Sistem Persamaan Struktur Model

Nilai rata-rata premi risiko antar sektor didefinisikan sebagai pangsa rata- rata bobot dari sektor investasi R1RSK _i = ∑ i R1RSK i S2INVEST i delr1rsk . Bekerja pada perubahan aktual lebih disukai daripada perubahan persentase, karena nilai premi risiko dianggap bernilai nol. _i = ∑ I S2INVEST i delr1rsk i Terdapat dua alternatif untuk merumuskan tingkat keseimbangan tersebut dalam model INDOF, yaitu pertama, berdasarkan model ORANI. Kedua, berdasarkan ORANI-F. Pendefinisian peubah slack dilakukan untuk menghilangkan alternatif yang tidak diinginkan dari simulasi tertentu. Jika pada kedua alternatif tersebut, diasumsikan bahwa tingkat risiko dari pengembalian modal sangat kecil, maka versi satu dengan yang lainnya akan relevan dalam menentukan keseimbangan. ………………………………………………47 Spesifikasi Investasi ORANI. Pada kasus model ORANI, Dixon et al 1982 menemukan dan mengembangkan persamaan modal dengan asumsi investor dalam sebuah industri akan berekspektasi tingkat pengembalian periode keseimbangan mereka di masa depan akan proporsional terhadap tingkat pengembalian keseimbangan aktual. Konstanta proporsional tersebut dijadikan rasio tingkat keseimbangan modal yang akan diperoleh industri pada masa yang akan datang terhadap tingkat modal keseimbangan yang diperoleh industri aktual.       = i i i CAP X CAPF X CAP R 1 1 1 BETA_RiR1CAPFi dimana: …………………….…………………..……48 R1CAPF i X1CAPF = tingkat pengembalian modal yang diekspektasikan untuk industri. i BETA_R = stok modal sektor di masa yang akan datang. i = koefisien positif. Keseimbangan modal di masa yang akan datang secara definitif berkaitan dengan keseimbangan modal saat ini, sebesar penjumlahan modal dengan investasi netto. X1CAPF i = X1CAP i 1 - DEPRAT i + X2TOT i Rasio modal di masa yang akan datang terhadap saat ini merupakan sumber tingkat pertumbuhan modal netto X1GROW ……………..……………………49 i i i i i i i i CAP X TOT X DEPRAT CAP X CAP X CAPF X GROW X 1 2 1 1 1 1 1 + − = = : i i i i CAP X DEPRAT CAP X TOT X 1 ] 1 2 [ 1 − + = i i CAP X NET X 1 2 1 + = dimana: X2NET i Jika tidak terdapat perubahan stok modal antara saat ini dan masa yang akan datang, maka terbentuklah kondisi steady state pada sektor tersebut, dimana tingkat pengembalian aktual dan tingkat pengembalian modal yang diekspektasikan bernilai sama. = investasi netto pada industri i. Substitusi X1GROW i i i CAP X CAPF X 1 1 dengan yang disertai dengan proses linearisasi persamaan tingkat pengembalian ROR Eqn, akan membentuk persamaan: r1cap i – r1capf i = BETA_R i x1grow i + slackorwalm i dimana: ……………………………50 x1grow i = x1capf i – x1cap i …………………….……………………………………51 peubah slack slackorwalm i Spesifikasi Investasi ORANI-F. Kondisi investasi dalam model ORANI-F sama untuk setiap jenis industri. Semakin tinggi stok modal secara relatif terhadap stok modal agregat, maka tingkat pengembalian netto tanpa risiko untuk menghasilkan modal baru terhadap pengembalian rata-rata untuk menghasilkan modal antar industri akan semakin tinggi pula. Lebih jauh, model ORANI-F menggunakan asumsi bahwa tingkat pengembalian relatif berhubungan dengan tingkat stok modal relatif industri berdasarkan fungsi hubungan elastisitas yang konstan: mengizinkan penghilangan persamaan jika model investasi ORANI tidak diterapkan. Persamaan 62 tidak muncul pada spesifikasi investasi ORANI di INDOF selama persamaan tersebut kemudian diadopsi menjadi sebuah persamaan yang menghilangkan model investasi Walmsley dan model ORANI.       = i i i i i CAP X CAP X RET F CAP R CAP R _ _ 1 1 1 1 1 dimana parameter BETA_R BETA_Ri i mempunyai nilai positif dan bervariasi diantara industri. Peubah F1RET i r1cap berperan sebagai proportionality factor, yang dinyatakan dalam persentase perubahan. i – r1cap _i = BETA_R i x1cap i – x1cap _i + ƒ1ret i F1RET . i yang dinyatakan sebagai peubah bukan parameter memungkinkan dilakukannya perbaikan proportionality constant pada nilai awalnya atau menghilangkan persamaan tingkat pengembalian relatif dalam spesifikasi ORANI-F dengan menetapkan F1RET i Kondisi tingkat pengembalian relatif ORANI-F mempunyai kelemahan, yakni hanya berlandaskan sedikit pengetahuan teoritis. Kondisi ini lebih merepresentasikan model yang berifat pragmatis dan empiris. Dalam Horridge et sebagai peubah endogen. al 1993 dan Oktaviani 2008 tidak menjelaskan dasar teoritis yang kuat, meskipun model yang digunakan mengadaptasi model ORANI. Model ORANI-F menggunakan asumsi semakin tinggi pangsa sektor tingkat model keseimbangan saat ini menyebabkan semakin rendahnya pengembalian relatif rata-rata yang diharapkan. Bagaimanapun penjelasan yang ada tidak diterangkan secara rinci, mengingat tidak ada unsur di dalam persamaan tersebut yang memiliki kaitan dengan pertumbuhan modal, hanya terbatas pada stok modal. Oleh karena itu, model ORANI-F sulit untuk menjelaskan bagaimana tingkat pertumbuhan modal mempengaruhi tingkat pengembalian modal. Hal mendasar yang menjadi asumsi umum dalam model ekonomi keseimbangan umum termasuk ORANI adalah tingkat pengembalian berhubungan dengan tingkat pertumbuhan. Blok 16. Persamaan Akumulasi Investasi-Modal Blok 16 hanya terdiri dari satu persamaan. Pada blok ini menjelaskan perbedaan penting antara model ORANI dan model ekonomi keseimbangan umum pada umumnya dan model ORANI-F dengan model INDOF. Pada model ekonomi keseimbangan umum standar, model tidak memiliki persamaan yang menghubungkan secara langsung investasi dengan stok modal. Dengan hanya berdasarkan pada kondisi tingkat pertumbuhan atau kondisi keseimbangan tingkat pengembalian modal, investasi dan stok modal tidak akan pernah saling berhubungan secara langsung. Dalam model INDOF telah memasukkan persamaan yang menghubungkan secara langsung stok modal periode sebelumnya stok modal sama dengan nol dengan stok modal periode selanjutnya periode T, atau dapat dikatakan bahwa model INDOF juga menghubungkan secara langsung investasi dan stok modal pada periode T, seperti ditunjukkan pada persamaan: X1CAP i – X1CAP0 i = [X1CAP0 i DEPRAT i T – 1 + X2TOT0 i + X2TOT N delFudge i – X2TOT0 i atau dalam bentuk perubahan persentase menjadi: M] F_ACCUM x1cap i X1CAP i = 100[X1CAP0 i DEPRAT i T – 1 + X2TOT0 i + X2TOT N] delFudge i x2tot i M + f_accum i dimana f_accum ……………………...…52 i merupakan peubah slack. Persamaan 52 sudah dibagi dengan X1CAP i Angka “0” dalam persamaan menunjukkan bahwa peubah tersebut dan nilainya dapat diaplikasikan secara langsung sebelum periode waktu sekarang. Peubah-peubah yang memiliki nama yang standar secara aktual berhubungan dengan periode T dibandingkan periode sekarang periode 1. Peubah T dapat dihilangkan untuk tujuan penyederhanaan, karena peubah tersebut bernilai sama dan terdapat definisi ulang pada parameter-parameter tertentu. pada semua persamaan lain di dalam model. Jika peubah T dimasukkan dalam persamaan, agar menjadi efektif, maka perlu ditambahkan kendala pada tingkat keseimbangan investasi dan modal seperti terlihat pada persamaan di bawah ini. ∑ ∑ = − − − − = − = = T t T t T T t D T t D T t M 1 1 1 1 1 ∑ ∑ = − − = − − = = T t T T t t T D D N 1 1 1 1 Terdapat notasi M dan N yang merupakan konstanta yang muncul ketika terjadi penjumlahan koefisien investasi pada seluruh tahun T. Blok 17. Akumulasi Hutang Luar Negeri Pada model INDOF, terdapat persamaan mengenai akumulasi hutang luar negeri yang dihitung secara nasional. Hal ini yang membedakan model INDOF dengan model komparatif statik ORANI. Penggunaan blok akumulasi hutang luar negeri ini karena defisit anggaran antara lain dibiayai dari hutang luar negeri. Pemerintah untuk mempercepat pembangunan, dimana posisi penerimaan pajak lebih kecil dibandingkan pengeluran pemerintah, maka defisit anggaran tersebut dibiayai dari hutang luar negeri dan hutang dalam negeri. Pengeluaran pemerintah akan berubah, jika pemerintah mengubah besar subsidi BBM ataupun memberlakukan pajak BBN yang ditanggung pemerintah, sehingga kebijakan BBN akan berdampak secara tidak langsung terhadap hutang luar negeri. Karena penelitian ini tidak bertujuan untuk menyusun model, maka blok akumulasi hutang luar negeri tetap digunakan ke dalam model, namun akumulasi hutang luar negeri pada pembahasan nanti tidak dibahas, karena urgensi membahas hutang luar negeri dengan BBN tidak relevan. Akan tetapi penelitian ini bukan bertujuan untuk membangun model baru yang tersendiri, melainkan untuk memanfaatkan suatu model yang telah teruji untuk digunakan dalam menganalisis suatu masalah penelitian. Perlakuan terhadap akumulasi hutang luar negeri sama dengan perlakuan terhadap akumulasi modal. Pada periode 0 sampai T, defisit perdagangan tahunan secara implisit diasumsikan berubah secara linier dari periode awal hingga periode akhir periode T. Tingkat pembayaran hutang berhubungan dengan akumulasi keseimbangan dan defisit perdagangan, dan dengan suku bunga di tingkat dunia. Pembayaran hutang, defisit perdagangan dan suku bunga yang dibayarkan diukur pada periode dasar dalam satuan mata uang asing. Keseimbangan perdagangan dirumuskan sebagai berikut: P_GLOBAL V4TOT V9CIF_c BT − = ...............................................................................53 dimana: P_GLOBAL = nilai tukar 000 rupiah per dollar AS antara periode T diukur dalam nilai domestik dengan periode dasar yang diukur dalam dollar AS. Dalam bentuk persamaan linier, perubahan BT tidak menggambarkan perubahan persentase, karena BT tersebut mungkin bernilai nol, sehingga membuat jumlahnya menjadi tidak terdefinisi. Persamaan 53 menghubungkan akumulasi hutang terhadap PDB, setelah dikonversi secara agregat dalam mata uang yang sama: DEBT RATIO = DEBT VOGDPEXP GLOBAL P _ ....................................................................................................................... 54 dalam bentuk perubahan persentase menjadi: DEBT RATIO DEBT delDebt Ratio delDebt _ _ = exp 100 _ _ gdp w cif P RATIO DEBT C − + ............................................................ 55 dimana perubahan rasio dan perubahan hutang digambarkan pada level tertentu bukan dalam bentuk persentase dan ketiga item yang ditulis dengan huruf besar pada persamaan di atas merupakan konstanta, yang merupakan posisi akumulasi hutang luar negeri sebelum terjadi perubahan. Persamaan 55 tidak menambahkan sesuatu yang baru pada model ekonomi. Persamaan tersebut, digunakan untuk menghitung rasio hutang pada tingkat keseimbangan yang baru, sehingga perlu dicantumkan dalam menginterpretasikan hasil. Oleh karena itu, definisi rasio hutang adalah: levDebt_Ratio = DEBT_RATIO delUnity+delDebt_Ratio dimana peubah yang ditulis daIam huruf besar merupakan peubah rasio hutang sebelum terjadi perubahan. Pada saat menggunakan GEMPACK untuk mencari solusi, rasio tersebut digunakan dalam menganalisis model. Karena pada program GEMPACK tidak dikenal istilah konstanta, maka peubah delUnity harus dimasukkan. Jika peubah tersebut merupakan peubah eksogen yang bernilai 1, maka persamaan di atas dapat ditulis dalam bentuk: IevDebt_Ratio = DEBT_RATIO delUnity + delDebt_Ratio .................................. 56 Persamaan 54 analog dengan persamaan 56 mengenai modal. Konstanta dalam persamaan ini merupakan penjumlahan tingkat suku bunga selama T tahun, yang paralel dengan konstanta sebelumnya: ∑ ∑ = − − − − = − = = T t T t T T t D T t D T t M 1 1 1 1 1 ∑ ∑ = − − = − − = = T t T T t t T D D N 1 1 1 1 Persamaan tersebut memuat peubah delFudge, yang terdapat pada akumulasi modal. Peubah tersebut dapat digunakan pada perhitungan akumulasi modal maupun akumulasi hutang. Pada penelitian ini, meskipun terdapat hasil perhitungan akumulasi hutang, namun karena peubah akumulasi hutang bukan merupakan isu yang ingin dijawab pada penelitian BBN, maka akumulasi hutang tidak dibahas.

