Investasi Setiap Industri Stok Modal Setiap Industri

penurunan output industri tepung, meskipun permintaan tenaga kerja meningkat. Gandum tidak diproduksi secara luas di Indonesia dan usahatani gandum masih dalam tahap percobaan untuk dibudidayakan di Indonesia. Peningkatan harga pangan, harga kayu bulat, dan harga hasil tambang di pasar internasional Simulasi 4 Disamping itu, peningkatan harga BBM membuat defisit perdagangan BBN meningkat pula di NAFTA Banse et al, 2009. Birur et al 2008 mengatakan juga bahwa harga BBM semakin tinggi, maka BBN semakin mensubstitusi produk BBM. Hertel et al 2008 mengatakan bahwa peningkatan harga BBM yang cepat telah meningkatkan subsidi di Uni Eropa dan di Amerika tidak diikuti oleh peningkatan harga output komoditi industri pengolahan dan pengawetan makanan lokal, melainkan penurunan harga output komoditi industri pengolahan dan pengawetan makanan lokal dan terjadi peningkatan jumlah penawaran impor industri pengolahan dan pengawetan makanan. Penurunan harga output komoditi industri pengolahan dan pengawetan makanan lokal, penurunan stok modal aktual, dan penurunan permintaan tenaga kerja berdampak terhadap penurunan output industri pengolahan dan pengawetan makanan serta penurunan permintaan ekspor industri pengolahan dan pengawetan makanan. Peningkatan harga ekspor dan impor BBM berdampak terhadap peningkatan harga output komoditi BBM lokal pengilangan minyak bumi non subsidi dan penurunan jumlah penawaran impor BBM. Peningkatan harga output komoditi BBM lokal, peningkatan stok modal aktual, dan peningkatan permintaan tenaga kerja berdampak terhadap peningkatan output BBM. Peningkatan output BBM diikuti oleh peningkatan permintaan ekspor BBM. Banse et al 2009 mengatakan bahwa kenaikan harga BBM membuat BBN lebih bersaing dibandingkan produksi BBM, sehingga pangsa konsumsi BBN meningkat di Brazil, NAFTA, dan Uni Eropa. Serikat terjadi penahanan pada pesaing utama penggunaan tambahan BBN pada BBM. Lubbeke 2007 mengatakan bahwa kelapa sawit biasa digunakan sebagai bahan pangan dan bahan baku non pangan seperti kosmetika, sabun, shampoo, dan deterjen pencuci; ketika harga BBM meningkat dan terjadi perubahan iklim, maka kelapa sawit digunakan sebagai sumber energi yang dapat diperbarui. Rajagopal dan Zilberman 2008 mengatakan bahwa BBN diperkirakan menurunkan ketergantungan impor BBM. Pendapat tersebut dapat dibenarkan jika ketergantungan pada impor energi selama feedstock BBN diproduksi di dalam negeri Rajagopal dan Zilberman, 2008. Keberadaan tersebut menjawab pertanyaan tentang efektivitas BBN dalam memperbaiki keamanan energi di negara lain Rajagopal dan Zilberman, 2008. Pada kasus Indonesia, produksi BBN masih 1.1 persen dari produksi BBM pada tahun 2008 yang menjadi data dasar penelitian ini, sehingga peningkatan produksi BBN tidak terlihat nyata dalam mempengaruhi ketergantungan pada impor BBM di Indonesia. Pengembangan produksi BBN di Indonesia direspons oleh perusahaan-perusahaan besar dan multinasional dengan dukungan Bank Dunia dan Bank Pembangunan Asia. Perusahaan- perusahaan besar tersebut melakukan pembukaan lahan yang luas dan cepat. Ambisi yang besar tersebut terkendala oleh kenyataan bahwa pengembangan produksi BBN tidak memenuhi persyaratan ekonomis, sebagaimana pengembangan BBN di banyak negara yang mensyaratkan dukungan subsidi. Koplow dan Johnson 2005 maupun Kojima et al 2007 dalam Rajagopal dan Zilberman 2008 mengatakan bahwa kebijakan pengembangan BBN di Amerika Serikat dan Uni Eropa dengan cara memberikan subsidi pajak, memberlakukan standar mandat pencampuran BBN, dan subsidi secara tidak langsung melalui pengurangan pembayaran, pengendalian areal tanam, dan kebijakan ekspor dan impor. Stillman et al 2009 mengatakan bahwa Uni Eropa melaksanakan kebijakan subsidi per luas tanam untuk memproduksi tanaman energi dan memberlakukan pajak secara kredit untuk perorangan yang menggunakan BBN. China selain mempertahankan ketahanan pangan, juga memproduksi etanol dari jagung, maupun kentang dan ubi kayu Stillman et al, 2009. Pemerintah Brazil juga melaksanakan program etanol dari tebu Stillman et al, 2009. Brazil memberikan subsidi keuangan yang besar untuk produsen, melakukan penjaminan pasar, memberikan bantuan harga untuk produsen, dan subsidi untuk konsumen Geller, 1985 dan Geller, 2004 dalam Rajagopal dan Zilberman, 2008. Pemerintah India dan Thailand mempromosikan produksi etanol dari tebu dan ubi kayu melalui mandat pencampuran etanol GoI, 2003 dan Nguyen, 2007 dalam Rajagopal dan Zilberman, 2008. Pemerintah Argentina memberlakukan pajak ekspor yang lebih rendah untuk BBN dan memberlakukan pajak ekspor yang lebih besar untuk feedstock BBN, seperti minyak jagung atau minyak kedelai Stillman et al, 2009. FAO 2008 mengatakan bahwa produksi BBN cair di banyak negara dewasa ini sesungguhnya secara ekonomi tidak layak tanpa subsidi. Ketidaklayakan ekonomi tersebut terjadi pada keberadaan produksi pertanian dan teknologi pengolahan BBN dewasa ini, serta harga relatif antara komoditi feedstock BBN dan BBM. Meskipun demikian, untuk produksi etanol dari tebu di Brazil tergolong yang secara ekonomi dianggap layak. Daya saing BBN ditentukan oleh keberadaan khusus BBN, lokasi produksi dan feedstock, serta kemampuan ekonomi yang dapat mengubah harga-harga input dan BBM di pasar sebagaimana kecanggihan teknologi yang digunakan di negara tersebut FAO, 2008. Subsidi harga output BBN Simulasi