Tahap Pengorganisasian : Pengelolaan sistem manajemen

91 realitas atau kenyataan yang ada di lapangan grounded. Mengacu pada pendekatan grounded research Schlegel 1976 temuan hasil penelitian di atas perlu dianalisis dalam rangka menguji hipotesis apakah benar terjadi relasi yang signifikan antara manajemen kesenian, parameter evaluasi, dan efektivitas organisasi kesenian dengan studi kasus Dewan Kesenian Jawa Tengah : 1 Sebagian besar program yang direncanakan sepanjang tahun 2003 – 2005 telah dilaksanakan. Dari kurang lebih 40 kegiatan, hanya terdapat 3 – 4 kegiatan yang tidak belum direalisasikan dan dilaporkan hasilnya. Artinya, 90 perencanaan kegiatan telah dilaksanakan, terlepas dari kualitas kegiatan yang beragam score atau nilainya. 2 Pelaksanaan kegiatan pengorganisasian mendapat respon yang cukup baik dari publikmasyarakat, dilihat dari isi liputan media massa, sponsorship sebagai indikasi tingkat kepercayaan dunia usaha, serta apresiasi pemerintah pada usulan dan kegiatan yang diajukan cukup baik dilihat dari jumlah anggaran yang dikucurkan setiap tahunnya cukup konstan, bahkan cenderung ada kenaikan. 3 Penyerapan anggaran kegiatan terealisir 100, disertai laporan pertanggungan jawab yang diterima oleh pemberi anggaran pemerintah, sponsor 92

4.7.1.3 Tahap Pengawasan : Apresiasi publik terhadap eksistensi Dewan Kesenian Jawa Tengah

Dalam pola hubungan komunikasi organisasi, maka fungsi pengawasan identik dengan keterlibatan publik secara aktif pada kegiatan organisasi, misalnya dari respon, feedback atau minat terhadap sebuah objek komunikasi Krippendorf, 1993:63. Bentuk evaluasi apresiasi komunikasi publik terhadap Dewan Kesenian Jawa Tengah antara lain dapat dilihat dari fenomena berikut : 1 Sebagaimana telah dikemukakan pada paparan apresisi publik terhadap keberadaan organisasi DKJT, terdapat 29 dari 100 lembar angket kuesioner yang dijadikan “random” opini publik. Sebenarnya, penggunaan random kurang tepat dalam perspektif pendekatan kualitatif yang dipakai penelitian ini. Meskipun demikian angka-angka yang diperoleh dari angket tersebut dapat menjadi pembanding dalam menganalisis beberapa subjek penilaian, antara lain Persepsi Publik, tingkat apresiasi, dan pengenalan aspek fisik pada objek yang diteliti. Analisis kuantitatif dari angket tersebut menyimpulkan bahwa pemahaman publik terhadap aspek-aspek fisik organisasi Dewan Kesenian Jawa Tengah masih jauh dari cukup. Tentang prosentase pemahaman aspek fisik organisasi DKJT dapat dibaca pada halaman 80. Meskipun secara tekstual hasil angket menyimpulkan bahwa sebagian masyarakat belum mengenal DKJT, namun angket tersebut hanyalah sebagian dari sistem data untuk keabsahan penelitian, yang 93 hasilnya masih harus diterjemahkan melalui berbagai pendekatan, dalam konteks ini adalah pendekatan sistem, disamping masih banyak sumber data yang harus diterjemahkan dianalisis. Dari berbagai paparan mengenai kondisi organisasi, kegiatan administrasi, program kerja, kinerja organisasi dan kinerja pengurus, fluktuasi anggaran, hingga evaluasi organisasi dengan parameter SWOT maupun sistemik, menunjukkan adanya interaksi, relasi dan kerjasama dalam pengelolaan manajemennya. Berbagai bentuk kegiatan itu berlangsung pada lokasi dan penanggung jawab manajemen yang berbeda. Besaran anggaran bervariasi, sementara segmen penonton apresiannya berbeda. Varian-varian kegiatan tersebut, dilakukan pada waktu dan tempatlokasi berbeda namun dalam payung organisasi yang sama. Awad mendefinisikan fenomena tersebut sebagai sebuah sistem yang – meskipun berjalan terpisah dan sendiri-sendiri - berada dalam satu kesatuan atau wholism, dengan ciri-ciri adanya interaksi – nterrelasi dan interdependensi antara satu komponensub system dengan komponen lainnya.. Dalam sudut pandang teori sistem, sinergi disiplin manajemen dengan sebuah entitas organisasi akan membentuk sub sistem yang baru, yaitu sistem manajemen organisasi. Dengan demikian pengelolaan manajemen kesenian oleh Dewan Kesenian Jawa Tengah merupakan sistem manajemen kesenian yang mempresentasikan keutuhan berbagai sub sistem komponen terkait. Selanjutnya, efektivitas sistem manajemen kesenian tergantung pada dinamika organisasi kesenian masing-masing