3.4.5. Perhitungan Tambahan di Luar Model

Persamaan emisi Rodriguez, 2009 dihitung di luar model INDOF dengan menggunakan piranti lunak Excel. Penambahan persamaan tersebut untuk menjawab isu emisi karbon berkaitan dengan pengembangan BBN. Perhitungan dilakukan di luar model INDOF, karena data emisi karbon tersebut tidak tersedia dalam Tabel IO danatau Tabel SNSE. Emisi karbon pada penelitian ini dihitung menggunakan pendekatan berdasarkan konversi besar output per sektor. Rodriguez 2009 menghitung emisi karbon menggunakan elastisitas Armington dan elastisitas transformasi sebesar 1.25-6.34 sebagaimana penelitian Cororaton dan Corong 2006. Penelitian tentang pencemaran emisi k dari industri i EMIT ki adalah produk dari intensitas pencemaran л ki dan output industri Q i . Jumlah emisi dari pencemaran k EMIT k Q EMIT i ik ki . π = dihitung dari jumlah emisi dari industri berbeda. K k I i ∈ ∈ ; …………………………………………………57 dimana: EMIT ki л = emisi pencemaran k berasal dari industri i. ki Q = intensitas pencemaran. i ki N i k EMIT EMIT ∑ = = 1 = output industri. K k I i ∈ ∈ ; ………………………………………………58 dimana: EMIT k EMIT = jumlah emisi pencemaran k. ki Setiap industri berpotensi mampu menghasilkan emisi menurut jenis pencemarannya. Jenis-jenis tersebut adalah biochemical oxygen demand BOD5, carbon monoxide CO, nitrogen N, nitrogen oxide NOX, oil, phosphorus P, particular matter PM, sulfur oxide SOX, suspended solids = emisi pencemaran k berasal dari industri i. SS, total suspended solids TDS, dan volatile organic compounds VOC. Pendekatan dalam menghitung dampak lingkungan lainnya, antara lain dengan menggunakan pendekatan model tenaga kerja Aldaba dan Cororaton 2002, Inocencio et al 2001, dan Rodriguez 2009. Pada penelitian ini, dampak emisi karbon yang ditimbulkan oleh pengembangan produksi BBN dibandingkan dengan besar emisi karbon yang dihasilkan oleh BBM.

