Daun Gebang Kobel Jenis-jenis Sumberdaya Hutan yang Dimanfaatkan

No Jenis Sumberdaya Hutan Waktu Bulan 8 Kroto Sepanjang tahun 9 Madu Sepanjang tahun 10 Rambanan Sepanjang tahun 11 Kayu bakar Sepanjang tahun 12 Rumput Sepanjang tahun Beberapa jenis sumberdaya hutan dan kegiatan pemanfaatan yang dilakukan oleh masyarakat desa penyangga TN Baluran antara lain :

1. Daun Gebang Kobel

Gebang Corypha utan merupakan jenis palem yang kokoh dan kuat, berbatang satu, bentuk tiang, tinggi hingga 30 meter. Tumbuhan ini banyak dijumpai di daerah atau kawasan pantai TN Baluran bahk an hampir di seluruh zonasi TN Baluran dijumpai tumbuhan gebang kecuali di zona pemanfaatan tradisional Lihat Lampiran 5. Lokasi pemanfaatan pupus gebang oleh masyarakat desa penyangga TN Baluran antara lain mulai dari Sumber Kodung, Alas Malang, Bilik, Merak, Kajang, Bama, Sirontoh, Candibang, Curah Ulin, Sirokoh, Sumiang, Dadap, Palongan, Kalikepuh, Sambikerep, Puyangan sampai ke Perengan. Daunnya yang masih muda atau lebih dikenal dengan pupus gebang kobel banyak dimanfaatkan untuk tali temali khususnya oleh masyarakat desa penyangga TN Baluran yang berasal dari daerah Tenggiran, Desa Bajulmati. Selain itu, sebagian berasal dari Dusun Jelun, Desa Wonorejo dan daerah Karangtekok, Desa Sumberwaru. Di daerah Tenggiran terdapat empat orang pengepul pengumpul yang masing- masing pengepul minimal mempunyai 15 orang pelanggan pengambil pupus gebang. Dalam satu hari masyarakat bisa memperoleh kobel 2-5 kg dari ± 4 pohon gebang. Satu pohon gebang bisa menghasilkan ½ kg kobel. Pengambilan pupus Gambar 3. Tegakan Pohon Gebang gebang ini dilakukan dengan beberapa cara, untuk perempuan pengambil pupus gebang biasanya memungut yang jatuh ke lantai tanah atau mengambil dari anakan gebang. Berbeda halnya dengan kaum lelaki, mereka biasanya mengambil dengan bantuan galah bambu yang dipasang pisausabit diujungnya. Apabila panjang galah tidak mencapai sasaran maka dilakukan pengambilan dengan memanjat pohon gebang. Dalam hal ini, untuk mempermudah memanjat, mereka membuat anak tangga yang dipaku ke pohon tersebut sebagai pegangan dan injakan kakinya. Pengambil gebang biasanya berangkat dari rumahnya sekitar pukul 04.00 WIB dan pulang dari alas hutan sekitar pukul 17.00 WIB. Jika tidak ada patroli gabungan, mereka hampir tiap hari mengambil pupus gebang dari dalam kawasan TN Baluran. Kalau pun mereka liburtidak mencari pupus gebang, mereka memproses pupus tersebut yang telah diperolehnya. Untuk mempermudah dan memperingan dalam membawanya ke tempat tinggal, umumnya pengambil membuang dahulu lidinya di hutan. Tetapi ada juga pengambil pupus gebang yang membawa pupus tersebut tanpa dibuang lidinya terlebih dahulu. Untuk pengambil yang demikian, mereka membuang lidinya di tempat tinggalnya. Setelah daun gebang tersebut terbagi dua kemudian diserut salah satu bagian permukaannya yang cukup kuat lalu dijemur dalam ikatan- ikatan untuk mempermudah pengeringan sampai berwarna kecoklat-coklatan. Proses dari pembuangan lidi sampai penjemuran bisa menghabiskan waktu ± 3 hari. Setelah itu, daun gebang siap untuk dijual. Daun tersebut dibeli oleh pengepul dengan harga Rp. 4000,00 sampai Rp. 4500,00kg. Dengan kualitasnya yang cukup kuat untuk tali temali maka daun gebang ini biasanya dijual oleh para pengepul ke Pasuruan. Di Gambar 4. Aksi Pengambilan Daun Gebang Gambar 5. Aksi Pembuangan Lidi Daun Gebang Pasuruan tali gebang tersebut diproses menjadi tampir yang selanjutnya dapat dijadikan tas, topi, tutup lampu dan kerajinan lainnya. Pengambilan gebang menimbulkan kerusakan tegakan gebang di lokasi serta kondisi habitatnya. Pada umumnya, kondisi fisik tanaman yang rusak, baik pada gebang dalam pertumbuhan awal anakan atau pada gebang dewasa, ditandai dengan tinggi tanaman yang tidak merata dengan tinggi rata-rata hanya 6 meter karena pertumbuhan yang terganggu. Selain itu juga, kondisi daun yang tidak normal, yaitu banyak tangkai daun yang patah atau akibat pemotongan dan pengambilan daun mudapupus. Banyak diantaranya yang nampak mati sebelum keluar malai tandan bungabiji karena pengambilan daun muda yang tanpa perhitungan. Dan sejak anakan, dimana dianggap oleh pemanfaat gebang telah menghasilkan daun mudakobel yang secara kriteria telah memenuhi standar untuk diambil, maka tanpa peduli mereka pun mengambilnya juga. Sedangkan dari kondisi habitatnya, di lokasi tersebut nampak areal-areal terbuka yang merupakan akibat dari matinya tegakan gebang pada pertumbuhan awal. Hal ini mengurangi kerapatan dari tegakan gebang di lokasi tersebut. Penanganan yang dilakukan untuk mengendalikan kegiatan pemanfaat daun gebang tersebut diantaranya yaitu dengan memberikan penyuluhan dan pemahaman kepada masyarakat akan akibatdampak negatif dari perusakan tersebut. Di samping itu juga perlu patroli lapangan secara rutinterpadu untuk mencegah masyarakat melakukan pengambilan bagian-bagian gebang tersebut. Upaya lainnya, yaitu dengan berupaya memberikan aktivitas ekonomi alternatif lain tanpa masuk kawasan TN Baluran. Langkah lainnya dengan pendekatan kepada para pengepul, sebagai pemilik modal, agar mengarahkan anak buahnya untuk meminimalisir pengambilan daun gebang dari dalam kawasan taman nasional dan berupaya mengatur pola pemanfaatan daun gebang dalam kawasan TN Baluran yang memenuhi kaidah kelestarian sehingga walaupun adanya pemanfaaan, tegakan gebang mempunyai tenggang waktu untuk regenerasi secara optimal.

2. Biji gebang kelanting