Disagregasi Sektor Tabel Input Output Indonesia dan Klasifikasi Sektor

Pertumbuhan ekonomi dari sisi pengeluaran sebagai dampak peningkatan permintaan lahan Simulasi 6 disebabkan oleh peningkatan pengeluaran investasi riil agregat, konsumsi rumah tangga riil, indeks volume ekspor, investaris riil agregat, dan penurunan indeks volume impor. Penyebab pertumbuhan ekonomi tersebut berbeda dengan hasil simulasi lain, yang hanya digerakkan oleh indeks volume ekspor saja. Hal itu menunjukkan bahwa permintaan lahan pertanian lebih mampu menggerakkan pertumbuhan ekonomi dibandingkan dampak dari simulasi yang lainnya. Konsumsi rumah tangga riil mengalami peningkatan pada dampak peningkatan permintaan lahan pertanian Simulasi 6, karena terjadi penurunan indeks harga konsumen. Indeks harga konsumen mengalami penurunan, karena penurunan peubah sewa modal pertanian nasional dan penurunan rata-rata sewa modal Tabel 29. Pertumbuhan ekonomi yang meningkat lebih besar dibandingkan peningkatan konsumsi rumah tangga riil pada dampak peningkatan permintaan lahan pertanian Simulasi 6 tersebut diikuti oleh penurunan rasio konsumsi terhadap pendapatan. Peningkatan konsumsi rumah tangga riil ketika pengeluaran pemerintah riil konstan, berdampak pada penurunan rasio antara pengeluaran pemerintah riil dan konsumsi rumah tangga riil. Peningkatan konsumsi BBN Simulasi 1, perubahan luas lahan dan modal Simulasi 2, perubahan produktivitas Simulasi 3, dan subsidi BBN Simulasi 5 berdampak terhadap penurunan konsumsi rumah tangga riil. Konsumsi rumah tangga riil mengalami penurunan, karena rasio konsumsi terhadap pendapatan mengalami penurunan dan indeks harga konsumen mengalami peningkatan. Indeks harga konsumen mengalami peningkatan sebagaimana peningkatan peubah sewa modal pertanian nasional dan peningkatan rata-rata sewa modal Tabel 29. Dari sisi pendapatan, pertumbuhan ekonomi disebabkan oleh peningkatan pembayaran modal agregat. Peningkatan pembayaran modal agregat, karena peningkatan sewa modal rata-rata Tabel 26. Peningkatan konsumsi BBN Simulasi 1, perubahan luas lahan dan modal Simulasi 2, dan peningkatan permintaan lahan Simulasi 6 berdampak negatif berupa peningkatan sewa modal non pertanian nasional dan upah riil rata-rata, namun perubahan produktivitas Simulasi 3 berdampak positif berupa penurunan sewa modal non pertanian nasional dan penurunan upah riil rata-rata. Konsumsi BBN Simulasi 1 dan perubahan produktivitas Simulasi 3 berdampak positif berupa peningkatan pembayaran lahan agregat, namun perubahan luas lahan dan modal Simulasi 2 dan peningkatan permintaan lahan Simulasi 6 berdampak negatif berupa penurunan pembayaran lahan agregat. Perubahan luas lahan dan modal Simulasi 2 dan perubahan produktivitas Simulasi 3 berdampak negatif berupa peningkatan impor dan berdampak positif berupa peningkatan inventori riil agregat, namun konsumsi BBN Simulasi 1 berdampak positif berupa penurunan impor dan berdampak negatif berupa penurunan inventori riil agregat. Peningkatan harga pangan, harga kayu bulat, dan harga hasil tambang di pasar internasional Simulasi 4 dan peningkatan permintaan lahan pertanian Simulasi 6 tidak berhasil meningkatkan indeks harga konsumen Tabel 26, karena pemerintah memberlakukan kebijakan sasaran inflasi. Akan tetapi peningkatan harga pangan dan harga substitusi BBN tingkat internasional berdampak positif terhadap peningkatan indeks harga ekspor, depresiasi nilai tukar mata uang rupiah per dolar AS, apresiasi nilai tukar perdagangan, peningkatan sewa modal non pertanian nasional, dan peningkatan neraca perdagangan per PDB. Peningkatan neraca perdagangan per PDB lebih kuat disebabkan oleh depresiasi nilai tukar mata uang rupiah per dolar AS dibandingkan apresiasi nilai tukar perdagangan. Peningkatan harga pangan, harga kayu bulat, dan harga hasil tambang di pasar internasional Simulasi 4 Subsidi harga output BBN Simulasi 5 berdampak meningkatkan PDB riil sisi pengeluaran Tabel 