3.5. Closure

Closure merupakan “penutup” model yang terdiri dari peubah eksogen dan endogen Tabel 19. Pengolahan data BBN Indonesia menggunakan model keseimbangan umum jangka panjang recursive dynamic, yang dibangun dari model INDOF. Perbedaan closure jangka pendek dan jangka panjang disajikan pada Lampiran 31. Untuk mengaktifkan model recursive dynamic adalah dengan cara menjadikan peubah eksogen peubah dummi delUnity dan simulasi dinamis delFudge masing-masing ditetapkan sebesar 1. Tabel 19. Peubah Eksogen yang Digunakan dalam Closure Penelitian Peubah Dimensi Keterangan Peubah eksogen PDB riil dari sisi penawaran x1cap_vah HH Peubah modal per rumah tangga pertanian x1cap_vnh HH Peubah modal per rumah tangga non pertanian x1cap_f_hh N_AGINDHH Modal tetap per rumah tangga non pertanian x1lab_i_h OCCHH Penawaran tenaga kerja rumah tangga x1lndi_hh AGINDHH Penawaran lahan rumah tangga pertanian a1fac AGRIFACAGIND Perubahan teknologi faktor primer pertanian a1prim IND Perubahan teknik tambahan semua faktor primer a1tot IND Perubahan teknik tambahan semua input a2tot IND Perubahan teknik investasi netral a1faco N_AGRIFACN_AGIND Perubahan teknik faktor primer lainnya f1oct IND Pergeseran harga biaya lainnya f1lab_i_x OCC Pergeseran ketrampilan khusus tenaga kerja emptrend 1 Trend tenaga kerja p0gdpexp 1 Indeks harga PDB sisi pengeluaran Peubah eksogen PDB riil dari sisi permintaan x5tot 1 Permintaan pemerintah riil agregat fx6 COMSRC Pergeseran stok fgov_f TYPE Pergeseran transfer pemerintah ke negara lain fgov_h HHTYPE Pergeseran transfer pemerintah ke rumah tangga f3tot_h HH Rasio konsumsi terhadap pendapatan per rumah tangga Kurva permintaan ekspor untuk jumlah dan harga f4p COM Pergeseran harga ekspor ke atas dari permintaan ekspor f4q COM Pergeseran jumlah permintaan ekspor ke kanan Harga impor dari negara lain sebagai eksogen pf0cif COM Harga impor mata uang negara lain C.I.F. Tabel 19. Lanjutan Peubah Dimensi Keterangan Semua pajak penjualan eksogen kecuali ekspor f0tax_s COM Pergeseran pajak penjualan f1inc_tax 1 Pergeseran pajak pendapatan f1tax_csi 1 Persentase perubahan pajak atas penggunaan barang intermediate f2tax_csi 1 Persentase perubahan pajak investasi t0imp COM Tarif f3tax_cs 1 Persentase perubahan pajak rumah tangga f4tax_trad 1 Persentase perubahan pajak ekspor tradisional f5tax_cs 1 Persentase perubahan pajak yang digunakan pemerintah delfudge 1 Pengaturan untuk simulasi dinamis Distribusi permintaan pemerintah f5 COMSRC Pergeseran permintaan pemerintah Nilai tukar nominal numeraire p0realdev 1 Devaluasi riil Eksogen jumlah rumah tangga dan selera konsumsi q HH Jumlah rumah tangga a3_s COMHH Perubahan selera, rasio impor terhadap domestik komposit rumah tangga Penentu sektor investasi finv1 IND Pergeseran investasi f2tot 1 Rasio investasi terhadap konsumsi delUnity 1 Peubah dummy Pada penelitian ini nilai peubah eksogen devaluasi riil p0realdev sebesar 8.33, yang diperoleh dari data Bank Indonesia tahun 2008-2010. Peubah eksogen permintaan pemerintah riil agregat x5tot sebesar 25.33. Angka 25.33 merupakan laju pertumbuhan permintaan riil agregat pemerintah tahun 2008-2010. Rasio investasi terhadap konsumsi f2tot sebesar 4.4, diperoleh dari laju pertumbuhan investasi dan laju pertumbuhan konsumsi rumah tangga tahun 2008-2010. Indeks harga PDB dari sisi pengeluaran p0gdpexp sebesar 19.8, diperoleh dari indeks harga PDB deflator tahun 2008-2010. Data pertumbuhan permintaan tenaga kerja di Indonesia disajikan pada Lampiran 28. Pertumbuhan permintaan tenaga kerja emptrend dan jumlah rumah tangga q merupakan peubah eksogen, namun angka pertumbuhan peubah trend tenaga kerja emptrend dan jumlah rumah tangga q tidak diisi oleh angka tertentu, agar estimasi baseline mendekati hasil PDB publikasi pemerintah. Hal itu merupakan keterbatasan penelitian ini. Pada penelitian ini dilakukan swap terhadap peubah endogen perubahan teknologi input a1tot menggunakan peubah eksogen penggunaan barang antara rasio impor terhadap domestik x1_s ketika dilakukan simulasi peningkatan permintaan BBN. Demikian pula dilakukan swap terhadap peubah endogen penawaran lahan pertanian rumah tangga x1lndi_hh menggunakan peubah eksogen permintaan faktor primer pertanian x1fac ketika dilakukan simulasi peningkatan permintaan lahan kelapa sawit dan ubi kayu.

3.6. Baseline

Baseline pada penelitian ini merupakan estimasi kondisi ekonomi dalam keadaan normal tahun 2010 dan digunakan proyeksi lag 2 tahun ke depan atas akumulasi tahun 2008 ke tahun 2010. Baseline menggunakan data produktivitas per sektor, closure pada Tabel 19, dan penggunaan laju peubah eksogen tersebut di atas. Produktivitas per sektor dihitung menggunakan data Total Faktor Produksi dari Jungsoo Park Tahun 2000-2007 Park, 2010, data pertumbuhan PDB sektoral tahun 2000-2007 www.bi.go.id, dan dikalikan faktor konversi sebesar 11.2. Park 2010 menghitung total faktor produktivitas Indonesia tahun 2000-2007 sebesar 2.61. Pertumbuhan PDB sektoral dan Total Faktor Produktivitas disajikan pada Lampiran 29. Total faktor produktivitas per sektor disajikan pada Lampiran 30. Produktivitas BBN dihitung menggunakan metode Compete 2008 Tabel 20. Compete 2008 menghitung produktivitas etanol dalam satuan liter per hektar. Baseline pada Tabel 21 dipilih menggunakan metoda perbedaan kuadrat terkecil dari hasil estimasi dengan data aktual. Estimasi pertumbuhan kumulatif impor barang dan jasa lebih rendah dibandingkan data actual. Hal itu karena rasio ekspor terhadap impor pada Tabel IO tahun 2008 sebesar 110.36 persen. Akan tetapi, berdasarkan data PDB menurut penggunaan sebesar 123.87 persen, dan berdasarkan data PDB menurut jenis pengeluaran Q4 sebesar 129.47 persen. Pangsa PDB permintaan agregat harga berlaku dan PDB database IO tahun 2008 disajikan pada Lampiran 37, yang memperlihatkan adanya perbedaan antara pangsa PDB permintaan agregat harga berlaku dan PDB database IO tahun 2008. Indikator ekonomi makro harga berlaku tahun 2008 dan 2010 disajikan pada Lampiran 38, yang memperlihatkan persentase besar perubahan kumulatif tahun 2008 hingga tahun 2010. Karena hasil estimasi Tabel 21 di atas relatif telah mendekati data aktual, maka model dapat digunakan untuk updating dan dilanjutkan untuk melakukan analisis implementasi kebijakan pengembangan produksi dan mandat konsumsi BBN. Tabel 21. Perbandingan Data Aktual dan Estimasi pada Indikator Ekonomi Makro di Indonesia Tahun 2008-2010 Indikator Ekonomi Makro Harga Konstan Tahun 2000 Rp Miliar Kumulatif Tahun 2008-2010 Q4 ke Q4 2008 2009 2010 Aktual Estimasi Produk Domestik Bruto 2 082 456.1 2 177 741.7 2 310 689.8 12.28 12.20 Konsumsi rumah tangga 1 191 190.8 1 249 011.2 1 306 800.9 8.40 5.76 Investasi 493 822.3 510 100.2 553 444.3 12.80 10.16 Pengeluaran pemerintah 169 297.2 195 834.4 196 397.6 25.33 25.33 Ekspor barang dan jasa 1 032 277.8 932 248.6 1 071 385.3 19.84 17.75 Impor barang dan jasa 833 342.2 708 528.8 830 981.8 18.51 6.11 Sumber: www.bps.go.id , www.bi.go.id

