4. Asam Tamarindus indica
Penyebaran pohon asam tidak merata dalam kawasan TN Baluran. Wilayah penyebarannya antara lain sepanjang jalan Batangan-Bekol, Bekol, Curah Ulin,
Glingseran, Gunung Montor, Alas Malang, Jeding, Bilik, Gatel, dan daerah pondok jaran lainnya.
Dengan penyebaran tersebut, maka mengundang masyarakat sekitar kawasan TN Baluran untuk memanfaatkan buah asam sebagai keperluan rumah
tangga atau dijual untuk mencukupi kebutuhan hidupnya atau sebagai pekerjaan sampingan. Pemanfaatan ini berlangsung selama Bulan Juni- Agustus. Pada
musimnya tersebut, pemanfaatan asam dapat dilakukan 2-7 kaliminggu. Dalam satu kali pengambilan biasanya diperoleh 1-2 sak asam 1 sak = 5-10 kg.
Hasilnya dikumpulkan untuk dijemur kemudian dikupas sehingga didapatkan buah asam bersih yang siap dijual dengan harga Rp. 2.000,00 sampai Rp.
3.000,00kg. Biasanya mereka mulai mengumpulkan buah asam sekitar pukul 04.00-17.00 WIB selepas pekerjaaan yang lain.
Berdasarkan hasil wawancara dengan masyarakat pemanfaat asam, saat ini produksi asam di dalam kawasan TN Baluran lebih sedikit dibandingkan tahun-
tahun sebelumnya sehingga pemanfaat asam di desa penyangga TN Baluran pun berkurang dan harga asam saat ini menjadi naik dari
± Rp. 1300,00kg pada tahun
2004 menjadi Rp. 2.000,00 sampai Rp. 3.000,00kg.. Menurut pengalaman para pemanfaat asam, ketika musim asam berbuah di dalam kawasan TN Baluran
biasanya mereka dikenakan karcis untuk satu kali musim asam berbuah oleh pihak TN Baluran, dengan satu karcis senilai Rp. 10.000,00 dan dibayar kolektif kepada
kepala dusun. Walaupun retribusi pungutan tersebut sudah tidak berjalan lagi tapi
Gambar 11. Akasia Siap Angkut
dapat dikatakan bahwa hal tersebut merupakan cara yang pernah dilegalkan oleh pihak TN Baluran terhadap pemanfaatan asam.
Pengambilan asam dapat dilakukan dengan berbagai cara memungut dari buah asam yang jatuh di sekitar tegakannya, memanjat pohonnya atau
menggunakan galah. Pengambilan dengan memotong cabang atau ranting mengakibatkan menurunnya hasil yang diperoleh pada musim berikutnya karena
tajuk menjadi rusak dan pertumbuhan dahan yang dipotong akan mengalami hambatan. Lain halnya apabila pengambilan dilakukan dengan cara menggunakan
galah yang ujungnya diberi benda tajam bahkan dengan cara memungut di bawah tegakannya. Hal ini tidak menimbulkan kerusakan yang berarti pada dahan
tersebut. Adanya pemanfaat buah asam dapat juga menimbulkan gangguan terhadap ketenangan satwa. Pola penyebaran satwa sering terganggu dan terhalau
oleh pemanfaat buah asam pada waktu satwa beristirahat.
Dalam rangka menjaga kelestarian pohon asam, sebaiknya pihak pengelola TN Baluran melakukan atau menetapkan pengaturan dalam pola pemanfaatan
asam dengan cara dan mekanisme yang aman tanpa merusak kelestarian pohon tersebut. Selain itu, untuk meminimalisir gangguan terhadap ketenangan satwa
dilakukan pengaturan lokasi atau zonasi pengambilan buah asam tersebut.
5. Kayu Bakar