4. Mata Pencaharian HASIL DAN PEMBAHASAN A.

Rendahnya tingkat pendidikan dan keterampilan yang dimiliki mengakibatkan rendahnya keterampilan untuk memasuki pasar lapangan pekerjaan secara umum yang berdampak pada sempitnya lapangan pekerjaan yang dapat mereka peroleh. Tetapi dengan mencari sumberdaya hutan tidak mensyaratkan tingkat pendidikan atau keterampilan sehingga menjadi pemanfaat sumberdaya hutan di TN Baluran merupakan pilihan mereka untuk menggantungkan kehidupannya. Berdasarkan Bishop dan Tossaint 1987, menyatakan bahwa terdapat hubungan positif antara pendidikan formal dan pendapatan masyarakat. Bila pendidikan rendah maka pendapatannya juga akan rendah. Hal tersebut dikarenakan ketidakmampuan masyarakat yang berpendidikan rendah untuk menganalisa dan memanfaatkan informasi yang berkaitan dengan peluang- peluang untuk memperoleh serta meningkatkan penghasilan. Sementara itu, pemanfaat sumberdaya hutan dengan tingkat pendidikannya lebih tinggi SMP dan SMA hanya sedikit yaitu 12,00 dan 4.67. anggota masyarakat berpendidikan lebih tinggi dan memiliki keterampilan, merasa lebih memiliki peluang untuk memperoleh pekerjaan yang lebih baik dibanding mencari sumberdaya hutan.

A. 4. Mata Pencaharian

Dalam penelitian ini, mata pencaharian pemanfaat sumberdaya hutan dikelompokkan menjadi tiga kelompok yaitu petani, buruh tani, dan wiraswasta. Petani adalah orang yang memiliki dan mengelola lahan baik itu lahan sendiri, lahan milik maupun lahan garapan. Sedangkan buruh tani tidak memiliki lahan, tidak menyewa lahan dan juga tidak menggarap lahan orang lain. Aktivitas pertanian yang dilakukan buruh tani hanya bila permintaan dari pemilik lahan. Upah bagi seorang buruh tani di daerah sekitar TN Baluran berkisar antara Rp.7.500,00 sampai Rp. 10.000,00 per hari. Kelompok pemanfaat sumberdaya hutan yang berwiraswasta meliputi pedagang, kusir, tukang pijat dan pekerja bengkel yang juga tidak memiliki lahan. Tabel 13. Mata Pencaharian Pemanfaat Sumberdaya Hutan Jumlah Pemanfaat Tiap Desa Desa Wonorejo Desa Sumberwaru Desa Sumberanyar Desa Bajulmati Desa Watukebo Mata pencaharian Jml Jml Jml Jml Jml Total Persen Petani 13 31,71 9 25,00 11 34,38 7 22,58 2 20,00 42 28.00 Buruh Tani 22 53,66 23 63,89 17 53,12 20 64,52 7 70,00 89 59.33 Wiraswasta 6 14,63 4 11,11 4 12,50 4 12,90 1 10,00 19 12.67 Jumlah 41 100,00 36 100,00 32 100,00 31 100,00 10 100,00 150 100.00 Tabel 13 menunjukkan bahwa sebagian besar pemanfaat sumberdaya hutan bermata pencaharian sebagai buruh tani sebanyak 59,33. Pendapatan yang diperoleh dari hasil bekerja sebagai buruh tani tidak sepadan dengan jerih payah yang dilakukan sehingga menyebabkan mereka lebih tertarik untuk memanfaatkan sumberdaya hutan yang diambil dari dalam kawasan TN Baluran. Penghasilan yang diperoleh dari pemanfaatan sumberdaya hutan dirasakan lebih menguntungkan dibandingkan jika mereka bekerja sebagai buruh tani yang hanya dapat dilakukan pada saat musim tanam dan musim panen tiba. Sehingga tidak mengherankan bila pekerjaan memungut sumberdaya hutan dari dalam kawasan TN Baluran yang pada awalnya hanya dijadikan sebagai pekerjaan sambilan untuk menambah penghasilan, lambat laun menjadi pekerjaan utama karena ternyata hasil yang diperoleh lebih besar dibandingkan dengan pendapatan di luar pemanfaatan sumberdaya hutan.

A. 5. Kepemilikan Lahan