3.7. Simulasi

Simulasi dilakukan dengan menambahkan data yang dimutakhirkan dengan skenario simulasi baseline + guncangan pada tahun 2015. Simulasi yang dilakukan pada penelitian ini adalah: 1. Konsumsi BBN dari industri minyak dan lemak meningkat sebesar 5 persen. 2. Perluasan lahan kelapa sawit meningkat sebesar 15 persen, tebu meningkat sebesar 10 persen, ubikayu meningkat sebesar 10 persen, kayu menurun sebesar 25 persen, dan hasil hutan lain menurun 25 persen dari rata-rata perubahan lahan tersebut di pedesaan selama tahun 2000-2009, serta modal tetap industri minyak dan lemak maupun BBN Urban 3 meningkat masing-masing meningkat sebesar 10 persen. Luas tanaman perkebunan besar di Indonesia disajikan pada Lampiran 32. Luas lahan di Indonesia disajikan pada Lampiran 33. Luas panen tanaman pangan di Indonesia disajikan pada Lampiran 34. 3. Produktivitas tanaman ubikayu menurun sebesar 10 persen, tebu menurun sebesar 10 persen, kelapa sawit tetap, industri minyak dan lemak meningkat sebesar 10 persen, industri gula menurun sebesar 10 persen, dan BBN meningkat sebesar 15 persen. Total faktor produktivitas per sektor disajikan pada Lampiran 30. 4. Harga ekspor CPO rata-rata per tahun meningkat sebesar 16.31 persen, harga ekspor dan impor jagung meningkat sebesar 12.8 persen, harga impor beras meningkat sebesar 8.6 persen, harga impor gula meningkat sebesar 12.8 persen, harga ekspor minyak kelapa meningkat sebesar 19.6 persen, harga impor gandum meningkat sebesar 9.8 persen, harga ekspor kayu bulat meningkat sebesar 4.7 persen, harga ekspor batubara meningkat sebesar 25 persen, harga ekspor dan impor BBM meningkat sebesar 18.1 persen, serta harga ekspor gas meningkat sebesar 9.5 persen selama tahun 2000-2011. CPO, gula tetes tebu, dan ubi kayu merupakan tanaman bahan baku BBN di Indonesia. Jagung, beras, kelapa, dan gandum berpotensi dapat dikembangkan menjadi tanaman bahan baku BBN. Kayu bulat, batubara, BBM, dan gas merupakan komoditi substitusi BBN. Perkembangan harga komoditi disajikan pada Lampiran 35. 5. Subsidi harga output BBN sebesar 57.68 persen tahun 2011. Daftar harga eceran BBM non subsidi disajikan pada Lampiran 36. Harga eceran BBM bersubsidi sebesar Rp 4500 per liter. 6. Permintaan lahan kelapa sawit meningkat sebesar 15 persen dan permintaan lahan ubikayu meningkat sebesar 10 persen kelompok Rural 4. Perkembangan luas lahan tanaman minyak kelapa sawit disajikan pada Lampiran 32. Luas panen tanaman ubi kayu tahun 1995-2009 disajikan pada Lampiran 34. Perkembangan luas lahan pertanian di Indonesia disajikan pada Lampiran 33.

