Model Keseimbangan Umum Nasional

tebu, gula beet, jagung, gandum, lobak, CPO, jarak, switchgrass, dan willow. Pakan atau pangan tersebut dapat diolah menjadi biofuels, yaitu etanol, biosolar, kayu bakar, briket batu bara, bagasi dan biogas. Biofuels tersebut dapat dikonsumsi untuk kegiatan transportasi, pemanas, dan listrik. Dalam kaitan dengan penelitian ini, yang dimaksud dengan BBN adalah CPO, tetes tebu, dan ubi kayu yang secara aktual diolah menjadi bioetanol dan biosolar, yang digunakan untuk konsumsi transportasi dan penghasil tenaga listrik. BBN potensial di Indonesia berasal dari jarak pagar, kedele, kacang tanah, jagung, kentang, biji matahari, sorgum manis, dan lobak. Menurut FAO 2008, biosolar dapat dihasilkan dari proses ekstraksi dan esterifikasi dari minyak tanaman pangan, seperti lobak, CPO, kacang kedele, biji matahari, kacang tanah, dan biji jarak pagar. Disamping itu etanol dapat dihasilkan dari proses fermentasi dan destilasi gula tetes tebu, gula beet, dan sorgum manis maupun dari proses sakarifikasi, fermentasi, dan distilasi jagung, gandum, barley, rye, kentang, dan ubi kayu FAO, 2008. Tabel 9. Pemanfaatan Bahan Bakar Nabati Jenis Penggunaan Sektor Penggunaan Bahan Baku Bioetanol Pengganti premium Transportasi 10 Tebu dan ubikayu Bio-oil Biokerosin Pengganti minyak tanah Rumah tangga 10 Sawit dan jarak pagar Bio-oil Pengganti solar Transportasi 10 Pembangkit listrik 10-50 Pengganti minyak solar Transportasi laut kereta api 10 Pengganti minyak bakar Industri 50 Biosolar Pengganti solar Transportasi 10 Sawit dan jarak pagar Pembangkit listrik 50 Sumber: Kementerian ESDM, 2006b Produk BBN dibedakan menjadi bioetanol, bio-oil, dan biosolar Tabel 9. Bioetanol digunakan sebagai pengganti premium. Pangsa bioetanol adalah 10 persen dari konsumsi sektor transportasi. Bahan baku bioetanol terbuat dari tebu dan ubikayu. Bio-oil dibedakan atas biokerosen sebagai pengganti minyak tanah untuk konsumsi rumah tangga 50 dan bio-oil sebagai pengganti solar untuk sektor transportasi 10 dan pembangkit listrik 10-50, pengganti minyak solar untuk transportasi laut dan kereta api 10, dan pengganti minyak bakar untuk sektor industri 50. Bahan baku bio-oil terbuat dan kelapa sawit dan jarak pagar. Biosolar digunakan untuk pengganti solar dan bahan bakunya terbuat dan kelapa sawit dan jarak pagar, yang digunakan untuk sektor transportasi 10 dan sektor pembangkit listrik 50. Tabel 10. Kebijakan Nasional Penerapan Bahan Bakar Nabati Periode Tahun 2006 2007-2008 2009-2010 2011-2015 Tahap Uji Coba: B5 Biosolar O5 Bio-oil transportasi O10 Biokerosen O50 Bio-oil PLN Wajib Pertamina dan PLN: B10 di kota-kota besar 05 Transportasi 10 O10 Biokerosen 5 O50 PLTD PLN 20 Wajib Pertamina dan PLN: B10 di kota-kota besar O5 Transportasi 20 O10 Biokerosen nasional 10 O50 PLTD PLN 50 Wajib Pertamina dan PLN: B10 di kota-kota besar O5 Transportasi 20 O10 Biokerosen nasional 10 O50 PLTD PLN 20 Tahap Uji Coba: E5 Bioetanol Malang Surabaya Wajib Pertamina: E5 di kota-kota Besar tahun 2007 E15 di kota-kota Besar tahun 2008 Wajib Pertamina: E15 nasional non FFV ATPM sampai E100FFV Wajib Pertamina: E15 nasional non FFV ATPM sampai E100FFV Sumber: Nasution, 2006 Pangsa penggunaan solar adalah sebesar 40 persen dan penggunaan BBM untuk sektor transportasi Kementerian ESDM, 2006b. Penggunaan solar untuk sektor industri dan Pembangkit Listrik Tenaga Diesel PLTD sebesar 74 persen dan jumlah penggunaan BBM pada kedua sektor tersebut Kementerian ESDM, 2006b. Pemerintah memberlakukan mandat konsumsi BBN Tabel 10. Pada tahun 2008, Pertamina dan PLN diwajibkan menjual B10 dan E15, O5 untuk sektor transportasi 10, O10 biokerosen 5 di kota-kota besar dan O50