Pola Hubungan dalam Manajemen Organisasi Dewan Kesenian Jawa

22 seniman. Sebagai makhluk individu, seniman memiliki privacy berupa kebebasan berekspresi atau berkarya, tidak boleh terjadi intervenesi antara satu orang dengan orang lain. Namun, sebagai makhluk sosial, seniman membutuhkan kehadiran orang lain untuk membantu memenuhi kebutuhan sosialnya, seperti kebutuhan untuk makan, berpakaian, memperoleh keamanan. Meskipun demikian tidak semua seniman bersedia menyesuaikan organisasi masing-masing dengan sistem manajemen yang sama, hingga sesama organisasi seniman bentuk dan peraturannya seringkali berbeda. Meskipun terjadi perbedaan, berdasarkan tujuan dan bentuk organisasinya organisasi seni lembaga kesenian memiliki dua karakter yang spesifik, yaitu sebagai organisasi seniman yang aktivitasnya lebih dominan pada kegiatan penciptaan karya seni sanggar tari, kelompok teater, perkumpulan pelukis, dan organisasi kesenian yang aktivitasnya lebih cenderung pada penciptaan infrastruktur dan jaringan kesenian, seperti yayasan kesenian, lembaga pendidikan seni, atau dewan kesenian. Sebagai organisasi profesi ataupun jaringan organisasi, masalah yang dihadapi organisasi kesenian relatif sama. Pertama, kebutuhan perencanaan organisasi , misalnya darimana sumber dana untuk memenuhi anggaran rutin dan anggaran pengembangan organisasi antara lain biaya kantor, biaya operasional, biaya pengembangan, dll. Ke dua, masalah pengorganisasian program kerja, mencakup kebutuhan sumberdaya manusia, sosialisasi ide, gagasan dan pemasaran karya seni yang makin luas dan kompleks mulai dari kegiatan pameran, pementasan, diskusi, hingga penyediaan infra dan supra stuktur 23 kesenian. Ke tiga, masalah pengendalian dan atau pengawasan terhadap kinerja organisasi dan manajemen, antara lain bagaimana menciptakan mekanisme kerja yang efektif, pelaksanaan sistem evaluasi, sistem promosi, dan pengaturan strategi untuk mengantisipasi ancaman, peluang dan kendala yang mungkin terjadi.

2.5 Kerangka Teoretik

2.5.1 Manajemen Klasik dan Modern

Impikasi teori manajemen organisasi yang senantiasa berkembang menyebabkan teori-reori lama nyaris menjadi teori klasik, meskipun selalu diperbarui atau mengalami pembaharuan mengikuti kebutuhan yang berkembang. Teori manajemen klasik yang dipelopori oleh Henry Fayol 1841 – 1925, merupakan suatu usaha untuk mengenali prinsip-prinsip dan ketrampilan manajemen dan membuatnya menjadi lebih sistematik. Fayol percaya bahwa praktek manajemen yang mantap mempunyai pola tertentu yang dapat diidentifikasi dan dianalisis. Dari pemahaman dasar ini dia membuat rancangan untuk doktrin manajemen yang kompak, Salah satu doktrin yang masih tetap mempunyai kekuatan sampai hari ini. Dengan keyakinannya pada metode ilmiah, Fayol serupa dengan Taylor, yaitu orang yang sezaman dengannya bersama-sama mengembangkan teori manajemen yang kini sudah terbilang klasik, namun tetap up to date. Fayol mengembangkan organisasi total, dan Taylor pada dasarnya memikirkan fungsi organisasi. Fayol berhasil merubah paradigma yang berlaku sebelumnya bahwa “manajer dilahirkan, bukan dibentuk”. Ia meyakinkan bahwa 24 manajemen adalah suatu ketrampilan seperti keterampilan yang lain, sesuatu yang dapat diajarkan kalau prinsipnya dipahami. Berikutnya, teori manajemen dikembangkan dan direvisi oleh Max Weber 1864 – 1920, Mary Parker Follet 1868 – 1933, Chester I Barnard 1886 – 1961 dst. Teori Manajemen berkembang dari teori Aliran Tingkah Laku Hawthorne, 1933, Konsep Kendali Mutu 1970, hingga teori Pendekatan Ilmiah Maslow, Gregor; 1980:42 dan belum lama disusul dengan teori Pendekatan Sistem, yaitu yang memandang organisasi sebagai sistem yang dipersatukan dan diarahkan dari bagian-bagian yang saling berkaitan. Pendekatan ini membuka kemungkinan untuk melihat organisasi secara keseluruhan dan sebagai bagian dari lingkungan eksternal yang lebih luas. Teori sistem meramalkan bahwa aktivitas setiap segmen organisasi mempengaruhi segmen lainnya dengan tingkat pengaruh yang berbeda. Tingkat perbedaan pengaruh pada tiap segmen berkaitan dengan kemampuan para manajer dalam mengorganisasikan sistem-sistem manajemen yang ada dalam organisasi. Pada segmen inilah akan terlihat seberapa jauh efektivitas manajemen, yaitu dengan memperbandingkan kenyataan, fakta dan data yang ada pada tiap-tiap unit organisasi.

2.5.2 Manajemen Tahun 2000: Tesis Chandler

Pada penghujung tahun 2000 dan sesudahnya, dengan semakin luasnya cakupan globalisasi, berbagai organisasi harus mengagendakan kembali peran, fungsi dan strategi mereka menghadapi perkembangan teknologi, perubahan