberapa kriteria antara lain : a Lokasi
pemanfaatan sumberdaya hutan TN Baluran; b Jenis-jenis sumberdaya hutan TN Baluran yang dimanfaatkan; dan c Cara pengambilan sumberdaya hutan TN
Baluran.
1 Lokasi Pema nfaatan Sumberdaya Hutan TN Baluran
Menurut Sriyanto 2005, lokasi yang digunakan untuk kegiatan pemanfaatan tradisional pada kawasan pelestarian alam adalah lokasi yang telah
ditetapkan sebagai zonablok pemanfaatan tradisional. Pada kenyataannya, pemanfaatan sumberdaya hutan TN Baluran tidak hanya dilakukan di zona
pemanfaatan tradisional tetapi juga dilakukan di zona rimba dan zona rehabilitasi bahkan pemanfaatan sumberdaya hutan TN Baluran telah memasuki zona inti
kawasan TN Baluran. Tentu saja jika pemanfaatan sumberdaya hutan telah
memasuki zona inti maka kemungkinan akan menggangu kehidupan dan pertumbuhan satwatumbuhan utama kawasan pelestarian alam tersebut.
2 Jenis-jenis Sumberdaya Hutan TN Baluran yang Dimanfaatkan
Flora dan fauna yang dapat dimanfaatkan untuk kegiatan pemanfaatan tradisional adalah Sriyanto 2005 :
Flora
a Bagian-bagian dari tumbuhan yang apabila diambil tidak mematikan tumbuhan tersebut. Adapun bagian tumbuhan adalah daun, buah, biji dan getah; b Plasma
nutfah yang dapat digunakan untuk menunjang budidaya seperti tumbuhan obat dan tanaman hias termasuk anggrek; c Rotan, bambu dan rumput.
Fauna
a Jenis-jenis satwa yang tidak dilindungi oleh pemerintah RI maupun dunia internasional; b Jenis-jenis tertentu yang telah dimanfaatkan secara tradisional
oleh masyarakat lokalsetempat; Dalam pemanfaatan tradisional ini termasuk untuk memenuhi kebutuhan protein hewani baik berupa daging, telur maupun
bagian-bagiannya. Berdasarkan kriteria-kriteria tersebut di atas, ada beberapa sumberdaya
hutan flora yang dapat dimanfaatkan oleh masyarakat desa penyangga TN Baluran diantaranya pemanfaatan yang dilakukan apabila diambil bagian-bagian
dari tumbuhan tidak mematikan tumbuhan tersebut seperti biji akasia, buah asam, buah kemiri. Pemanfaatan yang berupa plasma nutfah yang dapat digunakan untuk
menunjang budidaya seperti madu. Selain itu, rumput dan rambanan merupakan jenis sumberdaya hutan yang juga dapat dimanfaatkan berdasarkan kriteria di atas.
3 Cara Pengambilan Sumberdaya Hutan TN Baluran
Dalam pengambilan sumberdaya hutan TN Baluran masih ditemui cara-cara pengambilan yang kurang memperhatikan kaidah kelestarian. Contohnya dalam
pengambilan gebang, kayu bakar dan ikan. Pengambilan gebang menimbulkan kerusakan tegakan gebang di lokasi serta kondisi habitatnya. Walaupun gebang
yang diambil adalah daunnya dan biji sesuai kriteria point 2 tetapi pengambilannya menyebabkan tangkai daun menjadi patah akibat pemotongan
serta di lokasi- lokasi pengambilan gebang nampak areal-areal terbuka yang merupakan akibat dari matinya tegakan gebang pada pertumbuhan awal.
Begitupun dengan pengambilan kayu bakar dengan cara menebang pohon akan menimbulkan perubahan terhadap vegetasi di lokasi pemanfaatan tersebut. Selain
itu pengambilan ikan yang menggunakan peralatan yang dilarang juga akan merusak ekosistem laut.