26, karena indeks volume ekspor meningkat dan inventori riil agregat meningkat, meskipun pengeluaran investasi riil agregat menurun, konsumsi rumah tangga riil menurun, dan indeks volume impor meningkat. Indeks volume ekspor meningkat, karena nilai tukar perdagangan mengalami depresiasi, neraca perdagangan per PDB meningkat, dan indeks harga ekspor menurun. Inventori riil meningkat, karena indeks harga inventori meningkat. Pengeluaran investasi riil agregat menurun, karena rata-rata sewa modal menurun, peubah sewa modal pertanian nasional menurun, dan peubah sewa modal non pertanian nasional meningkat. Konsumsi rumah tangga riil menurun, karena indeks harga konsumen meningkat. Indeks volume impor di atas berdampak negatif berupa penurunan PDB riil sisi pengeluaran. Penurunan tersebut, karena penurunan indeks volume impor dan penurunan inventori riil agregat, meskipun terjadi peningkatan pengeluaran investasi riil agregat, peningkatan konsumsi rumah tangga riil, dan peningkatan indeks volume ekspor. Peningkatan konsumsi rumah tangga riil berdampak terhadap penurunan rasio permintaan pemerintah riil agregat terhadap konsumsi rumah tangga riil. Peningkatan pengeluaran investasi riil agregat, karena penurunan peubah sewa modal pertanian nasional dan penurunan indeks harga investasi agregat. Indeks volume impor mengalami penurunan, karena nilai tukar perdagangan terdepresiasi. Penurunan PDB dari sisi pendapatan, karena penurunan penerimaan dari semua pajak tidak langsung agregat dan penurunan pembayaran lain-lain agregat. meningkat, karena indeks harga impor meningkat dan nilai tukar perdagangan terdepresiasi. PDB riil sisi pendapatan meningkat, karena pembayaran modal agregat meningkat, pembayaran tenaga kerja meningkat, dan pembayaran lahan agregat meningkat, meskipun penerimaan untuk semua pajak tidak langsung agregat menurun dan pembayaran lain-lain agregat menurun. Pembayaran modal agregat meningkat, karena rata-rata sewa modal meningkat, peubah sewa modal pertanian nasional meningkat, dan peubah sewa modal non pertanian nasional meningkat. Pembayaran tenaga kerja agregat meningkat, karena rata-rata upah riil meningkat. Pengembangan produksi BBN tanpa subsidi Simulasi 1, 2, dan 3 menghasilkan penerimaan pajak yang lebih besar dibandingkan belanja Tabel 26. Perilaku kebijakan subsidi tersebut cocok dengan perilaku subsidi BBM. Pengembangan biosolar menggunakan feedstock dari CPO yang komoditi tersebut berorientasi ekspor di lahan perkebunan dan pengembangan bioetanol menggunakan feedstock dari ubi kayu, yang juga berorientasi ekspor di lahan marjinal. Temuan tersebut merupakan informasi yang penting, karena pengembangan BBN di negara lain memerlukan subsidi. Taheripor dan Tyner 2008 mengatakan bahwa etanol ekonomis tanpa subsidi ketika harga minyak bumi lebih tinggi dibandingkan 60 dollar AS per barel, tetapi biosolar tidak ekonomis ketika harga BBM tinggi di Amerika Serikat, apabila biosolar tanpa pemberian subsidi dari pemerintah. Pengembangan industri pengolahan pensubstitusi impor BBM tersebut akan menurunkan kenaikan harga faktor primer, menurunkan kenaikan harga produk antara, menurunkan kenaikan produk akhir, menurunkan biaya transportasi, menurunkan impor pangan, menurunkan impor pakan, menurunkan impor industri pengolahan berbasis sumberdaya alam pertanian dalam arti luas, meningkatkan lapangan pekerjaan sektor pertanian dalam arti luas, sektor perdagangan eceran, dan sektor jasa. Berdasarkan sejarah perekonomian pemerintahan terdahulu dan negara-negara lain yang menggunakan pembangunan pertanian, pembangunan pedesaan, dan memberlakukan subsidi, maka pemerintah tersebut juga berhasil menurunkan jumlah penduduk miskin secara nyata. Meskipun perubahan produktivitas Simulasi 3 menghasilkan penurunan upah riil rata-rata Tabel 26, namun hal itu bukan berarti pengembangan produksi BBN merupakan padat modal, karena harga faktor primer untuk upah petani meningkat Tabel 29.