IV. KONSTRUKSI DATA DASAR

4.1. Tabel Input Output Indonesia dan Klasifikasi Sektor

Model IO telah dikenal sejak zaman Phsyokrat. Puncak perkembangan Tabel IO yang mencapai bentuk yang mendasari Tabel-Tabel IO modern adalah Tabel IO yang dikembangkan oleh Leontief Miller dan Blair, 1985; Oktaviani, 2008. Tujuan Tabel IO adalah untuk menjelaskan besar arus inter-industri dalam hal tingkat produksi pada setiap sektor. Dewasa ini Tabel IO telah berkembang luas menjadi model analisis standar untuk melihat struktur keterkaitan perekonomian nasional, wilayah dan antar wilayah, serta dimanfaatkan untuk berbagai peramalan perkembangan struktur perekonomian. Tabel IO adalah tabel transaksi yang menggambarkan hubungan antara penawaran dan permintaan antara berbagai sektor dalam suatu wilayah perekonomian. Tabel IO dapat digunakan untuk: 1 memperkirakan dampak permintaan akhir dan perubahannya pengeluaran rumah tangga, pengeluaran pemerintah, investasi dan ekspor terhadap berbagai output sektor produksi, nilai tambah PDB dan Produk Domestik Regional Bruto, pendapatan masyarakat, kebutuhan tenaga kerja, pajak Pendapatan Asli Daerah untuk tingkat daerah dan sebagainya, 2 mengetahui komposisi penyediaan dan penggunaan barang atau jasa, sehingga mempermudah analisis tentang kebutuhan impor dan kemungkinan substitusinya, dan 3 memberi petunjuk mengenai sektor-sektor yang mempunyai pengaruh terkuat, serta sektor-sektor yang peka terhadap pertumbuhan ekonomi. Miller dan Blair 1985 dan Oktaviani 2008 mengemukakan kelebihan Tabel IO dibandingkan alat analisis lainnya dalam ekonomi perencanaan dan pembangunan adalah sifat keseimbangan Tabel IO, yang termasuk dalam model ekonomi keseimbangan umum. Tabel IO di Indonesia telah diaplikasikan di tingkat nasional dan propinsi, bahkan kabupatenkota. Karena keterbatasan biaya untuk mengumpulkan data inputoutput, BPS sebagai lembaga yang bertanggung jawab membuat dan mempublikasikan data Tabel IO membuatnya secara berkala setiap 10 tahun sekali dengan 3 atau 5 tahun sekali mengeluarkan up-date data IO. Tabel IO yang telah dikeluarkan BPS tahun 1971, 1975, 1980, 1985, 1990, 1995, 1998, 2000, 2003, 2005, dan 2008. Tabel IO 2008 menggunakan agregasi 66 sektor, yang merupakan updating dari Tabel IO 2005. Semakin banyak jumlah sektor yang terdapat dalam Tabel IO maka semakin rinci informasi yang akan diperoleh. Semakin sedikit sektor-sektor perekonomian yang terdapat dalam Tabel IO, maka informasi yang dapat diperoleh akan semakin agregat. Tabel IO menyajikan data perekonomian secara menyeluruh, baik mencakup seluruh komoditi dan seluruh kegiatan perekonomian yang dihasilkan oleh sektor-sektor produksi dalam negeri domestik dan komoditi yang berasal dari produksi luar negeri impor. Barang dan jasa atau komoditi yang dihasilkan oleh sektor-sektor produksi dapat terdiri dari berbagai jenis dan bentuk fisik yang sangat beragam. Karena itu penyusunan klasifikasi sektor, sifat, dan jenis setiap komoditi dilakukan dengan memperhatikan teknologi pembuatan, prospek masa depan dari peranan dan kegunaan setiap komoditi dalam perekonomian secara menyeluruh. Klasifikasi dalam Tabel IO memperhatikan bidang-bidang yang menggunakannya, seperti klasifikasi jabatan, klasifikasi lapangan usaha, klasifikasi komoditi, serta klasifikasi tarif ekspor dan impor. Prinsip utama dalam penyusunan klasifikasi sektor pada Tabel IO adalah keseragaman homogenitas dari setiap kelompoksektor dengan menggunakan azas kesatuan komoditi dan azas kesatuan kegiatan. Azas kesatuan komoditi adalah suatu azas klasifikasi yang mendasarkan pengelompokan pada keseragaman wujud fisik komoditi, seperti jenis, macam, susunan kimiawi, dan kandungan gizi. Penyusunan suatu sektor juga mempertimbangkan peran, prospek masa depan, dan kegunaan setiap komoditi untuk hajat hidup orang banyak. Contoh azas kesatuan komoditi adalah padi dan buah-buahan. Sektor padi merupakan sektor tunggal yang hanya terdiri dari komoditi padi. Sektor buah-buahan adalah sektor majemuk, yang antara lain mencakup komoditi pepaya, pisang, jeruk, dan mangga. Azas kesatuan kegiatan adalah proses penyusunan klasifikasi sektor yang mendasarkan pada kesamaan kegiatan yang dilakukan untuk menghasilkan suatu barangjasa. Contoh kegiatan penggilingan selain dapat digunakan menggiling jagung, ternyata dapat juga untuk menggiling kopi, coklat, dan biji- bijian yang sejenis. Asumsi utama yang digunakan dalam penyusunan klasifikasi sektor adalah satu sektor hanya akan menghasilkan satu macam barang dan jasakomoditi, agar komoditi yang dihasilkan oleh suatu sektor memiliki kelas yang sama atau setara. Contoh sektor buah-buahan antara lain mencakup komoditi apel, jeruk, mangga, dan pepaya. Contoh lain adalah komoditi kayu yang berasal dari pohon buah-buahan, maka komoditi kayu dikeluarkan dari sektor buah-buahan dan selanjutnya dimasukkan ke dalam sektor kayu-kayuan. Akan tetapi suatu sistem klasifikasi harus mampu menampung semua jenis produksi yang dihasilkan, misalnya buah-buahan sebagai produk utama maupun kayu yang merupakan produk ikutan. Angka-angka pada Tabel IO digunakan untuk menyempurnakan data PDB. Dalam Tabel IO Updating tahun 2008, PDB dapat diperoleh dengan menjumlahkan nilai tambah bruto kode 209 masing-masing sektor ditambah pajak penjualan impor kode 402 dan bea masuk kode 403. Untuk memperbandingkan angka PDB yang diperoleh dari Tabel IO dengan angka PDB, maka nilai pajak penjualan impor dan bea masuk barang impor harus digabung ke dalam sektor perdagangan. Sektor-sektor Tabel IO Updating tahun 2008 dapat dikonversikan ke sektor PDB dengan melakukan agregasi, yaitu menggabungkan beberapa sektor Tabel IO menjadi satu sektor PDB BPS, 2009. Namun ada satu sektor IO yang harus dipecah menjadi dua sektor PDB, yaitu kode 62 untuk sektor real estate, dan jasa perusahaan. Sebagian sektor Nilai Tambah Bruto sektor ini dimasukkan ke subsektor real estate PDB dan sisanya masuk ke subsektor jasa perusahaan. Lapangan usaha pertanian, peternakan, kehutanan, dan perikanan meliputi kode 01 sampai 23 untuk klasifikasi 66 sektor pada Tabel IO Updating tahun 2008. Kegiatan sektor-sektor tersebut meliputi pengolahan lahan untuk bercocok tanam, memelihara ternak dan unggas, pemotongan hewan, penebangan kayu, pengambilan hasil hutan lainnya, perburuan, serta usaha memelihara dan menangkap berbagai jenis ikan. Kegiatan pengolahan hasil-hasil pertanian, peternakan, kehutanan, dan perikanan yang dilakukan secara sederhana dan menggunakan peralatan-peralatan tradisional, tidak dicakup oleh sektor-sektor ini. Pengolahan sederhana ini dicakup oleh sektor industri pengolahan. Data produksi padi, jagung, ketela pohon, ketela rambat, kacang tanah, dan kedele dalam Tabel IO Updating tahun 2008 diperoleh dari BPS. Data sayur- sayuran dan buah-buahan diperoleh dari Ditjen Bina Program Tanaman Pangan, Departemen Pertanian. Tanaman perkebunan dibedakan atas tanaman perkebunan besar dan perkebunan rakyat. Data produksi tanaman perkebunan besar diperoleh dari BPS dan data produksi perkebunan rakyat diperoleh dari Ditjen Perkebunan, Departemen Pertanian. Produksi peternakan menurut konsep adalah pertambahan hewan dan hasil-hasil peternakan. Pertambahan hewan meliputi anak dan pembesarannya yang diasumsikan sama dengan pemotongan, selisih populasi, dan ekspor neto hewan hidup. Data pemotongan dan populasi hewan dalam Tabel IO Updating tahun 2008 diperoleh dari Ditjen Peternakan, Departemen Pertanian, kemudian data ekspor dan impor hewan hidup diperoleh dari BPS. Hasil-hasil peternakan berupa telur dan susu murni diperoleh dari Ditjen Peternakan. Data produksi kehutanan berupa kayu pertukangan, kayu bakar rotan, damar, dan hasil-hasil perburuan diperoleh dari Departemen Kehutanan. Kayu dan bambu yang berasal dari perkebunan dihitung dengan menggunakan data hasil studi khusus. Data produksi perikanan laut dan perikanan darat termasuk penggaraman dan pengeringan ikan diperoleh dari Ditjen Perikanan, Departemen Pertanian. Data harga yang digunakan untuk menilai produksi pertanian pada umumnya diperoleh dari BPS. Jenis data tersebut antara lain harga perdagangan besar, harga eeceran, harga produsen, harga ekspor, dan harga impor. Harga lelang khusus untuk perikanan diperoleh dari Ditjen Perikanan, Departemen Pertanian. Harga yang digunakan untuk menilai produksi adalah harga produsen, yaitu suatu tingkat harga yang bebas dari margin perdagangan dan biaya pengangkutan. Informasi tentang rasio margin perdagangan dan biaya transport, serta persentase barang-barang yang diperdagangkan diperoleh dari rasio Tabel IO tahun 2005. Lapangan usaha pertambangan dan penggalian dalam Tabel IO Updating tahun 2008 terdiri dari pertambangan batubara dan bijih logam kode 24, pertambangan minyak, gas, dan panas bumi kode 25, dan pertambangan dan penggalian lainnya kode 26. Kegiatan pertambangan dan penggalian mencakup seluruh usaha kegiatan penambangan dan penggalian termasuk penggaraman rakyat. Kegiatan sektor pertambangan dan penggalian