Oleh karena itu, berdasarkan kriteria-kriteria di atas maka untuk meminimalisir dan mengendalikan potensi kerusakan akibat pemanfaatan
sumberdaya hutan TN Baluran perlu memperhatikan lokasi pemanfaatannya, jenis-jenis yang dimanfaatkan dan cara pengambilannya. Dalam hal ini, perlu
adanya pola pemanfaatan sumberdaya hutan dalam kawasan TN Baluran baik mengenai pengaturan batasan lokasi, cara dan mekanisme pemanfaatan yang
memenuhi kaidah kelestarian, sehingga disamping hutan TN Baluran lestari masyarakatnya pun dapat sejahtera.
C. Nilai Manfaat Sumberdaya Hutan
Sumberdaya hutan yang dimanfaatkan oleh masyarakat desa penyangga TN Baluran, sebagian besar dinilai berdasarkan harga pasar atau transaksi setempat.
Beberapa sumberdaya hutan lainnya dinilai dengan nilai relatif. Penyajian data meliputi harga rata-rata tiap sumberdaya hutan, nilai pemanfaatan per tahun,
proporsi nilai suatu sumberdaya hutan terhadap sumberdaya hutan lainnya. Satuan yang digunakan untuk mengetahui volume sumberdaya hutan adalah satuan pada
saat sumberdaya hutan tersebut dijual.
Tabel 18. Rata-rata Harga Tiap Jenis Sumberdaya Hutan TN Baluran
No Jenis Sumberdaya Hutan
Nilai Sumberdaya Hutan Rp Satuan unit
1 Asam
2.683,33 Kilogram
2 Biji Akasia
2.147,78 Kilogram
3 Gadung
2.444,44 Kilogram
4 Gebang
4.173,21 Kilogram
5 Ikan
4.739,05 Kilogram
6 Kelanting
75,00 Kilogram
7 Kemiri
4.411,11 Kilogram
8 Kroto
1.850,00 Ons
9 Madu
21.375,00 Botol
10 Rambanan
2.356,11 Ikat
11 Kayu bakar
2.459,80 Ikat
12 Rumput
4.049,96 Sak
Sumberdaya hutan yang dimanfaatkan oleh masyarakat desa penyangga TN Baluran memiliki harga cukup tinggi dan mampu memberikan pendapatan yang
cukup besar bagi pemanfaat sumberdaya hutan. Tabel di atas menunjukkan bahwa
madu memiliki harga jual tertinggi Rp. 21.375,00botol. Sementara itu, kelanting memiliki harga jual terendah yaitu hanya Rp. 75,00kilogram.
Untuk memperoleh nilai pemanfatan setiap sumberdaya hutan dalam satu tahun, penghitungan dilakukan dengan menggunakan rumus :
N = H x V x F x n Dimana : N = Nilai pemanfatan suatu sumberdaya hutan per tahun
H = Harga jual rata-rata sumberdaya hutan per satuan pemanfaatan V = Volume rata-rata pemanfaatan sumberdaya hutan per satu kali
pemanfaatan F = Intensitas pemanfaatan sumberdaya hutan dalam satu tahun
minggu n = Jumlah pemanfaat
Untuk memperoleh proporsi pemanfaatan suatu sumberdaya hutan terhadap sumberdaya hutan lainnya digunakan rumus sebagai berikut :
P =
100 N
N
total
x
Dimana : P = Proporsi persentase nilai pemanfaatan suatu sumberdaya hutan
terhadap sumberdaya hutan lainnya N
= Nilai pemanfaatan suatu sumberdaya hutan per tahun N
total
= Nilai total pemanfaatan seluruh sumberdaya hutan per tahun Dengan menggunakan rumus di atas diperoleh hasil seperti disajikan pada
tabel 19 di bawah ini.
Tabel 19. Nilai Sumberdaya Hutan yang Dimanfaatkan oleh Masyarakat Desa Penyangga per Tahun
No Jenis SumberdayaHutan
Nilai Pemanfaatan Rp Proporsi
1 Asam
24.503.474,44 4,00
2 Biji Akasia
58.656.774,32 9,57
3 Gadung
1.682.776,77 0,27
4 Gebang
55.377.219,05 9,03
5 Ikan
38.248.000,00 6,24
6 Kelanting
8.390.520,00 1,37
7 Kemiri
3.476.054,16 0,57
8 Kroto
10.948.800,00 1,79