5.2. Dampak Pengembangan Produksi BBN terhadap Keragaan Sektoral

Peningkatan konsumsi BBN Simulasi 1, perubahan luas lahan dan modal Simulasi 2, dan perubahan produktivitas Simulasi 3 berdampak positif berupa peningkatan output pada sektor BBN, kelapa sawit, dan industri minyak dan lemak, namun berdampak negatif berupa penurunan output sektor padi, industri pengolahan dan pengawetan makanan, industri penggilingan padi, industri tepung, dan industri makanan lainnya Tabel 22. Penurunan output sektor-sektor tersebut, karena penurunan stok modal aktual dan penurunan permintaan tenaga kerja Tabel 29, serta peningkatan jumlah penawaran impor sektor Tabel 30, meskipun terjadi peningkatan harga output komoditi lokal dan harga impor tetap. Peningkatan harga output komoditi lokal terjadi tanpa peningkatan output, melainkan diikuti oleh penurunan output pada sektor padi, industri pengolahan dan pengawetan makanan, industri penggilingan padi, industri tepung, dan industri makanan lainnya. Hal itu, karena adanya peningkatan harga faktor primer pertanian pada upah petani, peningkatan peubah biaya modal, peningkatan sewa lahan, dan peningkatan biaya pupuk Tabel 29, kecuali sewa tanah mengalami penurunan pada perubahan luas lahan dan modal Simulasi 2. Peningkatan harga faktor primer pertanian disebabkan oleh modal variabel yang meningkat lebih tinggi dibandingkan peningkatan upah tenaga kerja. Peningkatan upah tenaga kerja lebih tinggi dibandingkan peningkatan pupuk. Sementara itu biaya pupuk pada sektor padi, tebu, dan kelapa sawit menurun, namun biaya pupuk pada jagung dan ubi kayu meningkat Tabel 29. Penurunan permintaan tenaga kerja selain disebabkan oleh kenaikan upah petani Tabel 29 juga disebabkan oleh kenaikan upah riil rata-rata Tabel 26. Temuan tersebut di atas menguatkan temuan BRDI 2007, yang menyatakan bahwa peningkatan sasaran BBN berdampak meningkatkan harga BBN dan jumlah BBN domestik, serta meningkatkan jumlah penggunaan feedstock BBN, dan menurunkan jumlah penggunaan feedstock non BBN. Sorda et al 2009 mengatakan bahwa semakin tinggi konsumsi BBN diterjemahkan ke peningkatan output. BRDi 2007 mengatakan bahwa peningkatan sasaran BBN berdampak meningkatkan harga BBN dan jumlah BBN domestik, serta meningkatkan jumlah penggunaan feedstock BBN, dan menurunkan jumlah penggunaan feedstock non BBN. BRDi 2007 juga mengatakan bahwa peningkatan pertumbuhan produktivitas berdampak pada penurunan BBN dan peningkatan jumlah BBN domestik, serta peningkatan jumlah penggunaan feedstock BBN dan peningkatan jumlah penggunaan feedstock non BBN. Temuan penelitian ini juga menunjukkan bahwa konsumsi BBN dari industri minyak dan lemak Simulasi 1 meningkatkan output BBN Tabel 27.