mencakup semua usaha dan kegiatan untuk memperoleh segala macam barang tambang, mineral, dan barang galian berbentuk padat, cair, dan gas yang terdapat di dalam maupun di permukaan bumi. Sifat dan tujuan perusahaan benda-benda tersebut adalah untuk menciptakan nilai guna dari barang tambang dan galian tersebut, sehingga memungkinkan untuk dimanfaatkan, diproses lebih lanjut, dijual pada pihak lain, ataupun di ekspor ke luar negeri. Data produksi untuk sektor pertambangan dalam Tabel IO Updating tahun 2008 diperoleh dari Laporan Tahunan Pertambangan dan Energi, Departemen Energi dan Sumber Daya Mineral. Data harga dan susunan input diperoleh dari publikasi BPS. Lapangan usaha industri pengolahan dari kode 27 hingga 50 untuk klasifikasi 66 sektor pada Tabel IO Updating tahun 2008. Sektor industri pengolahan meliputi semua kegiatan produksi yang bertujuan meningkatkan mutu barang dan jasa. Proses produksi dapat dilakukan secara mekanis, kimiawi, ataupun proses lainnya dengan menggunakan alat-alat sederhana dan mesin- mesin. Proses tersebut dapat dilakukan oleh perusahaan industri, perusahaan pertanian, pertambangan, atau perusahaan lainnya. Jasa-jasa yang sifatnya menunjang sektor industri seperti jasa maklon, perbaikan, dan pemeliharaan mesin-mesin, kapal, kereta api, dan pesawat terbang juga termasuk dalam sektor industri pengolahan. Jasa perbaikan yang dicakup oleh sektor ini adalah perbaikan terhadap barang modal yang dilakukan oleh perusahaan itu sendiri dan oleh pihak lain. Perbaikan mesin-mesin milik rumah tangga dan kendaraan bermotor tidak dicakup dalam sektor ini, melainkan dalam sektor jasa-jasa. Sektor industri pengolahan mencakup pula kegiatan sederhana seperti pembuatan gaplek dan sagu, kopra, minyak nabati rakyat, gula merah, pengupasan dan pembersihan kopi, pengirisan tembakau, serta penggaraman dan pengeringan ikan. Data yang digunakan dalam penghitungan output dalam Tabel IO Updating tahun 2008 didasarkan pada hasil Survei Tahunan Industri Besar Sedang tahun 2008. Data beberapa kegiatan industri tertentu yang tidak dicakup dalam survei-survei tersebut, seperti industri hasil-hasil batubara, pengilangan minyak, dan gas alam cair diperoleh dari Laporan Tahunan Pertambangan Migas dan Pertamina. Lapangan usaha listrik, gas, dan air bersih menggunakan kode 51 untuk klasifikasi 66 sektor Tabel IO Updating tahun 2008. Sektor listrik meliuti kegiatan pembangkitan dan distribusi tenaga listrik yang diselenggarakan oleh PLN dan non PLN, termasuk tenaga listrik produksi sampingan yang dihasilkan oleh perusahaan-perusahaan perkebunan, pertambangan, industri, dan sektor lain, kecuali yang dibangkitkan untuk digunakan oleh sektor-sektor itu sendiri. Produksi listrik adalah jumlah Kilo Watt Hour KWH tenaga listrik yang dibangkitkan dan meliputi tenaga listrik yang terjual, digunakan sendiri, serta susut dalam transmisi dan distribusi. Sektor gas mencakup kegiatan produksi dan penyediaan gas kota untuk dijual kepada sektor lain dan rumah tangga. Gas kota adalah gas yang diperoleh dari proses pembakaran batubara dan residu kilang minyak minyak, serta proses penyaluran gas alam. Produksi utama gas kota berupa gas, sedangkan produk ikutannya adalah kokas dan ter. Sektor air bersih mencakup kegiatan pembersihan, pemurnian, dan proses kimia lainnya untuk menghasilkan air bersih, termasuk penyalurannya melalui pipa ke rumah tangga dan sektor lain sebagai pemakai. Data yang digunakan dalam perkiraan output dan susunan input listrik, gas, dan air dalam Tabel IO Updating tahun 2008 diperoleh dari BPS, Departemen Energi dan Sumber Daya Mineral, PN Gas, dan Perusahaan Daerah Air Minum. Lapangan usaha perdagangan, hotel, dan restoran mempunyai kode 53 dan 54 untuk klasifikasi 66 sektor dalam Tabel IO Updating tahun 2008. Kegiatan perdagangan meliputi pengumpulan barang dari produsen atau pelabuhan impor dan mendistribusikannya kepada konsumen tanpa merubah bentuk barang tersebut. Kegiatan perdagangan dikelompokkan menjadi perdagangan besar dan eceran. Kegiatan perdagangan besar pada umumnya melayani pedagang lainnya, perusahaan produksi, serta konsumen bukan rumah tangga lainnya. Kegiatan perdagangan eceran pada umumnya melayani konsumen rumah tangga. Barang-barang yang diperdagangkan meliputi produksi dalam negeri dan impor, kecuali barang tidak bergerak seperti tanah, sumber-sumber alam, dan bangunan. Kegiatan yang dilakukan oleh broker, makelar, komisioner, agen, dan sejenisnya sepanjang masih bersifat perdagangan termasuk pula disini. Kegiatan restoran pada umumnya menyediaan makanan dan minuman yang dapat dinikmati langsung di tempat penjualan. Kegiatan ini mencakup restoran, bar, warung makan, usaha-usaha jasa boga, dan sejenisnya. Penyediaan makanan dan minuman yang bersifat menunjang usaha utama tidak dimasukkan sebagai kegiatan restoran, misalnya kegiatan penyediaan makanan dan minuman pada perhotelan, pada angkutan penumpang dengan kapal laut dan pesawat udara. Kegiatan perhotelan meliputi usaha penyediaan akomodasi untuk umum berupa tempat penginapan untuk jangka waktu relatif singkat. Pengusahaan bungalow, villa, flat, dan tempat peristirahatan lainnya yang dimiliki oleh perusahaan, atau instansi, dan terutama ditujukan untuk para anggota dan pegawainya tidak termasuk dalam kegiatan ini. Output perdagangan besar dan eceran masing-masing dihitung berdasarkan pendapatan arus barang, yang dengan menjumlahkan margin perdagangan yang timbul dari seluruh barang yang diperdagangkan di dalam negeri. Rasio margin perdagangan besar dan eceran terhadap nilai produksi masing-masing sektor dan terhadap nilai impor diperoleh dari rasio margin Tabel IO Updating tahun 2008. Output restoran dihitung berdasarkan konsumsi rumah tangga di luar rumah yang diperoleh dari hasil Susenas. Lapangan usaha pengangkutan, jasa penunjang angkutan, dan komunikasi mempunyai kode 55 hingga 60 untuk klasifikasi 66 sektor dalam Tabel IO Updating tahun 2008. Kegiatan pengangkutan umumnya mengangkut barang dan penumpang dari satu tempat ke tempat lainnya atas dasar suatu pembayaran. Sektor-sektor ini terdiri dari: 1 angkutan kereta api untuk barang dan penumpang, 2 angkutan jalan raya untuk angkutan penumpang seperti bus, taksi, becak, dan dokar maupun angkutan barang seperti truk dan pedati, 3 angkutan laut untuk barang dan penumpang seperti pelayaran samudera, pelayaran nusantara, pelayaran lokal, dan pelayaran rakyat, 4 angkutan sungai dan danau, serta 5 angkutan udara untuk barang dan penumpang. Jasa penunjang angkutan dan pergudangan umumnya bertujuan membantu dan memperlancar kegiatan angkutan, terdiri dari jasa-jasa terminal, pelabuhan, bongkar muat, keagenan, ekspedisi, jalan tol, pergudangan, dan jasa penumpang lainnya. Komunikasi meliputi usaha jasa pos dan giro seperti kegiatan pengiriman surat, paket, wesel, telepon, telegram, dan wartel. Sewa menyewa alat-alat angkutan dengan atau tanpa pengemudi termasuk pula dalam kegiatan ini. Angkutan penyeberangan yang dioperasikan oleh PT Kereta Api Indonesia PT KAI dimasukkan ke dalam sektor angkutan air. Data yang digunakan untuk penyusunan output dan input angkutan kereta api dalam Tabel IO Updating tahun 2008 diperoleh dari Ikhtisar Laporan Keuangan PT KAI. Output dan struktur input angkutan jalan raya disusun dengan menggunakan data statistik kendaraan bermotor dan panjang jalan. Output angkutan laut diperkirakan dengan mengalikan banyaknya orang dan barang yang diangkut dengan rata-rata tarif yang diperoleh dari perusahaan pelayaran. Indikator produksi angkutan sungai dan danau diperoleh dari Dinas Lalu Lintas Angkutan Sungai, Danau, dan Penyeberangan DLLASDP. Data angkutan udara mengenai output maupun struktur input diperoleh dari survei yang dilakukan BPS. Data jasa penunjang angkutan diperoleh dari Statistik Bongar Muat, Statistik Angkutan Udara, Laporan Keuangan PT Jasa Marga dan PT Angkasa Pura. Data yang digunakan untuk penyusunan output dan struktur input komunikasi diperoleh dari Laporan Tahunan PT Pos Indonesia, PT Telekomunikasi, dan PT Indosat. Lapangan usaha keuangan, real estate, dan jasa perusahaan meliputi kode 61 dan 62 dalam klasifikasi 66 sektor dalam Tabel IO Updating tahun 2008. Kegiatan pada sektor keuangan, real estate, dan jasa perusahaan meliputi: 1. Usaha jasa perbankan dan moneter seperti bank sentral, bank umum, bank pembangunan, bank devisa, dan bank tabungan yang dikelola oleh pemerintah dan swasta. Kegiatan ini mencakup antara lain penerimaan dan pemberian pinjaman, penyertaan modal usaha, pemberian jaminan bank, pembelian dan penjualan surat-surat berharga, dan jasa penyimpanan barang berharga. 2. Usaha jasa keuangan lainnya seperti perusahaan pembiayaan, perusahaan pegadaian, lumbung desa, koperasi simpan pinjam, jasa pasar modal, pedagang valuta asing, dan jasa penunjang keuangan lainnya perusahaan efek, reksadana, dan manajer investasi. 3. Usaha jasa asuransi jiwa maupun asuransi bukan jiwa, termasuk asuransi sosial yang dikelola oleh PT Taspen, Asabri, PT Jamsostek, dan sejenisnya. 