harus menempuh jarak ±
10-35 km sehingga mereka harus menginap di dalam kawasan 3-6 hari. Pada umumnya, mereka mencari kemiri secara berkelompok.
Pemanfaatan kemiri dilakukan secara musiman pada Bulan September sampai dengan Bulan November. Berdasarkan wawancara dengan pemanfaat
kemiri, bila musim kemiri telah tiba mereka dapat memperoleh 3.000-4.000 biji kemiri dalam sekali pengambilan ke kawasan TN Baluran. Satu kilogram memuat
± 400 biji kemiri. Umumnya pengambilan buah kemiri dilakukan seperti
pengambilan asam dengan cara “mulung” yaitu memungut buah kemiri yang jatuh namun ada pula yang memanjat dan memotong cabangnya agar diperoleh hasil
yang lebih banyak. Kemudian kulit luarnya dibersihkan dan biji yang masih bertempurung dikeringkan. Setelah itu barulah kemiri siap untuk dijual ke
pengepuljuragannya dengan harga mencapai Rp 4.800,00kg. Pemungutan buah kemiri dengan “mulung” mungkin tidak terlalu
menimbulkan masalah namun pengambilan dengan memotong dahan, merupakan masalah tersendiri untuk kawasan. Memotong dahan berarti merusak bentuk tajuk
yang akan menimbulkan hambatan untuk berbuah pada musim berikutnya. Oleh karena itu, untuk mengendalikan masalah tersebut, hendaklah diperhatikan cara
dan mekanisme pengambilannya dengan tetap memperhatikan aspek kelestarian.
11. Gadung Dischorea hispida
Gadung Dischorea hispida merupakan tumbuhan liana yang menghasilkan umbi dan biasanya hanya tumbuh pada daerah stoney streambed. Umbinya
dimanfaatkan oleh sebagian masyarakat desa penyangga TN Baluran. Lokasi pengambilan umbi tersebut meliputi lereng Gunung Baluran antara lain wilayah
Glingseran, Kacip, Gunung Priuk, Talpat, Gunung Klosot, Biduri, Gunung Kembar, Mandilis. Pada umumnya lokasi- lokasi tersebut termasuk zona inti
kawasan TN Baluran Lihat Lampiran 5. Untuk mencapai ke lokasi tersebut, pemanfaat gadung harus menempuh jarak yang cukup jauh
± 20-35 km.
Dalam pemanfaatan gadung, masyarakat biasanya menginap di dalam kawasan selama 2-3 hari. Mereka biasa mengambil umbinya dari kawasan TN
Baluran pada Bulan September sampai Bulan Oktober. Bila sulur gadung sudah kering merupakan pertanda bahwa gadung bisa diambil. Gadung diambil dengan
cara menggali menggunakan alat seperti buding, parang dan pisau untuk mengiris. Hasil yang diperoleh oleh pemanfaat gadung dalam sekali pengambilan
rata-rata 1 pikul tiap individu. Satu pikul gadung kira-kira 20-40 kg. Gadung digunakan oleh masyarakat sekitar TN Baluran untuk dikonsumsi sendiri sebagai
persediaan pangan di musim kemarau dan sebagai bahan baku pembuatan kripik. Selain dikonsumsi, ada pula yang dijual ke pengepul dengan harga Rp
2.500,00kg dalam keadaan yang telah kering setelah direndam dalam air yang mengalir, direbus, dipotong-potong dan dijemur.
Pengambilan gadung berpotensi merusak kelestariannya karena yang diambil adalah umbinya, sehingga akan mematikan tumbuhan gadung tersebut.
Seperti dikemukakan di atas, pengambilan gadung tersebut banyak dijumpai di lokasi- lokasi yang termasuk zona inti. Hal ini merupakan permasalahan karena
pemanfaatan gadung telah masuk ke zona yang tidak diperbolehkan adanya kegiatan manusia. Sehingga untuk mengendalikan masalah tersebut perlu
penyuluhan dan pemahaman serta pengaturan batasan lokasi dan mekanisme pengambilannya agar kebutuhan masyarakat terpenuhi dan hutannya pun tetap
lestari.
13. Ikan