Tahap Pengawasan : Apresiasi publik terhadap eksistensi Dewan Kesenian Jawa Tengah
93
hasilnya masih harus diterjemahkan melalui berbagai pendekatan, dalam konteks ini adalah pendekatan sistem, disamping masih banyak sumber
data yang harus diterjemahkan dianalisis. Dari berbagai paparan mengenai kondisi organisasi, kegiatan
administrasi, program kerja, kinerja organisasi dan kinerja pengurus, fluktuasi anggaran, hingga evaluasi organisasi dengan parameter SWOT
maupun sistemik, menunjukkan adanya interaksi, relasi dan kerjasama dalam pengelolaan manajemennya. Berbagai bentuk kegiatan itu
berlangsung pada lokasi dan penanggung jawab manajemen yang berbeda. Besaran anggaran bervariasi, sementara segmen penonton apresiannya
berbeda. Varian-varian kegiatan tersebut, dilakukan pada waktu dan tempatlokasi berbeda namun dalam payung organisasi yang sama. Awad
mendefinisikan fenomena tersebut sebagai sebuah sistem yang – meskipun berjalan terpisah dan sendiri-sendiri - berada dalam satu kesatuan atau
wholism, dengan ciri-ciri adanya interaksi – nterrelasi dan interdependensi antara satu komponensub system dengan komponen lainnya..
Dalam sudut pandang teori sistem, sinergi disiplin manajemen dengan sebuah entitas organisasi akan membentuk sub sistem yang baru,
yaitu sistem manajemen organisasi. Dengan demikian pengelolaan manajemen kesenian oleh Dewan Kesenian Jawa Tengah merupakan
sistem manajemen kesenian yang mempresentasikan keutuhan berbagai sub sistem komponen terkait. Selanjutnya, efektivitas sistem manajemen
kesenian tergantung pada dinamika organisasi kesenian masing-masing
94
dalam menggerakkan sub-sub sistem yang tercakup, serta seberapa jauh kemampuan melakukan evaluasi dengan parameter penilaian yang sesuai.