4. Real estate meliputi yang dimiliki sendiri atau disewa, atau atas dasar balas jasa fee atau kontrak. Real estate yang dimiliki sendiri atau disewa mencakup usaha pembelian, penjualan, persewaan, dan pengoperasian real estate yang dimiliki sendiri maupun disewa seperti bangunan apartemen, bangunan tempat tinggal, dan bukan tempat tinggal. 5. Usaha jasa perusahaan seperti pengacara, notaris, akuntan, arsitektur, konsultan teknik, konsultan pajak, jasa pengadaan tenaga kerja, pengolahan data, periklanan, pemetaan, riset dan pemasaran, sewa menyewa, dan peralatan. Data perbankan dalam Tabel IO Updating tahun 2008 diperoleh dari Bank Indonesia dan data asuransi diperoleh dari Laporan Kegiatan Perasuransian, Direktorat Lembaga Keuangan, Departemen Keuangan. Data real estate dan data jasa perusahaan diperoleh berdasarkan hasil Susenas tahun 2005 dan Sensus Ekonomi tahun 2006. Data struktur usaha real estate dan data jasa perusahaan adalah hasil estimasi Survei Khusus Sektor Perdagangan dan Jasa SKSPJ. Lapangan usaha jasa-jasa meliputi kode 63 hingga 66 untuk klasifikasi 66 sektor dalam Tabel IO Updating tahun 2008. Kegiatan yang dicakup oleh sektor jasa-jasa adalah sebagai berikut: 1. Jasa pemerintah umum dan pertahanan pemerintah pusat dan pemerintah daerah. 2. Jasa kemasyarakatan yang meliputi jasa pendidikan, kesehatan, riset, palang merah, panti asuhan, panti wreda, dan rumah ibadat. 3. Jasa hiburan dan rekreasi yang meliputi kegiatan produksi dan distribusi film komersial dan reproduksi film video, film dokumenter untuk kepentingan pemerintah, jasa bioskop dan panggung hiburan, studio radio, perpustakaan, museum, kebun binatang, gedung olah raga, kolam renang, klub malam, dan taman hiburan. Studio televisi dan stasiun pemancar yang dikelola pemerintah seperti TVRI dan RRI dimasukkan ke dalam jasa pemerintahan umum dan pertahanan, sedangkan studio televisi swasta dan stasiun radio swasta dicakup oleh sektor ini. 4. Jasa perbengkelan, meliputi bengkel kendaraan bermotor dan tidak bermotor, reparasi TV, radio, lemari es, kamera, alat musik, dan barang- barang dari kulit. 5. Jasa perorangan dan rumahtangga adalah jasa yang berkaitan erat dengan kepentingan perorangan dan rumah tangga seperti tukang cukur, tukang jahit, binatu, salon kecantikan, pembantu rumah tangga, dan pengasuhan bayi. Data yang digunakan untuk penyusunan output dan struktur input kegiatan jasa dalam Tabel IO Updating tahun 2008 diperoleh dari berbagai sumber. Estimasi dilakukan menurut indikator yang tersedia dan nilai output diestimasi berdasarkan sumber data sekunder. Permintaan akhir terdiri dari pengeluaran konsumsi rumah tangga, pengeluaran konsumsi pemerintah, pembentukan modal tetap, perubahan stok dan ekspor. Konsumsi rumah tangga adalah pengeluaran konsumsi oleh rmah tangga dan lembaga swasta yang tidak mencari untung. Konsumsi rumah tangga meliputi konsumsi barang dan jasa yang diperoleh dari pihak lain dan dihasilkan sendiri, dikurangi nilai neto penjualan barang bekas dan barang sisa. Pengeluaran konsumsi rumah tangga mencakup konsumsi yang dilakukan di dalam negeri dan konsumsi yang dilakukan di luar negeri. Konsumsi penduduk Indonesia yang dilakukan di luar negeri dianggap sebagai konsumsi terhadap barang impor. Konsumsi oleh penduduk asing di dalam negeri dianggap sebagai ekspor. Pembelian atau pembuatan rumah tempat tinggal baru tidak dicatat sebagai konsumsi rumah tangga, tetapi dialokasikan ke pembentukan modal di sektor usaha bangunan dan tanah. Rumah tempat tinggal yang ditempati sendiri oleh pemiliknya dihitung sebagai output sektor usaha bangunan dan tanah, dan nilai yang sama dimasukkan ke dalam pengeluaran konsumsi rumah tangga. Pembelian bahan bangunan oleh rumah tangga untuk perbaikan dan pemeliharaan rumah tempat tinggal diperlakukan sebagai input antara dari sektor peraikan bangunan. Data dasar yang dipakai untuk menghitung konsumsi rumah tangga dalam Tabel IO Updating tahun 2008 adalah hasil Susenas. Harga eceran yang diperoleh dari BPS digunakan untuk menilai konsumsi komoditi makanan. Pengeluaran konsumsi pemerintah mencakup pengeluaran pemerintah pusat dan daerah, termasuk semua pengeluaran untuk kepentingan Angkatan Bersenjata. Pengeluaran yang dicatat hanyalah pengeluaran konsumsi, tidak termasuk pengeluaran untuk pembentkan modal. Total pengeluaran pemerintah meliputi seluruh pengeluaran untuk belanja pegawai, belanja barang, belanja perjalanan dinas, biaya pemeliharaan, perbaikan, dan belanja rutin lainnya. Belanja pegawai adalah seluruh pengeluaran untuk upah dan gaji pegawai berbentuk uang dan barang, termasuk belanja pensiun, uang lembur, honorarium, lauk pauk, dan belanja pegawai lainnya. Belanja barang dan belanja rutin lainnya mencakup semua pengeluaran untuk biaya kantor, seperti pembelian alat-alat tulis, pembayaran listrik, telepon, air, dan gas, serta bahan- bahan, alat-alat dan barang-barang lainnya kecuali barang-barang modal, termasuk biaya-biaya pemeliharaan gedung kantor, kendaraan, dan barang inventarisasi. Data pengeluaran rutin pemerintah pusat dalam Tabel IO Updating tahun 2008 diperoleh dari Departemen Keuangan berupa realisasi belanja rutin pemerintah pusat yang dirinci menurut mata anggaran. Data pengeluaran rutin pemerintah daerah diperoleh dari pengolahan daftar isian tentang keuangan pemerintah daerah yang dikumpulkan oleh BPS. Pembentukan modal tetap meliputi pengadaan, pembuatan, dan pembelian barang-barang modal baru dari dalam negeri dan dari luar negeri, dan barang modal bekas dari luar negeri oleh sektor-sektor ekonomi. Pembentukan modal tetap mencakup juga perbaikan berat yang dilakukan terhadap barang- barang modal. Pembentukan modal tetap menurut bentuknya, terdiri dari: 1. Pembentukan modal tetap dalam bentuk bangunankonstruksi. 2. Pembentukan modal tetap berupa mesin-mesin dan alat-alat perlengkapan yang mencakup mesin-mesin dan alat-alat perlengkapan yang mencakup mesin-mesin dan alat-alat perlengkapan yang diimpor, serta mesin-mesin dan alat-alat perlengkapan produksi dalam negeri. 3. Pengeluaran untuk pengembangan dan pembukaan tanah, pengembangan dan perluasan areal tanah hutan dan daerah pertambangan, serta penanaman dan peremajaan pohon tanaman keras. 4. Pembelian ternak yang khusus dipelihara untuk keperluan pembiakan, pemerahan susu, pengambilan bulunya, dipakai tenaganya, tetapi tidak termasuk ternak yang akan dipotong. 5. Margin perdagangan dan ongkos-ongkos lain yang berkenaan dengan pemindahan hak milik dalam transaksi jual beli tanah, sumber mineral, hak pengusahaan hutan, hak paten, hak cipta, dan barang-barang modal bekas. Data yang dipakai dalam perkiraan angka pembentukan modal berupa mesin-mesin dan alat-alat perlengkapan. Data tersebut dalam Tabel IO Updating tahun 2008 bersumber pada Statistik Impor dan Statistik Industri Besar dan Sedang dari BPS. Perubahan stok adalah selisih antara nilai stok barang pada akhir tahun dengan nilai stok pada awal tahun. Jenis perubahan stok adalah sebagai berikut: 1 Perubahan stok barang jadi dan setengah jadi yang disimpan oleh produsen termasuk perubahan jumlah ternak dan unggas, dan barang-barang strategis yang disimpan pemerintah, 2 Perubahan stok bahan mentah dan bahan baku yang belum digunakan oleh produsen, dan 3 Perubahan stok di sektor perdagangan, yang terdiri dari barang-barang dagangan yang belum terjual. Data perubahan stok dalam Tabel IO Updating tahun 2008 diperoleh dari proses rekonsiliasi, yaitu suatu nilai selisih antara alokasi penggunaan output dengan jumlah penyediaannya. Transaksi ekspor barang, ekspor jasa, impor barang, dan impor jasa merupakan sektor yang berdiri sendiri. Transaksi ekspor freight on board fob dicatat sebagai sektor ekspor barang berkode 305, transaksi ekspor jasa berkode 306, impor barang cost insurance freight cif berkode 401. Pajak penjualan impor berkode 402, bea masuk berkode 403, dan impor jasa berkode 404. Kode tersebut sama dengan klasifikasi Tabel IO tahun 2005 klasifikasi 175, 66 sektor, dan 19 sektor. Ekspor dan impor barang dan jasa adalah transaksi ekonomi antara penduduk Indonesia dengan bukan penduduk Indonesia. Transaksi ekonomi meliputi transaksi barang, jasa pengangkutan, jasa pariwisata, jasa asuransi, jasa komunikasi, dan transaksi komoditi lainnya. Penduduk Indonesia mencakup badan pemerintahan pusat dan daerah, perorangan, persahaan, dan lembaga-lembaga lainnya. Pembelian langsung di pasar domestik oleh penduduk negara lain diperlakukan sebagai ekspor. Pembelian langsung di pasar luar negeri oleh penduduk Indonesia diperlakukan sebagai impor. Nilai ekspor barang atas dasar harga produsen dinyatakan dalam fob. Nilai impor barang atas dasar harga produsen atau nilai impor barang at landed cost adalah jumlah dari nilai impor barang cif, pajak penjualan impor, dan bea masuk. Nilai ekspor dan impor barang dan jasa dalam Tabel IO Updating tahun 2008 diperoleh dari Statistik Perdagangan Luar Negeri BPS maupun Statistik Ekonomi dan Keuangan Indonesia Bank Indonesia.

