Manajemen Organisasi Kesenian Kerangka Teoretik
29
sistem. Titik singgung unsur-unsur organisasi dan manajemen terletak pada persamaan proses dan fungsi masing-masing: sistem organisasi berproses untuk
bekerjasama, sistem manejemen berfungsi untuk mencapai sasaran yang telah ditetapkan.
Jadi, kalau organisasi dan manajemen dalam entitasnya masing-masing bergabung dalam sebuah kesatuan unity maka proses itu sebenarnya merupakan
sebuah sinergi sinergy atau perpaduan dua buah disiplin yang memiliki kesamaan struktur, proses, fungsi, bahkan bermuara pada disiplin ilmu yang sama.
Sinergi atau sintesis antara manajemen dan organisasi atau manajemen organisasi yang dilakukan secara sistematis berhasil mengantarkan lembaga ekonomi dan
sosial dunia yang besar semakin eksist seperti Microsoft atau Ford Foundation. Organisasi kesenian seharusnya terinspirasi untuk mengelola lembaga atau
institusi kesenian dengan manajemen organisasi yang benar, termasuk diantaranya pengelolaan manajemen organisasi Dewan Kesenian Jawa Tengah.
Organisasi kesenian memiliki bentuk yang khas yakni sebagai organisasi profesi seni yang mempresentasikan kreativitas seniman, medium berproses seni,
maupun sebagai lembaga seni yang mempresentasikan kepentingan kesenian. Sedangkan karakteristik seniman biasanya lebih cenderung sebagai individualis,
bebas, dan tidak mau dibatasi dengan peraturan-peraturan yang dianggap mengurangi kebebasannya itu.
Menurut Edi Haryono 2005, karakter organisasi kesenian diantaranya adalah bersifat kekeluargaan dengan sikap toleransi yang tinggi, dan mempunyai
ketergantungan pada pimpinan organisasi.
30
Dalam manajemen organisasi, karakter-karakter khas organisasi atau anggota organisasi tidak dapat ditolerir, sebaliknya hal-hal yang bersifat khusus
harus digeneralisasikan dengan prinsip-prinsip umum manajemen. Kebanyakan organisasi kesenian tidak atau kurang mengindahkan hal ini, bahkan kadang-
kadang lebih terbawa pada karakternya yang khusus daripada mengikuti prinsip- prinsip umum manajemen. Akibatnya banyak organisasi kesenian yang tidak
dapat bertahan lama atau mengembangkan diri, semakin lama semakin surut, dan pada akhirnya terpaksa tidak aktif atau membubarkan diri. Organisasi kesenian
yang mampu eksist pada umumnya telah menyesuaikan diri dengan perkembangan manajemen organisasi. seperti perkumpulan seni wayang orang
“Sekar Budaya Nusantara” yang mengorganisasikan kesenian tradisional dengan manajemen modern, dan berhasil mengangkat citra kesenian tradisi dalam
percaturan peristiwa kesenian nasional dan internasional. Bandingkanlah dengan nasib perkumpulan wayang orang Ngesti Pandowo, Semarang, yang menyurut
pamornya karena gagal mengintegrasikan sistem manajemen modern dalam organisasinya.
Integrasi prinsip manajemen dalam organisasi seni dimulai dengan mempertemukan formula yang spesifik yang menjadi ikon organisasi, misalnya
“kesenian”, dengan prinsip-prinsip umum manajemen yaitu perencanaan, pengorganisasian, pengendalian dan pengawasan aktivitas berkesenian. Tujuannya
adalah mengembangkan ikon atau kekhasan yang dimiliki organisasi menjadi sesuatu kekuatan atau “trade mark” dan membentuk citra positif brand-image
organisasi.
31
Dilihat dari fenomena tersebut, persoalan utama yang dihadapi organisasi kesenian dalam mengelola manajemen organisasinya adalah mengadaptasikan
merencanakan, mengorganisir, memimpin kelebihan aspek-aspeknya yang spesifik atau khas dengan prinsip-prinsip umum manajemen, serta menjadikannya
sebagai core poros kegiatan organisasinya. Pengelolaan manajemen kesenian dapat mengacu pada konsep
“Manajemen Organisasi Kesenian” yang diintrodusir oleh LPPM Prasetya Mulya sebagaimana bagan berikut;
PROSES MANAJEMEN KESENIAN
LPPM Prasetya Mulya, 2002: Diktat Workshop Manajemen Organisasi Kesenian, Jakarta
Pada ilustrasi di atas, pusat kegiatan organisasi kesenian adalah pada program atau tujuan organisasi. Program tersebut dibreakdown kedalam fungsi-
fungsi manajemen untuk dilaksanakan, dengan mekanisme kontrol pada masing- masing fungsi secara berjenjang. Berikutnya, masing-masing fungsi
PERENCANAAN
I de, Konsep, Gagasan Wacana seni
PENGARAHAN
Produksi, Reproduksi Kritik Seni
PENGENDALI AN
Waktu, Anggaran, Sasaran
PENGORGANI SASI AN
Cipta, Karya, Lingkup Sosial
PROGRAM TUJUAN
32
mengintegrasikan kembali seluruh kegiatannya pada programtujuan organisasi, tautannya dengan fungsi-fungsi lain yang saling terkait dan saling tergantung.
Pemecahan atau perincian kegiatan mencakup wilayah-wilayah kesenian, sumberdaya berkesenian dan institusi seni sebagaimana diilustrasikan pada bagan
di bawah ;
Adapun motif ikatan keterkaitan dan ketergantungan diantara sesama manusia – termasuk seniman – disebabkan karena:
“ …. orang hidup dalam lingkungan kebudayaan yang memberi pedoman untuk bertindak dalam suatu kerangka pola-pola kelakuan, yang terwujud
dalam bentuk kebiasaan, kesepakatan dan berbagai cara penanggulangan yang dipranatakan dalam kehidupan sosialnya. Maka perwujudan karya
seni yang mencerminkan kelompok juga menjadi ciri-ciri umum yang mendasari ciri-ciri pribadi tersebut. Dalam pengertian ini bagaimanapun
menonjolnya gaya individual dalam karya seni, ia akan diterima secara sosial jika terdapat asas-asas di belakangnya yang dipahami secara
bersama ….” Wallace dalam Rohidi, 2000:241.