Pelaksanan Program Kerja Sistem Administrasi dan Keuangan

73 Adapun matrik yang tersusun adalah sebagai berikut : Tabel 8 Parameter dan Nilai Kegiatan Dewan Kesenian Jawa Tengah 2003 – 2005 Tahun Kegiatan 1 2 3 4 5 6 Nilai 2003 Pemberian Anugerah Seni 15 15 15 20 20 15 90 Seminar Tradisi Lisan 15 15 15 15 - 10 70 Jateng Expo 2003 15 15 10 10 05 10 65 Pameran Seni Rupa 10 10 10 10 15 10 65 Parade Musik 10 10 15 10 10 10 65 Baca Puisi Chairil Anwar 15 15 15 10 05 15 75 Pameran Lukisn LRP 15 15 15 05 05 10 65 Seminar Jagad Jawa 15 15 20 20 15 20 95 Dialog Budaya Islam Jawa 15 10 15 15 10 15 80 Potpourri Kemerdekaan 15 10 10 15 05 10 65 2004 Existing Patung Kuda Api 15 15 15 20 05 15 85 Ritual 100 hari Tsunami 15 15 15 20 05 10 70 Pagelaran WO SBN 10 10 15 20 05 10 70 2005 Workshop Manajemen Organisasi 15 15 10 05 10 10 75 Anugerah Seni 15 15 10 15 10 10 75 Lokakarya Naskah Sinetron Festival Dunia Bambu 15 15 15 15 10 25 10 15 10 15 10 15 70 100 Pameran Seni Rupa 10 10 10 10 15 15 70 Festival Penata Tari Muda 15 15 10 05 10 15 70 Festival Teater Sekolah 15 15 15 10 10 15 75 Festival Musik Remaja 15 15 15 15 10 15 85 Pemberdayaan PKJT 10 15 10 15 15 15 80 Score rata-rata 75,23 74 Metode dan analisis yang digunakan untuk memberikan nilai pada masing-masing kegiatan dilakukan melalui prosedur berikut ; 1. Dilakukan pendekatan analisis dengan metode hermeneutik interpretasi, apresiasi, interpolasi pada masing-masing kegiatan untuk mengukur tingkat kekhususan, kesulitan teknis dan jangkauan publiknya. 2. Diasumsikan bahwa jumlah nilai maksimum tiap kegiatan adalah 100. 3. Pembobotan nilai pada masing-masing kriteria dianalogikan dengan pendekatan hermeneutik di atas, dengan kumulatif nilai 5 contoh: kegiatan yang dianggap mempunyai bobot interpretasi, apresiasi dan interpolasi nilainya adalah 5 X 3 = 15 4. Kegiatan dengan bobot nilai tertinggi adalah yang paling mendekati idealisasi hermeneutik pada masing-masing kriteriumnya 6 kriteria, dalam konteks ini adalah kegiatan Festival Dunia Bambu nilai maksimal 100, disusul kegiatan Seminar Jagad Jawa 95 dan Pemberian Anugerah Seni 90.

4.5.4 Prestasi Kinerja

Manajemen Kebanyakan organisasi kesenian – terutama Dewan Kesenian Jawa Tengah - tidak memiliki tradisi melalukan evaluasi terhadap program-programnya, sehingga tidak diketahui seberapa jauh keberhasilan atau kualitas pelaksanaan program tersebut. Kebiasaan tersebut 75 disebabkan paling tidak oleh dua hal: pertama tidak memiliki sumber daya manusia yang secara teknis dapat melakukan evaluasi program, ke dua tolok ukur keberhasilan kriterianya memang belum tersedia. Hal ini menyebabkan manajemen organisasi tidak berjalan sesuai fungsinya masing-masing, meskipun tetap berkegiatan secara aktif. Berdasarkan kegiatannya, ada dua pendekatan evaluasi manajemen organisasi yang dapat dilakukan pada kinerja Dewan Kesenian Jawa Tengah, pertama evaluasi SWOT strengths, weaknesses, opportunities, threat yang biasa berlaku pada organisasi manufaktur maupun lembaga profesi, dan kedua pendekatan sistemik berdasarkan beberapa parameter birokrasi.

4.5.4.1 Parameter Kinerja Manajemen – Evaluasi SWOT

Metoda evaluasi manajemen dengan sistem SWOT seperti dikemukakan oleh Rangkuty 2004, didasarkan pada realitas yang ada dimiliki saat ini, dengan menghadapkannya pada asumsi atau prediksi yang akan dihadapi, sehingga bersifat prediktif dan kurang mencerminkan kondisi yang faktual. Dilihat dari aksesnya pada pemerintah, masyarakat dan kelompok seniman, peluangnya bekerjasama dan mengembangkan potensi, ketersediaan dana dan sumberdaya manusia yang mencukupi dari aspek kredibelitas maupun akseptabilitasnya dibandingkan dengan realitas pengelolaan manajemen yang ada, dapat disimpulkan bahwa kinerja