4.1.1. Struktur Tabel Input Output

Matriks yang terdapat pada Tabel IO terdiri dari matriks penyerapan input di setiap industri, matriks produk bersama dan matriks pajak bersama. Kolom dari matriks penyerapan menunjukkan 6 pelaku ekonomi, yaitu produsen domestik, investor, rumah tangga, ekspor, pemerintah dan inventori. Semua data pada Tabel IO dihitung dalam nilai rupiah. Baris dalam Tabel IO menunjukkan asal dari pembelian komoditas yang dilakukan oleh pelaku ekonomi pada setiap kolom, yang meliputi aliran bahan baku, margin, pajak, tenaga kerja, modal, lahan, dan biaya lainnya. Aliran bahan baku dasar pada kolom pertama dan kedua menunjukkan aliran komoditas impor dan domestik yang digunakan oleh industri sebagai input atau pembentukan modal. Sebagai contoh, VIBAS kolom pertama dan baris pertama adalah nilai dari bahan baku dasar dari komoditi c, sumber s oleh industri i pada produksinya. Aliran bahan baku dasar pada kolom ketiga menunjukkan komoditi yang dikonsumsi oleh rumah tangga. Aliran bahan baku ke empat, lima dan enam menunjukkan nilai dari komoditi untuk ekspor, dikonsumsi pemerintah dan menambahmengurangi inventaris. Hubungan antar komoditi pada Tabel IO menunjukkan hubungan sektoral antar industri dan hubungan agregat dari pelaku-pelaku ekonomi dalam ekonomi makro. Alur margin dari baris kedua adalah biaya margin komoditi yang digunakan oleh produsen, investor, rumah tangga, pemerintah, dan biaya margin komoditi ekspor. Pajak dimatrikskan pada baris ketiga menunjukkan pajak-pajak komoditi, seperti yang dikonsumsi oleh produsen, investor, rumah tangga dan pemerintah, dan pada akhirnya pajak ekspor. Baris tenaga kerja, modal, lahan, dan biaya-biaya lainnya mencatat penggunaan faktor primer untuk masing- masing industri pada kolom pertama, mengindikasikan pengembalian pada faktor-faktor input ini seperti yang digunakan pada setiap sektor. Dua matriks akhir adalah matriks produksi bersama dan matriks pajak impor. Matriks produksi bersama menunjukkan komposisi komoditi dari output tiap-tiap industri. Diasumsikan bahwa sebuah industri dapat memproduksi sebuah komoditi. Matriks pajak impor mencatat pembayaran bea impor atas tiap komoditi yang diimpor oleh setiap industri.

4.1.2. Disagregasi Sektor

Disagregasi sektor diperlukan, agar analisis dapat lebih fokus pada tujuan penelitian. Disagregasi matriks dilakukan berlawanan terhadap agregasi matriks yang dibangun oleh Miller and Blair, 1985 Gamber 30. Dari Tabel IO Updating tahun 2008 yang mempunyai 66 sektor, maka pada penelitian ini dilakukan disagregasi menjadi 68 sektor Tabel 22. 1 0 0 0 0 1 1 0 0 0 0 1 S = S’ = 1 0 0 0 1 0 0 1 0 0 0 1 Z 11 Z 12 Z 13 Z 14 Z 21 Z 22 Z 23 Z 34 Z 31 Z 32 Z 33 Z 34 Z 41 Z 42 Z 43 Z 44 Z = Z =SZS’ = 1 0 0 0 0 1 1 0 0 0 0 1 1 0 0 0 1 0 0 1 0 0 0 1 Z = Z 11 Z 12 + Z 13 Z 14 Z 21 + Z 31 Z 22 + Z 23 + Z 32 + Z 33 Z 24 + Z 34 Z 41 Z 42 + Z 43 Z 44 Z 11 Z 12 Z 13 Z 14 Z 21 Z 22 Z 23 Z 34 Z 31 Z 32 Z 33 Z 34 Z 41 Z 42 Z 43 Z 44 Gambar 30. Metode Agregasi Matriks Sumber: Miller and Blair, 1985 Tabel 22. Disagregasi Sektor dalam Penelitian Berdasarkan Tabel IO Updating Tahun 2008 Klasifikasi 66 Sektor dan 68 Sektor Penelitian No. 66 Sektor Tabel IO Tahun 2008 No. 68 Sektor Penelitian 1 Padi 1 Padi 2 Tanaman kacang-kacangan 2 Tanaman kacang-kacangan 3 Jagung 3 Jagung 4 Tanaman umbi-umbian 4 Ubikayu 5 Tanaman umbi-umbian 5 Sayur-sayuran dan buah-buahan 6 Sayur-sayuran dan buah-buahan 6 Tanaman bahan makanan lainnya 7 Tanaman bahan makanan lainnya 7 Karet 8 Karet 8 Tebu 9 Tebu 9 Kelapa 10 Kelapa 10 Kelapa sawit 11 Kelapa sawit 11 Tembakau 12 Tembakau 12 Kopi 13 Kopi 13 The 14 Teh 14 Cengkeh 15 Cengkeh 15 Hasil tanaman serat 16 Hasil tanaman serat 16 Tanaman perkebunan lainnya 17 Tanaman perkebunan lainnya 17 Tanaman lainnya 18 Tanaman lainnya 18 Peternakan 19 Peternakan 19 Pemotongan hewan 20 Pemotongan hewan 20 Unggas dan hasil-hasilnya 21 Unggas dan hasil-hasilnya 21 Kayu 22 Kayu 22 Hasil hutan lainnya 23 Hasil hutan lainnya 23 Perikanan 24 Perikanan 24 Penambangan batubara dan bijih logam 25 Penambangan batubara dan bijih logam 25 Penambangan minyak, gas dan panas bumi 26 Penambangan minyak, gas dan panas bumi 26 Penambangan dan penggalian lainnya 27 Penambangan dan penggalian lainnya 27 Industri pengolahan dan pengawetan makanan 28 Industri pengolahan dan pengawetan makanan 28 Industri minyak dan lemak 29 Industri minyak dan lemak 29 Industri penggilingan padi 30 Industri penggilingan padi 30 Industri tepung, segala jenis 31 Industri tepung, segala jenis 31 Industri gula 32 Industri gula 32 Industri makanan lainnya 33 Industri makanan lainnya 33 Industri minuman 34 Industri minuman 34 Industri rokok 35 Industri rokok 35 Industri pemintalan 36 Industri pemintalan 36 Industri tekstil, pakaian dan kulit 37 Industri tekstil, pakaian dan kulit 37 Industri bambu, kayu dan rotan 38 Industri bambu, kayu dan rotan 38 Industri kertas, barang dari kertas dan karton 39 Industri kertas, barang dari kertas dan karton 39 Industri pupuk dan pestisida 40 Industri pupuk dan pestisida