Rambanan Madu Jenis-jenis Sumberdaya Hutan yang Dimanfaatkan

diperlukan pembatasan lokasi dan pengaturan cara dan mekanisme yang aman sehingga potensi sumberdaya hutan tetap lestari.

7. Rambanan

Seperti halnya dengan rumput, pemanfaatan rambanan dilakukan hampir setiap hari di daerah Tekok Abu, Lemabang, Licin, Watu Numpuk, Alas Malang, Paleran, Pengarengan, Tlogo, Gatel, Puyangan, Perengan, Sumiang dan sepanjang Batangan-Bekol. Rambanan atau daun-daun muda dimanfaatkan juga oleh masyarakat desa penyangga TN Baluran sebagai pakan ternak kambing. Adapun jenis-jenis yang dimanfaatkan antara lain lamtoro Leucaena leucocephala, walikukun Schoutenia ovata, kesambi Scleicheira oleosa, asam Tamarindus indica, talok Grewia acuminata, kayu pahit Diospyros montana, janti Sesbania sericea. Pemanfaatan rambanan umumnya dilakukan oleh masyarakat Desa Wonorejo dan Desa Sumberwaru. Biasanya pengambilan rambanan dilakukan sembari mengambil rumput juga khususnya dilakukan oleh masyarakat yang memiliki ternak sapi dan kamb ing. Sama halnya dengan pengambilan rumput, selain dipikul pengambil rambanan juga lebih banyak menggunakan sepeda. Sehingga dalam satu sepeda memuat 1-2 ikat rumput dan 1 ikat rambanan. Rambanan biasanya mereka gunakan untuk keperluan ternaknya sebagai pakan ternak sehingga sangat jarang ditemui masyarakat yang menjual rambanan karena TN Baluran menyediakan cukup banyak pakan ternak tersebut. Berdasarkan wawancara, seandainya rambanan tersebut mereka jual maka harga 1 ikat rambanan yaitu Rp.1.500,00 sampai Rp. 3.000,00. Sama halnya dengan rumput, pengambilan rambanan juga dalam kawasan TN Baluran menyebabkan turunnya potensi persediaan pakan satwa liar herbivor. Gambar 17. Aksi Pengambilan Rambanan dengan Sepeda Selain itu pengambilan rumput juga memicu pemanfaat untuk mengambil sumberdaya hutan la innya dari dalam kawasan TN Baluran. Oleh karena itu, dalam pengambilan rambanan juga perlu pengaturan yang sesuai dengan konservasi.

8. Madu

Madu merupakan salah satu sumberdaya hutan yang juga dimanfaatkan oleh masyarakat desa penyangga TN Baluran. Umumnya pemanfaatan ini dilakukan oleh masyarakat Desa Wonorejo yang berbatasan langsung dengan TN Baluran. Lokasi pemanfaatan madu di dalam kawasan TN Baluran antara lain di timurnya Rawo Jambe, Kali Kepuh, Palokan, Curah Ulin, Glingseran, Gunung Lengker, Bekol. Pemanfaatan madu biasanya dilakukan pada musim tumbuhan berbunga antara Bulan Juni sampai Bulan Agustus. Berdasarkan wawancara, pada musimnya hampir tiap hari sebagian masyarakat mencari madu ke dalam kawasan TN Baluran. Berdasarkan wawancara, dalam sehari pencari madu bisa mendapatkan madu 2-3 botol. Tetapi adakalanya juga dalam sehari tersebut mereka tidak mendapatkan madu sama sekali. Pengambilan madu menggunakan asap untuk mengusir lebahnya. Setelah didapat madu tersebut kemudian diperas, disaring untuk diambil airnya dan dimasukkan ke botol. Satu botol madu dijual dengan harga Rp 20.000,00 sampai Rp 25.000,00. Pengambilan madu juga memicu pemanfaat untuk mengambil sumberdaya hutan lainnya yang dikhawatirkan merusak kelestarian potensi sumberdaya hutan. Selain itu, karena dalam pengambilannya menggunakan asap sebagai pengusir lebah maka tidak menutup kemungkinan juga terjadinya kebakaran hutan. Sehingga untuk menghindari hal yang demikian, pembinaan daerah penyangga Gambar 18. Bekas Pengambilan Madu sangatlah penting. Salah satu cara pembinaan pemanfaat madu yaitu adanya budidaya lebah madu di luar kawasan TN Baluran khusunya di desa penyangga dimana bibitnya berasal dari kawasan TN Baluran. Sehingga dengan cara ini dapat mengurangi atau mungkin menghentikan frekuensi masuknya pengambil madu ke dalam kawasan TN Baluran karena mereka telah memiliki pekerjaan budidaya lebah madu sebagai kegiatan pembinaan desa penyangga yang dikembangkan di luar kawasan TN Baluran.

9. Krotoangkrang