Visi Dewan Kesenian Jawa Tengah
55
fungsinya, visi DKJT dapat diformulasikan sebagai “ organisasi kesenian mitra kerja Pemerintah Daerah Provinsi Jawa Tengah dalam melestarikan,
mengembangkan, dan memelihara kehidupan kesenian masyarakat Jawa Tengah.”
4.1.4.2Misi
4.1.4.2.1 Misi Pengembangan Seni dan Kebudayaan
Dari analisis program kegiatan yang dilaksanakan pada Dewan Kesenian Jawa Tengah, tampaknya misi organisasi ini tidak berorientasi pada struktur
kelembagaan seni, tetapi pada kultur pemberdayaan kesenian. Misi kultural itu dapat dilihat misalnya dari keberpihakan DKJT pada program pelestarian
lingkungan Candi Borobudur, melalui penyelenggaraan seminar Jagad Jawa pada bulan Mei 2003. Rekomendasi seminar ternyata dapat mempengaruhi kebijakan
pemerintah untuk meninjau kembali perluasan kawasan komersial di sekeliling Candi Borobudur, yang terkenal dengan program “Jagad Jawa”.
2
Indikasi lainnya diperoleh dari penyelenggaraan acara “Dialog Budaya Islam dengan Budaya Jawa” yang diselenggarakan DKJT pada pertengahan tahun
2003. Tema ini merupakan tema yang cukup krusial karena locus DKJT yang berada dalam wilayah pengaruh kedua kebudayaan itu, maupun dilihat dari
implikasi perbenturan dua arus kebudayaan tersebut yang dapat melibatkan sebagian besar masyarakat Jawa yang penganut sinkretisme.
Selanjutnya dapat dilihat juga dari kegiatan “Festival Dunia Bambu” Agustus 2005 yang berusaha memberdayakan potensi bambu dari aspek sosial
2
Program ini semula bernama “Java Care”, sebuah rencana perluasan taman-taman di sekitar Candi Borobudur untuk kawasan bisnis yang diintrodusir oleh Pemerintah provinsi Jawa Tengah
pada awal tahun 2002, namun ditolak masyarakat setempat sehingga dibatalkan oleh Pemerintah Provinsi Jawa Tengah pada penghujung 2003 Kompas, 24 Maret 2004
56
dan ekonomi, maupun apresiasi kesenian rakyat yang menggunakan medium bambu, penyelenggaraan Seminar Tradisi Lisan Juni 2002, Pementasan
Wayang Orang bekerjasama dengan Yayasan Sekar Budaya Nusantara Agustus 2004.
Komitmen DKJT untuk mengapresiasi budaya global tercermin dari program DKJT untuk merayakan kehadiran pluralisme dalam kesenian,
diantaranya pada beberapa kegiatan pameran senirupa, pergelaran musik, sastra dan pementasan teater.
Pada penghujung tahun 2005 diselenggarakan pameran senirupa bertema feminisme, yang diikuti para perupa perempuan dari berbagai kota di Jawa
Tengah dan beberapa kampus di Semarang. Pada pertengahan tahun 2004 DKJT menyelenggarakan “Pergelaran Musik Dua Bangsa” menghadirkan pemusik lagu-
lagu folk dari Spanyol Blanco Fadol untuk bersession dengan grup musik keroncong Congrock. Pada bulan Maret 2006, DKJT kembali menghadirkan
pemusik van Katoen dari Belanda untuk berpentas dengan grup-grup musik rock dari Semarang dan sekitarnya. September 2005 DKJT mensponsori pengiriman
penyair dan cerpenis Semarang Triyanto Triwikromo untuk membacakan cerpen- cerpennya di beberapa kampus dan komunitas sastra di Australia. Sebelumnya
wakil DKJT Djawahir Muhammad ditunjuk menjadi board of culture pada kunjungan delegasi Jawa Tengah ke beberapa negara Eropa 2002 dan ke
beberapa kota di China 2004 Melalui pendekatan program budaya tersebut, evaluasi kinerja manajemen
pada Dewan Kesenian Jawa Tengah seharusnya tidak hanya dilihat dari aspek-
57
aspeknya yang dapat dilihat tangibel, namun perlu diperhatikan pula dari program visi organisasi, yang tidak dapat dilihat intangible yaitu aspek
intrinsik sebuah program kerja. 4.1.4.2.2
Misi Pendidikan Kesenian Pendidikan kesenian merupakan tujuan terpenting Dewan Kesenian Jawa
Tengah, merujuk pada tanggung jawab pendidikan sebagai tanggung jawab bersama pemerintah, orangtua dan masyarakat penjelasan UUD 1945, pas. 27
ayat 1. Pendidikan yang dimaksud disini tentunya bukan hanya pendidikan umum, melainkan juga pendidikan kesenian. Dewan Kesenian Jawa Tengah
sebagai mitra kerjasama Pemerintah Provinsi Jawa Tengah mengintegrasikan program pendidikan seni pada semua kegiatan yang dilaksanakan yaitu secara
intrinsik melekat pada program-program kerja yang dilaksanakan. Target pendidikan kesenian yang diusahakan adalah untuk menyetarakan
porsi pendidikan kesenian sama dengan program kurikulum lainnya. Tidak cukup hanya sebagai pelajaran ekstra kurikuler seperti tertera dalam sistem pendidikan
nasional sekarang ini Salam, 2001. Secara eksplisit, misi pendidikan kesenian pada Dewan Kesenian Jawa
Tengah terdapat pada semua program kerja Komite, yang dilakukan dengan pendekatan konsep “belajar dengan, tentang dan melalui kesenian”. Karena
keterbatasan fasilitas, pendidikan kesenian di DKJT tidak dapat dilakukan secara klasikal, tetapi melalui lomba, ceramah, kursus, penerbitan, pementasan dsb.
Sepanjang tahun 2002 – 2005 tercatat lebih dari seratus kegiatan pendidikan seni yang diselenggarakan melalui program lomba, pementasan,
58
pendampingan, pemberian subsidi dan pemberian penghargaan. Bila digabungkan dengan kegiatan Dewan-dewan Kesenian Daerah, jumlah kegiatan
yang bersifat pendidikan seni pasti jauh lebih besar lagi.