86
4.6.3 Tahap Pengendalian Pengawasan : Apresiasi publik terhadap
keberadaan organisasi dan manajemen Dewan Kesenian Jawa Tengah
Meskipun sudah lebih dari dua belas tahun berkegiatan, banyak orang kurang peduli pada keberadaan DKJT. Dari 100 lembar kuesioner
yang dibagikan pada 100 orang responden hanya kembali 29 lembar, sementara dari 29 lembar tersebut 14 orang menyatakan tahu tentang
DKJT, 8 orang menyatakan pernah mendengar, dan 7 orang menyatakan tidak tahu. Secara acak, dari lembar jawaban yang masuk diketahui bahwa
prosentase apresiasi publik terhadap DKJT adalah sbb.:
Prosentase pemahaman publik pada Dewan Kesenian Jawa Tengah Uraian
jumlah responden
tahu setengah tahu
tidak tahu
Nama, lokasi, kegiatan
29 14 = 51
8 = 27 7 = 22
Susunan pengurus
29 7 = 22
3 = 8 19 = 70
Program kegiatan
29 4 = 12
3 = 8 22 = 80
Manfaat 29
13 = 47 9 = 34
7 = 22
Dari angka-angka dan prosentase di atas dapat dilihat bahwa kepedulian dan pengawasan publik pada keberadaan Dewan Kesenian Jawa Tengah
organisasi kesenian masih cukup rendah, seimbang dengan tingkat kepedulian apresian pada kegiatan yang dilakukan. Dengan kata lain, minat, kepedulian dan
pengawasan publik masyarakat pada organisasi kesenian sebanding dengan tingkat keacuhan mereka pada kegiatan kesenian itu sendiri.
87
4.6.4 Apresiasi terhadap ethos kerja pengurus
Berlangsungnya sistem manajemen organisasi adalah apabila semua komponen terlibat dalam interaksi dan kerjasama untuk mencapai tujuan
yang ditetapkan, serta mengikuti aturan permainan. Rangkuti, 2001: 29. Dalam konteks ini kinerja pengurus DKJT belum optimal, jika dilihat dari
volume daftar hadir rapat pengurus, volume kunjungan ke kantor, konsistensi sumbangan ide, wacana, dan usulan dengan pelaksanaan program kerja,
maupun ketepatan waktu untuk menyelesaikan kewajiban-kewajiban administrasi misalnya keterlambatan pembayaran pajak dan pelaporan SPJ
yang harus disampaikan pada publik maupun pada pemerintah daerah.
4.6.5 Evaluasi Kinerja Organisasi
Diantara berbagai fungsi manajemen, fungsi pengendalian atau pengawasan merupakan fungsi yang paling terabaikan. Hal ini disebabkan
mekanisme manajemen yang terlalu longgar, serta tradisi evaluasi yang bukan merupakan keharusan, didasarkan pada budaya Jawa “ewuh-
pekewuh” yang menghindarkan timbulnya konflik atau “rerasan” di dalam dan terlebih-lebih di luar sistem atau lembaga.
Temuan dilapangan berupa program kerja yang tidak dapat dipertanggung-jawabkan kegiatan dan keuangannya penerbitan karya
pemenang Lomba Cerita Pendek berbahasa Jawa, 2002, penerbitan naskah pemenang Lomba Menulis Naskah Sinetron, 2002, dan Kegiatan Apresiasi
Sastra, 2004 mengindikasikan bahwa sistem ini sebenarnya kurang kondusif karena tidak menjamin berlangsungnya suatu clean-management.