Tingkat Pengembalian Bruto KONSTRUKSI DATA DASAR
langsung melalui pengurangan pembayaran, pengendalian areal tanam, dan kebijakan ekspor dan impor. Stillman et al 2009 mengatakan bahwa Uni Eropa
melaksanakan kebijakan subsidi per luas tanam untuk memproduksi tanaman energi dan memberlakukan pajak secara kredit untuk perorangan yang
menggunakan BBN. China selain mempertahankan ketahanan pangan, juga memproduksi etanol dari jagung, maupun kentang dan ubi kayu Stillman et al,
2009. Pemerintah Brazil juga melaksanakan program etanol dari tebu Stillman
et al, 2009. Brazil memberikan subsidi keuangan yang besar untuk produsen, melakukan penjaminan pasar, memberikan bantuan harga untuk produsen, dan
subsidi untuk konsumen Geller, 1985 dan Geller, 2004 dalam Rajagopal dan Zilberman, 2008. Pemerintah India dan Thailand mempromosikan produksi
etanol dari tebu dan ubi kayu melalui mandat pencampuran etanol GoI, 2003 dan Nguyen, 2007 dalam Rajagopal dan Zilberman, 2008.
Pemerintah Argentina memberlakukan pajak ekspor yang lebih rendah untuk BBN dan memberlakukan pajak ekspor yang lebih besar untuk feedstock
BBN, seperti minyak jagung atau minyak kedelai Stillman et al, 2009. FAO 2008 mengatakan bahwa produksi BBN cair di banyak negara dewasa ini
sesungguhnya secara ekonomi tidak layak tanpa subsidi. Ketidaklayakan ekonomi tersebut terjadi pada keberadaan produksi pertanian dan teknologi
pengolahan BBN dewasa ini, serta harga relatif antara komoditi feedstock BBN dan BBM. Meskipun demikian, untuk produksi etanol dari tebu di Brazil tergolong
yang secara ekonomi dianggap layak. Daya saing BBN ditentukan oleh keberadaan khusus BBN, lokasi
produksi dan feedstock, serta kemampuan ekonomi yang dapat mengubah harga-harga input dan BBM di pasar sebagaimana kecanggihan teknologi yang
digunakan di negara tersebut FAO, 2008. Subsidi harga output BBN Simulasi
5 di Indonesia berdampak terhadap peningkatan harga output komoditi BBN lokal. Meskipun harga output komoditi industri minyak dan lemak lokal yang
menjadi feedstock biosolar menurun, namun harga output komoditi BBN lokal meningkat, karena harga output komoditi industri gula lokal yang menjadi
feedstock bioetanol meningkat, harga output komoditi tebu lokal meningkat, dan harga output komoditi kelapa sawit lokal meningkat. Peningkatan harga output
komoditi BBN lokal berdampak terhadap peningkatan output BBN. Peningkatan stok modal aktual dan peningkatan permintaan tenaga kerja juga berdampak
terhadap peningkatan output BBN. Peningkatan harga output komoditi BBN lokal menimbulkan peningkatan jumlah penawaran impor BBN. Peningkatan output
BBN diikuti oleh peningkatan permintaan ekspor BBN yang besar Tabel 27. Pletcher 1991 dan Casson 2000 dalam Rajagopal dan Zilberman
2008 mengatakan bahwa pemerintah di Malaysia dan Indonesia mengembangkan sektor minyak kelapa sawit melalui berbagai konsesi secara
bertahap yang ditanam untuk diekspor. Lubbeke 2007 mengatakan bahwa Uni Eropa mengimpor minyak kelapa sawit dari Malaysia dan Indonesia untuk
dijadikan feedstock BBN. Peningkatan output BBN berdampak terhadap penurunan output BBM,
peningkatan output industri minyak dan lemak, dan peningkatan output kelapa sawit. Akan tetapi peningkatan output BBN biosolar, peningkatan output industri
minyak dan lemak, dan peningkatan output kelapa sawit diikuti oleh penurunan output padi, penurunan output jagung, penurunan output ubi kayu, penurunan
output tebu, penurunan output industri penggilingan padi, penurunan output industri tepung, dan penurunan output industri gula. Penurunan sektor pangan
tersebut terkait dengan penurunan stok modal aktual, penurunan permintaan tenaga kerja, peningkatan harga faktor primer pertanian, peningkatan jumlah