19
melangsungkan hidup, memenuhi kebutuhan sosial, politik dan ekonominya. Pola hubungan dalam konsep organisasi sebagai pranata sosial berlangsung
berdasarkan sistem simbol atau ikon yang disepakati secara sosial, diintegrasikan dengan sumberdaya yang ada lingkungan alam, fisik, sosial budaya dan
perubahannya sehingga membentuk pola perilaku secara pribadi dan sosial. Keberadaaan dan cara bekerja pranata sosial – termasuk organisasi
kesenian – hanya akan terus berlangsung sepanjang masih ada pelaku, pendukung atau subsistem dari sistem tersebut. Interaksi, interrelasi, interdepensi antara
subsistem akan berkembang menjadi pranata sosial dimana aktivitas manajemen berlangsung di dalamnya.
Model 3; Pola hubungan organisasi sebagai Pranata Sosial
Rohidi, Tjetjep R, 2000: Kesenian dalam Perspektif Kebudayaan, STISI Press, Bandung
Dalam hubungannya dengan pengelolaan manajemen organisasi kesenian, pola organisasi sebagai pranata sosial nampaknya lebih banyak dipilih karena
sifatnya yang alamiah dan mekanisme hubungan organisasinya lebih longgar. Akan tetapi jika dipertimbangkan adanya kebutuhan organisasi untuk dapat
bertahan atau melakukan ekspansi, sifat alamiah dan mekanisme yang longgar
Pedoman Sistem Simbol
Strategi Adaptif
PERILAKU DAN POLA PERILAKU
BERKESENIAN KEBUTUHAN PRIBADI
SOSIAL BUDAYA
SUMBER DAYA LINGKUNGAN ALAM-FISIK
SOSIAL-BUDAYA DAN PERUBAHANNYA
PRANATA-PRANATA KESENIAN
20
tidak dapat bertahan dari berbagai ancaman, persaingan, maupun berbagai tuntutan kebutuhan globalisasi dan teknologi informasi yang makin kompleks.
Untuk mengantisipasi perkembangan dunia manajemen serta tuntutan globalisasi, perkembangan teknologi dan informasi, maka akan lebih tepat jika
organisasi kesenian dapat mengadopsi pola interaksi, interrelasi dan interdependensi dalam aktivitas organisasinya, dengan pertimbangan pola tersebut
sangat terbuka dan inovatif.
2.3 Pola Hubungan dalam Sistem Manajemen
Dalam manajemen organisasi, saling hubungan dan saling ketergantungan antar berbagai unit atau komponen dapat dibedakan pada hubungan yang bersifat
menegak vertikal dan hubungan mendatar horisontal. Pola tersebut dimaksudkan untuk menunjukkan otoritas atasan – bawahan, struktur hubungan
atasan – atasan, ataupun struktur hubungan sesama staf Murdick dan Ross, 1982:11.
Secara teknis, manajemen sebagai sistem yang bersifat formal memungkinkan pendelegasian otoritas, memperjelas pembagian fungsi-fungsi
yang telah ditetapkan dalam struktur, dasar-dasar pengambilan keputusan, dan prosedur yang harus diikuti oleh anggota organisasi, yang membantu mereka
dalam menjalankan tugas-tugasnya. Sistem, struktur, prosedur, dan respon yang terpola membantu pengelola manajemen dalam merencanakan dan mengelola
strategi untuk mencapai tujuan Marciarello dan Kirby, 1994:8.
21
Pola hubungan selanjutnya terdapat pada proses dialektika manusia dalam kebudayaan, dimana proses interrerlasi dan interdependensi antar sub sistem
merupakan sebuah dinamika sosial yang akan melahirkan sistem-sistem baru yang lain. Dari interaksi kebudayaan yang terdiri dari tujuh unsur itu salah satu
diantaranya adalah kesenian, akan lahir berbagai pola hubungan dan sub sistem kebudayaan yang memiliki berbagai bentuk dan disiplin baru. Koentjaraningrat,
2004:19 Salah satu ciri dari sistem kebudayaan adalah adanya pembagian kerja
didalamnya, yang bisa dilakukan menurut keahlian atau spesifikasi masing- masing anggota yang terlibat dalam sistem. Pembagian kerja menurut skill atau
keahlian menuntut bukan hanya pengetahuan tentang skill itu sendiri, melainkan juga memerlukan suatu penata-usahaan atau manajemen agar terjadi
keseimbangan, pengendalian dan pengembangan yang adil dan bermanfaat bagi kelangsungan sistem kebudayaan tersebut.
Dari ke tiga pola relasi organisasi yang dikemukakan hubungannya dengan kenyataan yang berlangsung di masyarakat, peran manajemen sangat dibutuhkan
dalam rangka merencanakan, mengatur, memimpin dan mengendalikan kelangsungan dari sistem-sistem oranisasi tersebut.
2.4 Pola Hubungan dalam Manajemen Organisasi Dewan Kesenian Jawa
Tengah
Sudah menjadi sifat manusia untuk hidup berorganisasi atau berkumpul dengan komunitas atau kelompoknya masing-masing, demikian pula dengan